TRIBUNTRAVEL.COM - Gua Gubrug merupakan ujung dari Gua Jomblang yang menjadi salah satu destinasi wisata ekstrem paling menarik di Gunungkidul.
Dengan kedalaman sekitar 100 meter, Gua Gubrug kerap dikunjungi para pencinta wisata ekstrem.

Seperti Gua Jomblang, Gua Grubug berupa lubang vertikal di mana wisatawan bisa menikmati keindahan sinar matahari yang masuk ke dalam gua.
Banyak wisatawan yang kemudian menyebut keindahan cahaya matahari yang menembus sela-sela dedaunan di atas mulut Gua Grubug sebagai 'cahaya surga.'
Baca juga: 4 Kuliner Enak yang Wajib Dicoba Seusai Berwisata ke Gunungkidul, Ada Bakmi Jawa hingga Sayur Tholo
Namun di balik keindahan yang ditawarkan, Gua Grubug ternyata menyimpan kisah kelam terkait G30S.
Gua Grubug konon menjadi lokasi pembuangan antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI).
LIHAT JUGA:
Saksi bisu mengerikannya pembantaian pengikut PKI
Gua Grubug disebut-sebut menjadi salah satu lokasi pembuangan mayat-mayat anggota PKI.
Dalam operasi penumpasan PKI yang dilaksanakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) pasca pemberontakan 1965, antek-antek PKI yang tertangkap banyak yang dieksekusi di Gua Grubug.
Orang-orang yang terkait dengan gerakan komunis tersebut dibunuh dan dilemparkan ke dalam Gua Grubug.
Meski terjadi puluhan tahun silam, cerita pembantaian pengikut PKI saat itu masih diingat oleh warga sekitar lokasi gua.

Dalam wawancara Tribunjogja.com pada 2013 silam, salah seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi Gua Grubug bernama Untung menceritakan secara detail bagaimana aksi pemberangusan antek PKI tersebut dilakukan.
Saat itu Untung mengaku masih ingat betul bagaimana pengikut PKI dibunuh dan dibuang ke dalam dasar gua.
“Ratusan orang yang dibuang ke dalam gua, tapi warga tidak tahu berapa jumlah pastinya,” ucapnya saat ditemui seusai pulang dari ladang di sekitar lokasi Gua Grubug, Selasa (1/10/2013) silam.
Untung menceritakan, pembantaian pengikut PKI ini dilakukan pada malam hari.
Setelah operasi pemberantasan PKI dilaksanakan oleh pemerintah, orang-orang yang menjadi pengikut partai berpaham komunis terus ditangkap oleh pasukan TNI.
Setelah tertangkap, orang-orang PKI kemudian ada yang diasingkan dan ada yang dibunuh dengan cara dibuang ke dalam gua atau sering disebut luweng.
Pembantaian PKI ini hampir berlangsung setiap malam.
Orang-orang yang akan dieksekusi diturunkan dari kendaraan di jalan raya dan kemudian diminta untuk jalan kaki menuju ke bibir gua.
Setelah sampai di bibir gua, satu persatu pengikut PKI langsung dieksekusi dan mayatnya dibuang ke dalam gua.
Pembantaian pengikut PKI ini berlangsung cukup lama.

Bahkan pernah dimulai sekitar pukul 22.00 Wib hingga pagi hari.
“Saya ingat betul saat itu malam Selasa Kliwon. Orang yang dibuang ke dalam gua cukup banyak karena dimulai sekitar pukul 22.00 hingga pagi hari menjelang warga hendak pergi ke pasar. Bahkan saya sampai mengurungkan niat untuk pergi ke pasar karena masih banyak orang yang lalu-lalang di jalan samping rumah,” ujarnya.
Saat pembantaian, lanjutnya, warga yang tinggal di sekitar lokasi gua tidak ada yang berani untuk keluar rumah. Warga memilih tinggal di dalam rumah hingga pembantaian selesai dilaksanakan.
“Kami tidak tahu berapa yang dibuang dan siapa yang melakukannya. Setiap ada orang yang dibuang ke dalam gua, kami tidak berani keluar rumah,” ungkap Untung.
Meski sudah puluhan tahun, Untung mengaku sampai saat ini masih trauma.
Bahkan untuk bercerita kepada orang-orang luar.
Mulai dibenahi
Setelah era PKI berhasil ditumpas, perlahan keseraman Gua Grubug mulai pudar.
Tulang belulang manusia yang pernah dibuang ke dalam gua sudah dibersihkan oleh pemerintah sekitar tahun 1982.
Dari cerita yang beredar, ada sekitar tiga truk tulang-belulang yang berhasil diambil dari dalam gua.
Sejak saat itu, Gua Grubug menjadi destinasi wisata ekstrem dengan pemandangan menakjubkan yang banyak diburu wisatawan.
Gua Grubug bahkan sudah dikelola menjadi destinasi wisata unggulan di Gunungkidul.

Masyarakat di sekitarnya pun sudah menikmati dampak positif dari dibukanya Gua Jomblang dan Grubug sebagai destinasi wisata minat khusus tersebut.
"Ada sekitar 50 warga yang terlibat. Sekarang jadi sumber pemberdayaan masyarakat," kata Lurah Semanu, Suhadi, dihubungi melalui sambungan telepon.
Sebelum pandemi, kata Suhadi, wisata minat khusus yang ada di wilayahnya tersebut menjadi incaran para turis asing.
Untuk itu, pemerintah akan berupaya untuk terus mengembangkan kedua gua tersebut menjadi tempat wisata kelas dunia.
Sebagai informasi, Gua Grubug berlokasi di Dusun Jetis, Desa Pacarejo, Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Jadi Saksi Bisu Pemberantasan PKI, Gua Jombang dan Grubug Kini jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia.