TRIBUNTRAVEL.COM - Memperingati perayaan Hari Raya Nyepi 2023, kawasan wisata Gunung Bromo ditutup selama dua hari.
Penutupan wisata Gunung Bromo ditutup mulai Rabu (22/3/2023) pukul 06.00 WIB.

Wisata Gunung Bromo ditutup juga berdasarkan surat dari Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Probolinggo Nomor 288/Pem/PHDI-KAB/III/2023 tanggal 2 Maret 2023.
Berdasarkan surat tersebut, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mengumumkan pemberitahuan kegiatan wisata Gunung Bromo ditutup total mulai hari Rabu (22/3/2023) pukul 06.00 WIB hingga Kamis (23/3/2023) pukul 06.00 WIB.
Baca juga: 6 Gudeg Enak di Jogja Buat Makan Malam, dari Gudeg Mercon Bu Tinah sampai Gudeg Bromo Bu Tekluk
Penutupan kegiatan wisata Gunung Bromo dilakukan dalam rangka Ritual Nyepi 1945 Saka/ Pergantian tahun baru Saka.
Penutupan jalur dari arah Probolinggo ditutup di Desa Wonokerto Kecamatan Sukapura, dari arah Pasuruan ditutup di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari dan dari arah Malang dan Lumajang ditutup di Jemplang.
LIHAT JUGA:
Melalui akun Instagram @bbtnbromotenggersemeru, Sabtu (11/3/2023), pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyebutkan wisatawan bisa kembali berwisata ke Gunung Bromo dan sekitarnya pada tanggal 23 Maret 2023 pukul 06.01 WIB.
"Jadi sahabat mentari tengger bisa berkunjung kembali ke Gunung Bromo dan sekitarnya pada tanggal 23 Maret 2023 pukul 06.01 WIB," tulis akun @bbtnbromotenggersemeru.
13 Fakta Unik Edelweis di Gunung Bromo

Gunung Bromo memiliki tanaman langka dan ikonik bernama Edelweis, berikut sejumlah fakta uniknya.
1. Ditemukan pertama kali oleh naturalis Jerman
Edelweis pertama kali ditemukan oleh naturalis asal Jerman bernama Georg Carl Reinwardt pada 1819.
Bunga ini ditemukan pertama kali di lereng Gunung Gede, Jawa Barat.
2. Disebut bunga abadi
Bunga edelweis disebut-sebut sebagai bunga abadi, karena bunga ini bisa tumbuh selama 10 tahun.
Hal ini karena edelweis memiliki hormon yang bisa mencegah kerontokan kelopak bunga.
3. Populasinya berkurang
Meski disebut bunga abadi, namun saat ini populasi bunga edelweis semakin berkurang.
Pada 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir bunga edelweis.
Kasus pemetikan bunga edelweis di gunung bahkan terjadi beberapa kali pada 2017 dan 2018.
Pada Juli 2017, lima pendaki mencabut bunga edelweis di Gunung Rinjani.
Sementara tahun lalu, pendaki asal Batang juga terciduk mencabut bunga edelweis di Gunung Merbabu.
Baca juga: Harga Tiket Jazz Gunung Bromo 2023, Sudah Bisa Dibeli Secara Online
Baca juga: Sandiaga Uno Soroti Foto Rubicon Mario Dandy Masuk Area Bromo, Simak Aturan Sebenarnya
4. Tumbuh di beberapa gunung di Indonesia
Bunga edelweis tumbuh di tanah dengan ketinggian lebih dari 2.000 mdpl.
Tak heran jika bunga berkelopak putih ini banyak ditemukan di sejumlah gunung di Indonesia.
Di antaranya Gunung Merbabu, Pangrango, Lawu, Semeru, Rinjani, dan sebagainya.
5. Mekar saat akhir musim hujan
Bunga edelweis biasanya mekar pada periode April hingga Agustus setiap tahunnya.
Terutama saat-saat di mana musim hujan telah berakhir.
6. Tinggi bisa mencapai 8 meter
Umumnya bunga edelweis memiliki batang setinggi 1 meter.
Namun pada keadaan tertentu tumbuhan ini bisa mencapai tinggi 8 meter.
7. Mampu bertahan di tanah tandus
Meskipun hidup di pegunungan, namun edelweis mampu bertahan dalam keadaan tanah yang tandus.
Karena edelweis mampu membentuk mikoriza yang dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
8. Dilindungi Undang-undang
Melansir Tribunnews.com, edelweis merupakan satu jenis bunga yang dilarang untuk dipetik karena berada di wilayah konservasi.
Larangan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Dalam peraturan menteri tersebut, disebutkan bunga edelweis adalah bunga yang dilindungi.
Orang yang memetik bunga edelweis juga melanggar UU Nomor 41 Tahun 1999 dengan ancaman penjara paling lama satu tahun dan denda maksimal Rp 50 juta.
9. Razia di gunung
Dahulu, saking banyaknya pendaki yang memetik edelweis, beberapa gunung mengadakan razia terhadap pendaki.
Saat itu, petugas berjaga di pos pendakian dan merazia carrier pendaki.
10. Dibudidayakan di beberapa daerah
Beberapa daerah pegunungan di Indonesia membudidayakan bunga edelweis.
Edelweis hasil budidaya biasanya banyak dijual sebagai oleh-oleh, salah satunya di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Desa ini merupakan tempat untuk membeli Edelweiss secara resmi, dilaporkan Kompas.com.
Lokasinya berada di kawasan penyangga Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Secara fisik, edelweis alami dan edelweis budidaya memiliki perbedaan yang cukup mencolok.
Bunga edelweis hasil budidaya terlihat lebih gemuk dan subur dibandingkan bunga yang tumbuh liar.
11. Pernah jadi gambar perangko
Pada 2003, bunga edelweis pernah dijadikan gambar perangko oleh Pos Indonesia.
12. Bunga edelweis ada di luar negeri
Di luar negeri juga terdapat bunga edelweis yang disebut Leontopodium Alpinum.
Meskipun sama-sama edelweis, namun berbeda dengan edelweis yang ada di Indonesia.
Bunga edelweis di luar negeri bahkan menjadi bunga nasional Austria.
13. Pernah jadi judul lagu
Bunga edelweis pernah menjadi judul sebuah lagu yang dinyanyikan dalam film The Sound of Music pada 1965.
Judul lagu tersebut yaitu 'Edelweiss'.
Saking populernya bahkan lagu tersebut dinyanyian beberapa kali sejak dirilis pada 1965.
Lagu 'Edelweiss' terbaru dinyanyikan oleh Billy Porter pada 2017.
Baca juga: Harga Tiket Jazz Gunung Bromo 2023, Sudah Bisa Dibeli Secara Online
(TribunTravel.com/Rtn)
Baca juga selengkapnya seputar Gunung Bromo di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.