TRIBUNTRAVEL.COM - Prancis kembali memperketat aturan masuk bagi turis asing.
Belum lama ini, Prancis melarang turis asing masuk ke negara itu apabila mereka belum mendapatkan suntikan vaksin booster.
Satu-satunya cara mengunjungi Prancis adalah turis asing harus sudah menerima suntikan vaksin booster, setidaknya 14 hari sebelum bepergian.
Lebih lanjut, turis asing yang hanya mendapatkan vaksinasi dosis lengkap tapi tidak menerima vaksin booster dalam waktu sembilan bulan, maka akan dianggap tidak vaksin.
Hal tersebut dikatakan oleh pihak berwenang Prancis, lapor The Sun, Kamis (3/2/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Simak Syarat Berkunjung ke Kebun Binatang Surabaya
Turis asing yang tidak divaksinasi harus mengisolasi diri selama 10 hari setibanya di Prancis.
Mereka juga harus memiliki alasan penting untuk memasuki Prancis, tapi tidak untuk alasan liburan.
Dalam situs website Eurostar tertulis: "Agar diakui sebagai 'turis yang sudah divaksinasi penuh' untuk tujuan perjalanan, siapa pun yang berusia 18 tahun ke atas harus mendapatkan suntikan vaksinasi dosis lengkap utama yang disetujui dalam 9 bulan terakhir ATAU booster vaksin Covid-19."
Sedangkan untuk pengunjung yang usianya di bawah 18 tahun tidak perlu suntikan vaksin booster agar bisa dianggap sebagai 'turis yang sudah vaksin dosis lengkap'.
Lebih lanjut, turis asing yang sudah mendapatkan suntikan vaksin booster tetap harus menunjukkan bukti negatif tes RT-PCR atau rapid test antigen yang diambil dalam waktu 24 jam setelah keberangkatan.
Mereka juga harus melengkapi pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa turis tersebut tidak memiliki gejala Covid-19.
Prancis bukannya satu-satunya negara yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada sertifikat vaksin.
Negara lain seperti Spanyol, Yunani, Belanda, Swiss, Austria, Belgia, dan Dubai juga telah membuat batasan waktu yang bisa digunakan pelancong untuk mendapatkan suntikan kedua dan booster mereka.
Baca juga: Viral Pria Positif Covid-19 Buat Video TikTok Naik MRT Setelah 7 Hari Isolasi Mandiri
Jepang Masih Berlakukan Pembatasan Masuk yang Ketat untuk Turis Asing
Jepang masih akan melakukan pembatasan masuk yang ketat untuk mencegah penyebaran varian Omicron hingga akhir Februari, kata Perdana Menteri pada Selasa, (11/1/2022).
Meski demikian, terdapat beberapa pengecualian dengan alasan kemanusiaan yang dapat dipertimbangkan.
Jepang mengadopsi beberapa kontrol perbatasan paling ketat di dunia ketika varian Omicron muncul akhir tahun lalu.
Pemerintah Jepang melarang masuknya warga non-Jepang, termasuk siswa dan anggota keluarga asing, kecuali untuk kondisi darurat.
"Berkat aturan perbatasan ketat di negara-negara G7, kami dapat menjaga penyebaran Omicron di level kasus minimal, untuk bersiap menghadapi infeksi domestik," kata Perdana Menteri Fumio Kishida kepada wartawan.
"Kami akan mempertahankan kerangka tindakan saat ini hingga akhir Februari, sambil mengambil tindakan yang diperlukan dari perspektif kemanusiaan dan kepentingan nasional," lanjutnya.
Dikutip TribunTravel dari laman Channel News Asia, Rabu (12/1/2022), aturan enam hari di karantina hotel yang ketat untuk sebagian besar orang yang diizinkan masuk (kebanyakan orang Jepang dan penduduk asing) tetap diikuti dengan karantina di rumah.
Langkah-langkah tersebut rupanya telah memicu protes dan petisi yang menyerukan perubahan, terutama bagi mereka yang harus jauh dari keluarga.
Baca juga: Temukan Hasil Tes Covid-19 Palsu, Phuket Akan Perketat Kebijakan untuk Turis Asing
Pada Selasa (11/1/2022) pemerintah mempertimbangkan untuk melonggarkan beberapa aturan dalam kasus-kasus luar biasa.
Sementara masih banyak yang belum diketahui tentang varian Omicron, Kishida mengatakan tampaknya risiko kasus serius lebih rendah.
Anak-anak di bawah usia 12 tahun juga akan ditawarkan vaksinasi, katanya.
Meskipun jajak pendapat menunjukkan sebagian besar orang Jepang mendukung kontrol perbatasan, pendiri dan kepala eksekutif perusahaan e-commerce Rakuten, Hiroshi Mikitani menyerukan agar aturan dilonggarkan karena ekonomi akan menderita.
"Khususnya, pelarangan masuknya orang asing baru dan sistem karantina hotel perlu ditinjau ulang," kata Mikitani, yang sejak lama menjadi kritikus penanganan pandemi Jepang di Twitter.
"Corona ada di mana-mana, di dunia dan perbatasan harus dibuka, pembatasan jelas tidak berfungsi. Yang perlu dilakukan adalah memprioritaskan vaksinasi dan penggunaan obat-obatan oral," tulisnya.
(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)
Kumpulan artikel Covid-19
Baca juga: Yunani Hapus Persyaratan Tes Negatif Covid-19 untuk Turis Asing Pemegang Sertifikat COVID UE
Baca juga: Jumlah Kasus Covid-19 Terus Menurun, Spanyol Akan Hapus Larangan Wajib Pakai Masker di Luar Ruangan