TRIBUNTRAVEL.COM - Api yang menghanguskan Savana Lembah Watangan atau Bukit Teletubbies di Gunung Bromo, Jawa Timur telah berhasil dipadamkan.
Meski demikian, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) memiliki tugas yang cukup besar pasca kebakaran.

Salah satunya yaitu melakukan pemulihan ekosistem Gunung Bromo seperti semula.
Kepala Balai Besar TNBTS Hendro Widjanarko mengatakan, pemulihan ekosistem Gunung Bromo akibat peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memakan waktu yang cukup lama.
Baca juga: Pengawasan Diperketat, Petugas Akan Periksa Barang Bawaan Wisatawan Gunung Bromo
Setidaknya memerlukan waktu selama tiga sampai lima tahun lamanya.
Menurut Hendro, periode yang sangat panjang tersebut diperlukan agar pepohonan asli yang sebelumnya terbakar dapat tumbuh secara optimal.
LIHAT JUGA:
"Untuk pohon-pohon asli di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seperti cemara gunung, kesek, tutup, pasang, yang terdampak kebakaran, itu kurang lebih diperkirakan membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun," ujar Hendro, dikutip TribunTravel dari Kompas.com, Jumat (22/9/2023).
Setidaknya, sambung Hendro, pihaknya akan melakukan tiga mekanisme untuk pemulihan ekosistem Gunung Bromo.
Pertama, pemulihan secara alami.
Baca juga: Wisata Gunung Bromo Dibuka Kembali, Pengunjung Dilarang Injak Rumput Sisa Kebakaran
Ini khususnya terjadi pada area savana atau padang rumput.
Kemudian, pemulihan kedua adalah rehabilitasi melalui penanaman pohon kembali, serta yang terakhir restorasi atau upaya mengembalikan unsur hayati.

"Jadi yang alam ini untuk savana secara alami, nanti kita lihat alam bisa memulihkan diri sendiri. Mudah-mudahan sebulan dua bulan ini sudah bisa pulih untuk savana," jelas Hendro.
Ditanya soal anggaran, Hendro menyebutkan bahwa upaya pemulihan ekosistem Gunung Bromo pasca kebakaran memakan biaya sekira Rp 3,5 miliar.
Sementara itu, total taksiran kerugian akibat karhutla Gunung Bromo diperkirakan mencapai Rp 5,4 miliar.
Hal tersebut disampai Ketua Tim Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan BBTNBTS, Hendra pada Kamis (21/9/2023).
"Estimasi nilai kerugian Rp 5,2 miliar terdiri dari jasa wisata dan pemulihan ekosistem," ujar Hendra kepada Tribun Probolinggo.
"Nilai kerugian itu di luar water bombing, kerusakan keanekaragaman hayati, dan pipa air bersih masyarakat," sambungnya.
Disebutkan Hendra, luasan dampak kebakaran akibat foto prewedding pakai flare terhitung dari 6-10 September 2023 mencapai 504 hektare.
Baca juga: Pengakuan Calon Pengantin Soal Kebakaran Bromo: Sudah Coba Padamkan Api Pakai 5 Botol Air tapi Gagal
Lokasi masih dipantau
Hendra menyampaikan, sampai saat ini pihak BB TNBTS masih memantau kawasan Gunung Bromo pasca kebakaran.
Pemantauan tersebut dilakukan setiap hari.

"Lewat pemantauan ini, diharapkan dapat memberi informasi pada masyarakat perihal kondisi terkini pasca kebakaran di kawasan Bromo," ucap Hendra.
"Selain itu, juga informasi dampak atau akibat dari kebakaran," imbuhnya.
Baca juga: Pasangan Calon Pengantin yang Bikin Sabana Bromo Kebakaran Akhirnya Minta Maaf
Baca juga: Nasib Calon Pengantin yang Bikin Sabana Bromo Kebakaran: Kena Sanksi Wajib Lapor
Hendra melanjutkan, sejumlah petugas tetap disiagakan dalam mencegah kebakaran setelah wisata Gunung Bromo dibuka kembali pada Selasa (19/9/2023) pukul 00.01 WIB.
Berdasarkan pemantauan petugas, kondisi Wisata Gunung Bromo aman atau tidak ditemukan titik api.
Kobaran api dilaporkan telah padam sepenuhnya.
(TribunTravel.com/SA)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.