TRIBUNTRAVEL.COM - Tahukah kamu tentang Wabah Bubonic yang melanda sebagian besar Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Afrika Utara pada tahun 1300an?
Kisah-kisah mengerikan mengenai Wabah Pes telah terdokumentasi dengan baik, dan dari kisah-kisah tersebut kita mengetahui bahwa wabah tersebut berlangsung selama beberapa abad.
Baca juga: Menjelajahi Taman Paling Mematikan di Inggris, Tanamannya Bisa Membunuh Manusia
(Stephen G Taylor / Eyam Village)
Baca juga: Seikat Rambut Pangeran Ethiopia yang Diculik Pasukan Inggris Dikembalikan, Jasadnya?
Dunia kita saat ini baru saja keluar dari pandemi COVID-19, yang mengalami tahap terburuk dari awal tahun 2020 hingga akhir tahun 2021.
Bayangkan Wabah Pes atau Kematian Hitam sebagai sesuatu yang lebih buruk dan bertahan lama.
Baca juga: Kronologi Bule Inggris Ngamuk dan Tampar Polisi di Bali, Berhasil Ditangkap & Terancam Dideportasi
Baca juga: 6 Toko Buku Terbaik di Tokyo Jepang untuk Membeli Manga Berbahasa Inggris
Wabah tersebut mencapai Eyam, sebuah desa kecil di Derbyshire, Inggris, pada awal tahun 1665-1666.
Sebanyak 260 orang meninggal karenanya di desa kecil ini.
Namun kami di sini bukan untuk menceritakan kembali betapa buruknya wabah tersebut, namun untuk menyoroti hal-hal luar biasa yang dilakukan Desa Eyam dalam menghentikan Wabah Pes.
Sejarah Desa Wabah Eyam
Baca juga: Mantan Koki Kerajaan Inggris Bagikan Resep Paprika Kesukaan Putri Diana, Cocok Buat Sarapan
Pada musim panas tahun 1665, seseorang mengirim seikat kain yang dipenuhi kutu ke penjahit setempat di Eyam.
Dilansir dari indiatimes, kutu tersebut membawa bakteri penyebab wabah.
Penting untuk dicatat bahwa London juga merupakan satu kota yang terkena dampak paling parah selama pandemi Wabah Bubonic di seluruh dunia.
Penjahit, asistennya, dan anggota keluarga lainnya menjadi orang pertama yang meninggal akibat wabah ini.
Sayangnya, semua itu terjadi dalam waktu singkat.
Total wabah tersebut berlangsung selama 14 bulan, di mana desa Eyam yang berpenduduk sekitar 350 jiwa kehilangan 260 warga akibat wabah tersebut.
Desa tersebut menyadari masalah yang ada dan melihat betapa cepatnya penyebaran penyakit tersebut di desa tersebut, mereka mengambil keputusan sulit untuk mengisolasi seluruh desa guna menghentikan desa-desa tetangga agar tidak tertular.
Sebuah ide muncul.
Isolasi sukarela dilakuakn untuk membantu wabah ini berakhir.
Isolasi diri pada masa itu dengan sumber daya yang terbatas (misalnya pekerja garis depan, layanan darurat, dll), pasti merupakan tugas yang sangat sulit untuk dilakukan.
Namun penduduk desa Eyam, dalam satu tindakan pengorbanan terbesarnya, memutuskan untuk melakukan hal tersebut.
Batu pembatas dipasang untuk menandai batas zona karantina, dan makanan serta perbekalan diserahkan kepada mereka di titik-titik yang ditentukan di luar desa.
Respons Eyam yang tanpa pamrih dan berani terhadap wabah ini dipandang sebagai contoh pengorbanan diri dan solidaritas komunitas.
Kisah Eyam sering dipandang sebagai simbol ketahanan dan kehadiran pikiran serta keberanian yang luar biasa selama masa krisis.
Saat ini, Eyam menjadi satu tujuan wisata populer di Derbyshire, Inggris.
Ada tugu peringatan dan museum di desa yang terbuka untuk pengunjung.
Ambar/TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.