TRIBUNTRAVEL.COM - Beberapa waktu lalu mungkin traveler ikut merasakan cuaca panas dari biasanya.
Cuaca panas ini tak hanya dirasakan oleh warga Indonesia, namun juga sejumlah negara lain juga merasakannya.

NASA pun mengonfirmasi bahwa Juli 2023 menjadi bulan terpanas dalam rekor sejak tahun 1880.
Berbagai bencana memilukan pun juga melanda seluruh dunia dan masih berlangsung hingga sekarang.
Baca juga: Raffi Ahmad Grebek Rojo Sambel di Bandung, Kuliner Viral yang Miliki Banyak Cabang
Tonton juga:
Administrator NASA Bill Nelson dilansir dari Science Alert, Rabu (16/8/2023), mengatakan, "Data NASA menegaskan apa yang benar-benar dirasakan oleh miliaran orang di seluruh dunia, di mana suhu pada bulan Juli 2023 menjadi yang terpanas dalam catatan."
"Di setiap sudut negara, orang Amerika sekarang mengalami secara langsung dampak krisis iklim," sambungnya.
Baca juga: Pakai Bikini saat Naik Pesawat, Seorang Model Kena Blacklist karena Dianggap Tak Sopan
Nelson menambahkan, "Ilmunya jelas. Kita harus bertindak sekarang untuk melindungi komunitas kita dan planet (kita yang layak huni), ini satu-satunya yang kita miliki."
Dari 3 Juli hingga 7 Agustus suhu selama 36 hari berturut-turut tercatat lebih tinggi dari rekor sebelumnya.
Bencana di Berbagai Belahan Dunia

Baca juga: Update Korban Kebakaran Hutan Mematikan di Hawaii: 99 Tewas dan 1.000 Hilang
Massa bahan bakar fosil yang memenuhi atmosfer, ditambah dengan pergeseran Bumi dari La Nino ke El Nino telah memaksa puluhan juta orang untuk merasakan cuaca panas beberapa bulan terakhir.
Banyak orang di China mencari perlindungan dari panas, sementara ratusan meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan cuaca panas.
Baca juga: Fakta Mauna Loa Hawaii, Gunung Berapi Terbesar di Dunia
Kelebihan energi panas yang terjadi mendatangkan malapetaka pada sistem atmosfer, gletser, dan samudra Bumi.
Saat kebakaran melanda Kanada, Rusia, Eropa, Afrika dan Hawaii, badai dan banjir yang dipicu musim hujan melanda beberapa bagian AS, Timur Tengah, Asia dan Eropa.
Baca juga: Pesawat Putar Balik usai Penumpang Bikin Keributan, Berimbas Dibatalkannya 30 Penerbangan Lain
Mengingat catatan ini di NOAA memprediksi 2023 memiliki peluang 50 persen menjadi tahun terpanas dalam catatan.
"2023 hingga saat ini merupakan rekor terpanas ketiga," kata Kepala Ilmuwan NOAA Sarah Kapnick kepada AFP.
"Hampir pasti, lebih dari 99 persen kemungkinan bahwa 2023 akan menempati peringkat di antara lima tahun terhangat dalam catatan dengan hampir 50 persen kemungkinan bahwa 2023 akan menempati peringkat terpanas dalam catatan," sambungnya.

Sementara itu, Direktur Institut Studi Antariksa Goddard NASA Gavin Schimidt mengatakan, "Dampak terbesar El Nino akan benar-benar terjadi pada 2024."
"Jadi kami mengantisipasi bahwa 2023 tidak hanya akan menjadi tahun yang sangat panas dan mungkin rekor tahunan, tetapi kami mengantisipasi bahwa 2024 masih akan lebih hangat," imbuhnya.
Bencana lain yang terjadi akibat cuaca panas ini yakni terumbu karang di lepas pantai AS yang mengalami kematian 100 persen.
Meski menakutkan, kejadian ekstrem ini dan peristiwa terkait masih dalam proyeksi model iklim yang diharapkan saat kondisi El Nino diperhitungkan.
"Hanya karena hal-hal yang tidak lebih buruk dari yang kita duga, dalam hal suhu global tidak berarti bahwa masalahnya tidak parah dan semakin buruk,"jelas Ahli Iklim Barkley Zeke Hausfather dalam sebuah unggahan di blog.
(TribunTravel.com/ Rtn)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.