Breaking News:

Bukan Penyandang Disabilitas, Bocah SD Terpaksa Pindah ke SLB, Alasannya Memilukan

Viral video seorang bocah SD yang terpaksa pindah ke Sekolah Luar Biasa, meski bukan penyandang disabilitas.

Flickr/nordskovmedia
Ilustrasi aplikasi TikTok yang dibuka melalui ponsel. Video viral bocah SD yang terpaksa pindah ke SLB karena lelah dibuli 

TRIBUNTRAVEL.COM - Video viral seorang siswa SD yang terpaksa pindah ke sekolah luar biasa (SLB), padahal dia bukan penyandang disabilitas.

Dalam video viral itu terkuak jika dia takut karena kerap dibuli.

Baca juga: Harga Tiket Masuk Borneo Wonderland Terbaru 2023, Tempat Wisata Baru di Banjar Kalsel yang Viral

Video viral bocah SD yang terpaksa pindah ke SLB karena lelah dibuli
Video viral bocah SD yang terpaksa pindah ke SLB karena lelah dibuli (TikTok @aamiirr009)

Baca juga: Video Viral TikToker Dikritik Gara-gara Pasang Tangki Berisi 11 Hiu di Ruang Tamu Rumahnya

Melansir dari instagram @Mintulgemintul, Selasa (30/5/2023) memperlihatkan video viral seorang ayah yang sedang menemani anaknya berseragam merah putih menuju sekolah.

Momen tersebut lantas direkam seorang pria yang rumah berada dekat dengan sekolah SLB tersebut.

Baca juga: 7 Makanan Paling Viral di Hiroshima Jepang, Cobain Momiji Manju Berbentuk Daun Maple yang Manis

Baca juga: Viral Selebgram Tewas Ditembak Begal di Depan Suami dan Anaknya, Keluarga Korban Curiga

Penasaran, pria perekam video tersebut lantas mendekati sang bapak lalu bertanya mengapa anaknya dibawah ke sekolah SLB.

Kemudian sang ayah menjelaskan bahwa anaknya kerap mendapatkan perlakuan kurang pantas di sekolah sebelumnya alias kerap dibully

Hal tersebut membuat sang ayah terpaksa memindahkannya ke sekolah SLB, ia menceritakan itu dengan bahasa Jawa.

"Loh tapi bisa bicara," kata si perekam video.

"Ya bisa," ungkap si bapak.

"Kok ke SLB?," tanya si perekam video.

2 dari 4 halaman

"Di SD saya digangguin sama teman," jawab si bocah.

"Tiap nulis, disobek-sobek bukunya," sahut si bapak.

"Lho kok enggak melapor ke gurunya?," tanya si perekam video.

"Sudah lapor tapi temannya tidak punya kapok," terang si bapak.

Setelah berdialog panjang, si perekam video lantas memberikan uang kepada anak dari bakap tersebut agar semangat menjalani sekolah.

Bukan hanya itu, ia memberikan pesan agar sang anak tidak takut lagi dengan teman-temannya di sekolah baru itu dan tetap semangat belajar.

Mendapatkan hadiah uang, terlihat mata si anak berkaca-kaca dan tersenyum bahagia saat menerima uang tersebut dan mengantonginya.

Sang ayah mengucapkan terima kasih kepada warga yang telah peduli kepadanya.

Adapun belum diketahui dimana kejadian tersebut terjadi lantaran tak dituliskan lokasinya.

Namun video tersebut langsung memicu reaksi simpati dari kalangan warganet terharu.

3 dari 4 halaman

Semoga sehat selalu ya pak dek semoga kelak jadi anak yg sukses dan bisa mengangkat drajat ortumu nak Aamiin...

"Yaallah nak kelak kamu bisa mengangkar derajat bpakmu ini nak. Lihatlah perjuangan bapakmu demi masa depanmu ini nak. Aku lihat dr hp saja bisa menangis bisa merasakan," tulis akun kristianaakristianaa

"Adiknya terlihat kuat & tegar, saya nangis jadinya Ya Allah angkat derajat adik ini & keluarganya dgn caraMu, beri mereka kesehatan, rezeki & kebahagiaan dunia akhirat. Aamiin," tulis akun narasicilia

"Anak anak tukang bully itu harusnya dikasih hukuman sih, karena banyak anak anak kecil skrg menormalisasikan bullying, merasa bangga kalo sudah membully orang, semoga anak anak itu dapat karmanya, kasian sama anak anak yg ga bersalah sering mendapat perlakuan yg tidak menyenangkan," tulis netizen lainnya.

Baca juga: Video Viral di TikTok, Momen Presiden Jokowi Nonton Film di Bioskop, Bikin Kaget Penonton Lain

Berbicara tentang kasus pembulian, kasus serupa pernah dialami seorang dokter muda.

'Cukup parah dan terus-menerus..' begitulah curhatan salah satu mantan dokter residen, mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

Dia menjadi korban bullying oleh seniornya hingga memutuskan untuk resign.

Masalah sepele seperti telat membalas pesan hingga pelecehan verbal yang terus terjadi membuat mental sang dokter muda terganggu.

Lantas, bagaimana tanggapan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin terkait kasus tersebut?

Salah satu mantan dokter residen, mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS), yang tak ingin membuka identitasnya mencurahkan unek-unek kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi terbuka pada Minggu (30/4/2023).

4 dari 4 halaman

Saat itu, Menkes Budi Gunadi menjadi pembicara dalam diskusi yang membahas tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan yang dipandu oleh dokter Alvin Saputra.

Diskusi terbuka ini disiarkan melalui akun Youtube Asclepio Masterclass, platform edukasi kedokteran online bagi para dokter.

Salah satu dokter yang menjadi peserta diskusi tersebut mengaku sebagai dokter umum dari Pulau Jawa.

Ia mengeklaim, dengan berat hati dirinya mengundurkan diri dari PPDS karena tak kuat dengan kultur senioritas di dalamnya.

"Saya ini adalah mantan residen, mantan mahasiswa PPDS calon dokter spesialis, yang per tahun 2023 ini saya terpaksa harus mengundurkan diri dari PPDS, karena saya mengalami kejadian bullying dari PPDS yang cukup parah dan terus-menerus," ungkapnya.

Ia mengaku memahami bahwa program studi PPDS yang ia pilih memang memiliki kultur pendidikan yang keras.

"Tapi setelah saya masuk di PPDS ternyata kulturnya itu jauh lebih keras daripada yang saya bayangkan, bahkan menurut saya banyak sekali kultur PPDS yang di luar batas kewajaran," ungkapnya.

Awalnya, ia mengaku dimasukkan ke dalam grup percakapan daring pada hari-H pengumuman penerimaan mahasiswa.

"Belum officially diterima masuk, saya sudah dimasukkan ke grup chat oleh kakak kelas saya," jelasnya.

Di dalam grup percakapan itu, ia mengaku dihina, dimarahi, dan diperintah untuk melakukan aktivitas fisik.

"Sebelum diterima pun sudah sering dihukum hanya karena masalah sepele, seperti telat balas chat, atau typo satu huruf di chat aja sudah bisa jadi alasan kakak kelas untuk menghukum saya," ujarnya.

Ia dan teman-temannya, lanjut dia, didoktrin tentang senioritas yang harus menurut dengan senior, baik residen senior maupun dokter spesialis.

"Haram hukumnya kalau kami menolak perintah atau keinginan dari kakak kelas dan dosen," kata dia.

Perintah senior itu, kata dia, di antaranya meminta dibelikan makanan mahal, rokok, alat tulis, dan obat-obatan. Ia menyebut, permintaan atau perintah itu juga tidak kenal waktu.

"Bahkan perintah kakak kelas juga tidak kenal waktu pak, bisa saja jam 12 malam kita disuruh belikan apa dan harus antar ke rumah sakit, jam 2 pagi belikan apa datang ke rumah sakit, atau jaga di bangsal padahal bukan jadwal kami," terangnya kepada Menkes Budi.

Semua pekerjaan itu, imbuhnya, tidak mempertimbangkan jam istirahat jam tidur, meski para dokter residen itu baru selesai berjaga 24 jam.

Ia mengaku sering dikumpulkan dengan teman-teman seangkatannya untuk mengikuti kegiatan malam di mana mereka akan dihukum dan dimaki.

"Kami juga menerima kekerasan fisik, psikologis, di mana setiap hari itu kami sering banget dapat pelecehan verbal," lanjut dia.

Karena tak kuat dengan kultur PPDS tersebut, ia mengaku memutuskan untuk mengundurkan diri.

"Akhirnya saya memutuskan keluar PPDS karena kesehatan fisik dan mental saya terganggu, bahkan saya juga rutin konseling sama psikolog dan psikiater karena PTSD, gangguan depresi dan gangguan cemas," jelasnya.

Ia pun mengusulkan perubahan sistem pendidikan dokter spesialis kepada menteri yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN pada 2019 itu. Menurut dia, sistem pendidikan dokter spesialis tidak perlu mengikuti sistem pendidikan militer.

"Jadi perlu ada perubahan, perbaikan sistem kedokteran, supaya lebih terbuka, transparan dan objektif, dan tidak ada diskriminasi antara junior dan senior, maupun diskriminasi suku, ras, agama, dan gender," jelasnya.

Tanggapan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait kasus dokter muda tersebut. (YouTube Sekretariat Presiden)
Ia mendesak pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), untuk membuat program antibullying di PPDS. Sebab, menurut dia, banyak calon dokter sepesialis yang memutuskan berhenti akibat tak kuat dengan praktik tersebut.

"Karena bullying ini juga menyebabkan banyak sekali residen yang tidak kuat dan drop-out," jelasnya.

Senada, dokter Alvin Saputra yang menjadi pemandu diskusi ini juga membenarkan peristiwa perundungan di PPDS.

"Itu memang benar adanya, Pak. Memang tidak bisa digeneralisasi, tapi memang ada beberapa yang masih terjadi seperti itu," kata dr. Alvin.

"Ini sudah menjadi budaya yang sudah mendarah daging dan dianggap biasa saja oleh seniornya," imbuhnya.

Menanggapi curhatan mantan dokter residen itu, Budi pun mengatakan persoalan dalam pendidikan kedokteran memang ramai diperbincangkan di dalam grup percakapan dokter.

"Program yang misalnya mengenai pendidikan kedokteran, itu ramai dibicarakan di semua WA group dokter, tapi sebenarnya ada 90 sampai 100 program lain yang tidak pernah saya lihat atau sangat kurang dibicarakan di WA group dokter," ungkap lulusan fisika nuklir Institut Teknologi Bandung ini.

Ia pun menjelaskan, RUU Kesehatan yang dirancang pemerintah saat ini bertujuan untuk memperkuat dan memperbaiki sistem kesehatan nasional.

Berkaca dari pandemi Covid-19, lanjut dia, negara-negara di seluruh dunia menyadari lemahnya sistem kesehatan nasional.

"Jadi nggak ada satu negara pun yg menyatakan bahwa negaranya sangat siap dan sangat bagus sistem kesehatan nasionalnya," ungkapnya.

Ia pun mengajak para dokter untuk tak hanya fokus pada beberapa hal, namun keseluruhan poin dalam reformasi sistem kesehatan nasional.

"Saya rasa teman-teman sebagai salah satu individu yang nantinya akan menjaga sistem kesehatan kita ke depan, teman-teman perlu juga memahami yang 90 sampai 100 program lain, bukan hanya 2 atau 5 yang ramai di WA group," jelasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul YA TUHAN Kasihan Bocah SD, Nekat Pindah SLB Padahal Normal, Lelah Dibully Teman: Saya Digangguin

Selanjutnya
Sumber: Tribun Style
Tags:
video viralpenyandang disabilitasdibuli Syakirah
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved