TRIBUNTRAVEL.COM - Tahun Baru Islam adalah peringatan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, yang tahun ini jatuh pada Sabtu (30/7/2022).
Tahun Baru Islam atau 1 Muharram merupakan hari yang penting bagi umat Muslim di dunia.

Oleh karena itu tak heran jika di beberapa negara memiliki tradisi unik untuk menyambut Tahun Baru Islam.
Bahkan, di Arab Saudi juga memiliki tradisi khusus menyambut Tahun Baru Islam.
Baca juga: Jemaah Haji Tak Boleh Membawa Air Zamzam Dalam Koper, Kenapa?
Meski tidak memiliki perayaan yang besar, tapi ada tradisi unik yang dilakukan warga di Arab Saudi menjelang Tahun Baru Islam.
Selain kegiatan ibadah dan berdoa di masjid, warga di Arab Saudi juga akan berkumpul dengan keluarga selama Tahun Baru Islam atau yang ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Warga di Arab Saudi terutama di Jeddah, biasanya akan melangsungkan pengajian akbar di beberapa masjid besar.
Mereka akan memanjatkan permintaan untuk tahun yang lebih baru dan baik lagi.
Namun, warga di Arab Saudi juga mempunyai tradisi minum segelas susu di pagi hari supaya tahun yang baru berjalan dengan bersih.
Di siang hari akan menyantap sesuatu yang hijau agar penuh berkah.
Baca juga: Arab Saudi Buka Kembali Layanan Pengajuan Visa Umrah, Musim Umrah Dimulai 30 Juli 2022
Tanggal 1 muharam di Arab Saudi ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Mereka juga punya tradisi unik untuk mencegah hal-hal negatif yang bisa terjadi sepanjang tahun.

Misalnya, meminum segelas susu di pagi hari agar tahun yang baru berjalan dengan bersih.
Sementara, pada siang hari mereka akan menyantap sesuatu yang hijau untuk tahun baru yang pebuh berkat.
Memakan tujuh buah manis juga dipercaya bisa membuat kehidupan di tahun yang baru menjadi manis.
Muslim Saudi seperti di Indonesia menggelar doa di masjid.
Sementara, tradisi 1 muharam di Indonesia dipadukan dengan budaya setempat.
Di Surakarta misalnya ada ritual yang dilakukan adalah kirab kerbau bule.
Kerbau bule adalah hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat.
Baca juga: Petugas Arab Saudi Terpaksa Bongkar Koper Jemaah Haji Indonesia & Temukan Air Zam-zam
Sedangkan di Yogyakarta tradisi yang dilakukan adalah tapa bisu mengelilingi benteng keraton.

Masih banyak lagi tradisi yang dilakukan di daerah untuk memperingati 1 muharam.
Misalnya di Provinsi Bangka Belitung, 1 muharam selalu dirayakan dengan meriah di beberapa kampung.
Tradisi itu telah menjadi kalender event pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Adalah kampung Kenanga di Kabupaten Bangka yang selalu menggelar perayaan itu.
Warga Kenanga membuka rumahnya bagi masyarakat manapun, tidak hanya kerabat, sahabat juga warga berbeda suku dan agama.
Setelah ritual keagamaan selesai digelar pagi hari, dengan ciri khas budaya setempat seperti digelar adat Ngangung yakni barisan dulang berisikan berbagai penganan.
Disamping berbagai makanan lainnya, layaknya lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
Baca juga: Kisah Eks Pramugari yang Jadi Mualaf setelah Antar Jemaah Umrah ke Arab Saudi
3 Tradisi Unik Sambut Ramadan dari Berbagai Belahan Dunia
Bukan hanya Tahun Baru Islam saja, untuk tradisi-tradisi unik juga dilakukan untuk menyambut Ramadan.
Bahkan tradisi unik ini juga dilakukan di berbagai negara di dunia.
1. Musaharati (pemanggil Sahur)
Selama subuh di bulan Ramadan, Musaharati adalah pemandangan umum, khususnya di Lebanon.
Musaharati adalah seorang penabuh drum, juga disebut sebagai pemanggil subuh, yang menabuh genderangnya tepat sebelum fajar untuk membangunkan umat Islam untuk sahur.
Berkat Musaharati, orang bisa tidur nyenyak karena tahu bahwa mereka tidak akan ketinggalan makan sahur.
Sejarah Musaharati di Hijaz berabad-abad yang lalu, terutama pada masa Mameluk dan Ottoman.
Seorang Musaharati memiliki suara yang luar biasa yang memenuhi udara saat fajar, memanggil orang untuk bangun, sahur, mempersiapkan sholat subuh, dan memulai hari baru untuk menjalankan puasa.
2. Fawanees (lentera Ramadan)
Fawanees sebagian besar adalah tradisi Mesir, yang sekarang dipraktikkan di negara-negara Muslim lainnya juga.
Kebiasaan ini berasal dari legenda dan cerita rakyat kuno.
Banyak cerita tentang asal usul lampion telah diriwayatkan.
Satu cerita mengartikulasikan bahwa, Khalifah Fatimiyah Al-Hakim Bi-Amr Allah, ingin menerangi jalan-jalan Kairo selama malam Ramadan yang megah.
Jadi, dia memerintahkan semua imam masjid untuk menggantung lampion di menara masjid setiap saat buka puasa sebagai indikasi umat Islam untuk berbuka puasa dan mencerahkan jalan.
Sejak saat itu, fawanees menjadi kebiasaan.
3. Meriam Ramadan
Meriam adalah tradisi Ramadan yang dilakukan setiap tahun di Mekkah.
Meriam diletakkan di gunung selama bulan Ramadan.
Sebuah bola kanon ditembakkan untuk mengingatkan umat Islam saat fajar untuk berpuasa dan saat senja untuk berbuka puasa.
Asalnya kembali ke abad ke-15.
Sekira tahun 859 Hijriah (sekitar 1455), ketika seorang sultan Mamluk dari Mesir ingin menguji meriam baru yang baru saja dia terima.
Ia menembakkan bola yang bertepatan dengan waktu Maghrib saat Ramadan.
Orang-orang kemudian mengira ini adalah cara sultan untuk memberi tahu mereka bahwa sudah waktunya berbuka puasa.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Inilah Tradisi Warga di Arab Saudi Saat Menyambut Tahun Baru Islam pada 1 Muharam
Baca juga: Arab Saudi Buka Wilayah Udara untuk Semua Maskapai Termasuk dari Israel
Baca juga: Gaya Ridwan Kamil saat Fotoin Turis di Arab Saudi, Totalitas Ambil Beberapa Angle