TRIBUNTRAVEL.COM - Kamu pasti tidak asing dengan kupu-kupu.
Kupu-kupu terkenal dengan keindahan sayapnya yang berpola dan berwarna-warni.

Tahukah kamu, dari sekian banyak jenis kupu-kupu, ada satu yan tidak biasa.
Nama kupu-kupu tersebut adalah Attacus Atlas.
Baca juga: 18 Fakta Unik Sri Lanka, dari Negara yang Cukup Kaya hingga Kini Mengalami Krisis
Apa yang menjadikan kupu-kupu jenis Attacus Atlas unik adalah ukurannya yang besar.
Attacus Atlas merupakan satu kupu-kupu terbesar di dunia.
Dilansir dari amusingplanet, Attacus Atlas hidup di hutan tropis Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia.
Disebut Atlas dalam mitologi Yunani yang berarti berukuran besar.

Baca juga: 7 Tempat Wisata Unik di Bangkok Thailand, Melihat Gajah Berkepala Tiga di Museum Erawan
Di beberapa tempat di China disebut kupu- kupu kepala ular, karena ujung sayapnya persis seperti kepala ular.
Attacus Atlas hanya makan saat masih larva, kemudian setelah menjadi kupu-kupu, ia tidak memiliki rongga mulut dan satu-satunya tujuannya adalah untuk bereproduksi, tugas yang dilakukannya segera setelah ia lahir.
Di beberapa tempat, sutra yang dihasilkannya, berwarna gelap dan mirip dengan wol, digunakan karena daya tahannya yang luar biasa.
Tetapi tidak dieksploitasi secara komersial karena tidak seperti yang dihasilkan oleh ulat sutera, Attacus disekresikan dalam bentuk untaian putus.
Tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan sayapnya, yang mencapai lebar sayap hingga 24 sentimeter.
Dalam hal ini, hanya dilampaui oleh Kupu-Kupu Kaisar ( Thysania agrippina ), yang mendiami sebagian besar Amerika Tengah dan Selatan.

Baca juga: YouTuber Perlihatkan Tempat Pesta Unik di Arab Saudi, Lokasinya Dekat Masjidil Haram
Namun Attacus memiliki sayap yang lebih luas, mencapai hingga 400 sentimeter persegi.
Bagian atas sayap berwarna coklat kemerahan dengan pola garis hitam, putih, merah muda dan ungu.
Bagian bawah lebih pucat.
Ujung sayap dengan mimikri yang menyerupai kepala ular tersebut berfungsi untuk menjauhkan burung dari sarangnya.
“Ketika terancam, Attacus jatuh ke tanah dan menggeliat, perlahan mengepakkan sayapnya untuk meniru gerakan kepala dan leher ular dan menakut-nakuti predator,” kata Katie Pavid, dari Natural History Museum, London.
Karena tidak makan, Attacus hanya memanfaatkan penyimpanan lemak yang terakumulasi selama fase larva, ia mencoba menghemat energi dengan terbang sesedikit mungkin.
Attacus penerbang yang sangat lemah dan karena itu beristirahat di siang hari dan hanya terbang di malam hari.
Attacus Atlas sering dikira sebagai ngengat.
Ini karena karena hanya terlihat pada malam hari.
Perbedaan Attacus Atlas dengan ngengat adalah makanan yang dikonsumsi saat masih larva.
Larva Attacus memakan jeruk, kayu manis, jambu biji, dan daun cemara.
Fakta Unik Shonan Gold, Buah Khas Kanagawa Jepang yang Dijuluki Jeruk Hantu
Buat kamu yang suka jeruk, pernahkan mencoba Shonan Gold Kanagawa?
Dikembangkan dan ditanam secara eksklusif hanya di Prefektur Kanagawa Jepang, Shonan Gold secara eksternal menyerupai lemon tetapi memiliki rasa manis yang menyegarkan dengan sedikit rasa asam.
Daging bagian dalam terlihat lebih dekat dengan jeruk, dan bijinya juga sedikit.
Selain itu, kulitnya yang halus dan mudah dikupas dengan tangan.

Baca juga: Fakta Unik Natto, Kuliner Khas Jepang dari Fermentasi Kedelai yang Viral di TikTok
Shonan Gold
Berasal dari Pusat Teknologi Pertanian Kanagawa di Odawara, pembudidayaan buah dimulai pada tahun 1988, kemudian melalui berbagai proses seleksi dan perbanyakan hingga tahun 1999 untuk membentuk stabilitas karakteristiknya.
Dilansir TribunTravel dari laman japantoday, Shonan Gold dihasilkan dari hibrida antara dua buah jeruk Jepang lainnya yang dikenal sebagai Ogonkan (atau ki-mikan), dan Imamura Unshu, yang merupakan variasi dari satsuma mikan.
Akhirnya, Shonan Gold didaftarkan sebagai varietas oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang (MAFF) pada tahun 2003.
Shonan Gold matang antara Maret hingga April dan rasanya bertahan hingga Mei.
Kanagawa menyumbang 100 persen dari produksi Shonan Gold, dengan produsen utama adalah Odawara dan Kota Yugawara.
Dengan volume produksi yang rendah, Shonan Gold sering dijuluki sebagai "jeruk hantu".

Baca juga: Fenomena Unik Langit di Amerika Berubah Warna jadi Hijau saat Badai
Produk yang dijual bebas di Japan Rail Café
Pada bulan September dan Oktober tahun lalu, Pameran Kanagawa diadakan bersamaan dengan Japan Rail Café, mempromosikan pariwisata ke Kanagawa dan penjualan over-the-counter produk khusus lokal.
Produk-produk yang ditampilkan dalam pameran tersebut berasal dari 10 usaha kecil dan menengah asal Kanagawa yang tertarik untuk berekspansi ke Singapura.
Mereka termasuk: Choshiya, Moriyama Milk Industries, Nozawa Sakuzo Shoten, Shonan Chigasakiya, Koganei Brewery, L'Orient Confectionary Store, Akisawa-en, Nature, Japan Energy Food, dan Koperasi Penjualan Sake Odawara.
Dari 10 perusahaan tersebut, produk Shonan Gold yang diunggulkan adalah jelly Shonan Gold, Shonan Gold Drops dan Shonan Gold wine.
Selain itu, ada juga craft gin dari Koganei Brewery yang menggunakan Shonan Gold sebagai salah satu bahannya.
Ambar/TribunTravel