TRIBUNTRAVEL.COM - Keindahan Candi Borobudur memang tak perlu diragukan lagi.
Bahkan candi yang dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi ini ditetapkan UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia.
Dilansir dari situs National Geographic, alasan lain UNESCO menetapkan Borobudur sebagai situs warisan dunia, karena Candi Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia.
Memiliki banguan dan arsitektur yang unik, patut saja banyak wisatawan yang suka liburan ke Candi Borobudur.
Destinasi ini juga dikenal sebagai tempat wisata bersejarah karena memiliki nilai pendidikan serta keagamaan yang tinggi, khususnya Buddha Mahayana.
Baca juga: 7 Fakta Unik Candi Borobudur yang Tiket Masuknya Disebut Akan Naik Jadi Rp 750.000, Benarkah?

Tapi tahukah traveler, jika Candi Borobudur juga memiliki mitos yang beredar di kalangan para wisatawan?
Candi Borobudur mempunyai mitos Kunto Bimo.
Kunto Bimo adalah sebuah mitos yang dipercaya masyarakat sekitar Candi Borobudur.
Di mana, siapa saja yang menyentuh bagian tertentu dari tubuh arca Buddha yang ada di dalam stupa, maka ia akan mendapatkan keberuntungan atau keinginannya akan terkabul.
Ada yang mengatakan bagi pria ia harus memegang jari manis, namun ada yang mengatakan jari kelingking dari arca Buddha - yang berada dalam posisi tangan (mudra) Dharmachakra (Pali: Dhammacakka – roda Dharma).
Sedangkan bagi wanita ia harus memegang telapak kakinya atau tumit, namun ada yang mengatakan ibu jari kaki.
Karena mitos itu, arca Buddha tersebut dikenal dengan nama arca Kunto Bimo.
Berdasarkan cerita masyarakat setempat, istilah Kunto Bimo berasal dari kata “Kunto” dianggap berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu “ngento-ento” (ngenta-enta) yang berarti “mengira-kira”, atau “ngenta-ento” yang berarti “permintaan-mendapatkan”.
Serta “Bimo” dari kata “Bima” yaitu salah satu tokoh dari Pandawa Lima dalam kisah Mahabharata.
Baca juga: Fakta Tiket Candi Borobudur yang Naik Jadi Rp 750 Ribu, Luhut: Masih Belum Final

Baca juga: Perbandingan Tarif Tiket Masuk 7 Keajaiban Dunia dengan Candi Borobudur, dari Taj Mahal hingga Petra
Atau juga dikenal dengan nama Werkudoro yang memiliki sifat pantang menyerah.
Sehingga “Kunto Bimo” diduga berarti permintaan pantang menyerah dan mengira-kira (berharap) mendapatkan hasilnya.
Secara harfiah, Kunto Bimo sendiri berasal dari kata “kunta” bisa berarti “batang” atau “lembing” atau juga bisa berarti gairah atau keinginan, dan “bima” adalah Bhima dari tokoh Pandawa yang berarti “mengerikan” atau “luar biasa” atau “dahsyat”.
Namun seorang arkeolog Indonesia yang pernah memimpin pemugaran Candi Borobudur, Drs. R. Soekmono, mitos yang tidak ada kaitannya dan tidak diajarkan dalam Agama Buddha.
Menurutnya, Kunto Bimo merupakan akal-akalan oknum petugas candi pada tahun 1950-an untuk meningkatkan pendapatan dari pengunjung candi.
Mereka menaburkan bunga dan uang pada satu arca dalam stupa sehingga memberi kesan mistis.
Perilaku pengunjung Candi Borobudur yang mengistimewakan arca Buddha di arupadathu tersebut pernah disinggung oleh seorang arkeolog Belanda.
August Johan Bernet Kempers (1906-1992) dalam bukunya Ageless Borobudur.
Tidak diketahui secara pasti mengapa yang harus disentuh adalah jari manis dan tumit.
Diduga ini juga merupakan sebuah permainan akal-akalan agar para pengunjung tidak dengan mudah berhasil melakukannya.
Sehingga kemungkinan kecil atau sedikit orang yang akan berhasil.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Asal-usul Mitos Kunto Bimo Bisa Dapat Keberuntungan Seusai Sentuh Arca di Stupa Candi Borobudur
Baca juga: Panduan Rute ke Candi Borobudur dari Jogja, Bisa Naik Transportasi Umum atau Kendaraan Pribadi
Baca juga: Pembatasan Jumlah Pengunjung Candi Borobudur sebagai Upaya Agar Tidak Missing Tourism