Breaking News:

Sosok Ibu Bekerja 22 Tahun Jadi Pemetik Daun Teh di Puncak Bogor, Tiap Bulan Digaji Rp 2 Juta

Kisah seorang wanita yang sudah 22 tahun bekerja sebagai pemetik daun teh di kawasan perkebunan Puncak, bogor.

Editor: Kurnia Yustiana
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Pemetik teh di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (4/5/2023). Kawasan Puncak, Bogor memang banyak terdapat perkebunan teh yang indah. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Traveler yang pernah pergi ke Puncak, Bogor, Jawa Barat, mungkin tak asing lagi dengan pemandangan kebun teh.

Kebun teh di kawasan Puncak, Bogor memang begitu luas dan subur.

Ilustrasi kebun teh yang menyejukkan, Senin (9/11/2020).
Ilustrasi kebun teh (Pixabay/mmasrur12)

Hasil dari kebun teh ini pun menjadi bahan baku utama dalam pembuatan teh yang diproduksi pabrik-pabrik Tanah Air.

Nah, kebun teh dengan pohon yang begitu banyak dan subur itu bisa dipanen secara rutin.

Baca juga: Fakta Unik Chu-hi-cha, Teh Unik yang Diseduh dari Kotoran Ulat

Para pekerja perkebunan teh lah yang memanen hasil dari kebun tersebut, dengan memetik daunnya.

Salah satu pekerja di kebun teh kawasan Puncak adalah Yuyu Mae.

Yuyu Mae sudah bekerja sekira 22 tahun sebagai buruh pemetik teh di Puncak, Bogor.

Bagi sosok ibu yang tinggal di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu, hujan dan terik panas matahari bukan halangan untuk berjuang membantu menopang perekonomian keluarga.

Yuyu Mae berusaha ikhlas menjalani profesinya sebagai buruh pemetik daun teh lantaran hanya memilki ijazah Sekolah Dasar (SD).

"Karenakan ini penghasilan ibu sehari-hari ya. Kalau ibu nggak kerja di sini di mana lagi gitu, ini mata pencaharian utama. Dan Ibu mah cuma punya ijazah SD," kata Yuyu Mae saat ditemui TribunnewsBogor.com, Kamis (4/5/2023).

Pemetik teh di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kamis (4/5/2023).
Pemetik teh di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (4/5/2023). (TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami)
2 dari 4 halaman

Bahkan, untuk mencari tambahan, sang pemetik daun teh ini kadang berjualan makanan atau bekerja sampingan lainnya.

"Ibu kalau mau jualan itu sampingan kalau buat jajan anak ongkos sekolah, kalau ada yang nyuruh apa aja ibu mau jadi sampingan gitu," pungkasnya.

Upah yang ia terima sebagai pemetih daun teh sebesar Rp 2 juta sebulan.

Itu pun ia harus kerja ekstra lantaran harus berpindah-pindah tempat.

Ia sudah mulai memilah daun teh yang akan dipanen sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB.

"Kalau panen setiap hari, kadang seminggu kadang dua Minggu di sini, kalau udah habis pindah lagi ke kebun lain," ujarnya.

Menurutnya, saat ini jumlah pemetih teh kian berkurang dibandingkan beberapa tahun lalu.

Baca juga: 3 Aktivitas Seru di Kebun Teh Cianten, Bisa Berburu Foto Sambil Menikmati Pemandangan

Sebab, perusahaan yang mengolah teh menyediakan mesin bagi para pemetik teh.

"Ini pakai mesin karena karyawannya tinggal sedikit, jadi pakai mesin. Kalau pakai mesin maksimalnya 40 hari, lalu pindah lagi ke kebun lain. Dulu manual, kalau manual lebih lama," ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, sebelum menggunakan mesin untuk memanen teh, karyawan pemetik teh bisa mencapai angka 35 orang.

3 dari 4 halaman

Namun, saat ini hanya tersisa 20 pemetik saja.

Baca juga: Dijuluki Teh Tersehat di Dunia, Simak Fakta Unik Teh Susu Lavender

Hampir setengahnya berkurang.

"Kalau manual dulu 1 mandornya ada 33 sampai 35 orang, sekarang cuma 1 mandor nggak nyampe 20," kata dia.

Dirinya juga mengakui kalau menggunakan mesin bisa lebih cepat, dengan risiko karyawan yang bekerja semakin sedikit.

"Pakai mesin cepet tapi karyawannya banyak yang berkurang karena pada pensiun," imbuhnya.

Baca juga: Harga Tiket Masuk Telaga Saat, Tempat Wisata di Puncak Bogor Berlanskap Danau dan Perkebunan Teh

Dalam sehari para pemetik teh di kawasan puncak Bogor ini bisa memanen hingga 1 ton lebih.

"Kalau lagi bagus sehari 1 ton lebih, kalau lagi bagus mesinnya sehat lah nggak mogok-mogok," sambungnya.

Selain itu ia juga mengaku menjadi pemetik teh karena memang tidak ada pekerjaan lain yang bisa dirinya kerjakan.

"Karena nggak ada pekerjaan lain, dulukan di sini nggak ada kerja yang ke kota jadi pembantu nggak ada di sini kebanyakan larinya ke kebun teh karena lebih deket. Dulu mah ada jemputan juga pakai truk, sekarang truknya nggak ada," ujarnya.

Baca juga: 3 Kreasi Resep Es Teh Manis yang Enak dan Segar, Cocok Disajikan Dingin saat Siang Hari

Yuyu Mae berharap, perkebunan teh di kawasan Puncak, Bogor ini tetap asri dan tak dirusak oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

4 dari 4 halaman

"Ibu liat ini saja ya sekarang kebun teh sudah nggak pada keurus ya. Apalagi lagi banyak sampah yang dibuang ke kebun, sedih," ujarnya.

Ia juga berharap, perkebunan teh tempatnya bekerja bisa lebih maju ke depannya.

Sehingga ia bersama puluhan pekerja lainnya bisa tetap mencari nafkah di tempat tersebut.

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kisah Pemetik Daun Teh di Puncak Bogor, Diupah Rp 2 Juta Sebulan, Sehari Bisa Panen 1 Ton.

Simak artikel lainnya seputar Bogor di sini.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Bogor
Tags:
Jawa BaratBogorPuncaktanaman teh Museum PETA
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved