TRIBUNTRAVEL.COM - Abul Bajandar, yang dijuluki “Manusia Pohon”, menderita kondisi yang tidak biasa.
Abul telah menghadapi banyak operasi, mengatasi rintangan besar di sepanjang perjalanannya.
Baca juga: Viral Curhatan Warga Trenggalek, Rumahnya Diteror Tetangga, Kerap Dilempari Batu hingga Sampah

Baca juga: Viral Pria Datang ke Nikahan Mantan Pakai Baju Pengantin, Ujungnya Malah Adu Fisik
Saat ini, dengan tekad yang teguh dan keahlian para ahli medis, Abul telah mengalami momen penting namun bermakna.
Abul dapat sekali lagi menggendong putrinya.
Baca juga: Video Viral Wanita Naik Motor Terobos Lampu Merah dan Bikin Pengendara Lain Resah
Baca juga: Viral Pria Nekat Gali Lubang Sedalam 40 Meter Karena Mimpi Ada Emas yang Terbukur, Nasibnya Tragis
Sindrom Manusia Pohon
Meskipun tidak menular, kondisi keturunan ini tidak dapat disembuhkan secara permanen, dan pembedahan hanya memberikan bantuan sementara.
Dilansir dari brightside, Abul bukan satu-satunya yang menghadapi tantangan ini; negara lain di seluruh dunia juga menghadapi sindrom ini.
Sindrom ini menyebabkan pertumbuhan kulit seperti kutil yang mirip dengan kulit pohon.
Awalnya kecil, pertumbuhan ini dapat tumbuh secara signifikan, menyebabkan kecacatan yang signifikan bagi mereka yang terkena dampaknya.
Abul menderita kondisi ini sejak usia muda.
Hal ini dimulai pada masa remaja ketika kutil kecil muncul di tubuhnya sekitar usia 13 atau 14 tahun.
Sayangnya, seiring bertambahnya usia, kondisi tersebut dengan cepat memburuk dan menyebar ke berbagai bagian tubuhnya.
Abul bereksperimen dengan berbagai obat tradisional, dan tidak ada yang bisa menyembuhkannya.
Dia juga mencari bantuan dari beberapa dokter yang mencari obatnya, namun sayangnya, mereka tidak dapat menawarkan solusi.
“Saya dipermalukan dan tidak bisa bergaul dengan masyarakat,” ungkapnya.
Baca juga: Video Viral di TikTok, Bule Mengeluh Kemacetan di Bali dan Sebut Tempat Terburuk di Dunia
Setelah melalui banyak operasi, dia akhirnya bisa menggendong putrinya sekali lagi
Setelah 16 operasi yang dilakukan dari tahun 2016 hingga 2017 di Rumah Sakit Dhaka Medical College di Dhaka, Bangladesh, Abul Bajandar mencapai tonggak sejarah yang mengharukan — ia akhirnya dapat memeluk putrinya lagi.
Operasi ini bertujuan untuk menghilangkan pertumbuhan seperti kulit kayu di tangan dan kakinya, memberikan secercah harapan dalam perjuangannya melawan Sindrom Manusia Pohon.
Abul mengungkapkan kebahagiaan mendalam yang ia rasakan saat menghabiskan waktu bersama putri-putrinya, seraya menekankan keinginannya untuk hidup normal, “ Jika saya pulih dari kondisi ini, saya ingin bekerja lagi, membangun usaha kecil-kecilan untuk membantu putri-putri saya bersekolah dan memberi mereka pendidikan. kehidupan yang baik .”
Kata-katanya menunjukkan tekadnya untuk mengatasi rintangan dari kondisinya yang tidak biasa ini dan dedikasinya yang kuat untuk memastikan masa depan yang lebih cerah bagi keluarganya.
Dalam perjuangan keras Abul Bajandar melawan Sindrom Manusia Pohon, ia menemukan kekuatan dalam dukungan terus-menerus dari istri dan ibunya.
Meski kondisinya kembali membaik, kehadiran mereka yang tak tergoyahkan memberinya hiburan dan motivasi.
Merefleksikan dampak mendalam dari peran sebagai ayah, Bajandar berbagi , “ Saat putri saya lahir, dia memberi saya harapan untuk hidup kembali. Saya tidak ingin meninggalkannya sebagai yatim piatu. Saya merasa harus hidup untuknya .”
Meski kondisinya memburuk, ia tetap berharap

Meski kondisinya kembali mengecewakan , Abul Bajandar tetap memiliki harapan yang kuat.
Namun, tidak terpengaruh oleh kemunduran ini, Bajandar tetap optimis, dengan menyatakan , “ Satu-satunya impian saya adalah pulih dari situasi ini dan menjalani hidup sehat .”
Ia meyakini bahwa pasti ada obat untuk penyakitnya.
Kata-katanya yang menyentuh hati tidak hanya mencerminkan perjuangannya sendiri tetapi juga aspirasi universal untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Optimisme yang gigih dari Bajandar terlihat jelas , “ Yang bisa saya katakan adalah saya sangat percaya dan berharap ada obat untuk penyakit ini .”
Meski menghadapi kesulitan, semangatnya tetap teguh, mewakili ketangguhan mereka yang menghadapi kondisi medis yang tidak biasa dan sulit.
Ambar/TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.