TRIBUNTRAVEL.COM - Masjid-masjid bersejarah di Indonesia memang memiliki daya tarik tersendiri.
Selain untuk berwisata religi, berkunjung ke sejumlah masjid bersejarah juga dapat menambah wawasan tentang sejarah penyebaran Islam di Nusantara.
Terlebih saat bulan Ramadan, berwisata religi ke masjid-masjid bersejarah bisa menjadi momen ngabuburit yang asyik.
Nah, jika membahas masjid bersejarah, salah satu yang patut disinggahi adalah Masjid Masjid Kiai Muhammad Besari Ponorogo, Jawa Timur.
Baca juga: 3 Tempat Wisata Religi di Ponorogo untuk Ngabuburit, Mampir ke Masjid Agung Tegal Sari
Tempat ibadah yang juga dikenal dengan nama Masjid Tegalsari tersebut merupakan bagian dari cagar budaya di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Melansir laman Surya.co.id, Masjid Tegalsari dibangun pada tahun 1742 M.
Tempat ini menjadi salah satu objek wisata religi di Dukuh Gendol, Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Lokasinya searah dengan jalur ke Pondok Pesantren Walisongo, Desa Ngabar, Kecamatan Siman dan Al-Mawadah, Desa Coper, Kecamatan Jetis, Ponorogo, Jawa Timur.
Sekilas, Masjid Tegalsari memiliki wajah seperti Masjid Demak dengan atap bersusun tiga.
Akan tetapi, usianya jauh lebih muda daripada masjid peninggalan Raden Patah dan Walisongo itu.
Masjid Demak dibangun pada 1466 dan Masjid Tegalsari dibangun pada 1742.
Pendirian masjid itu diprakarsai oleh Kiai Ageng Muhammad Basyari.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Religi di Semarang, Kunjungi Masjid Kapal Nabi Nuh yang Unik
Kata "Basyari" kemudian lebih dikenal dengan Besari, ia merupakan ulama yang menyebarkan Islam pertama di Bumi Reog kala itu.
Jika masuk ke dalam masjid, akan tampak 36 tiang kokoh dari kayu jati tanpa paku, semua kayu jati dikuatkan dengan pasak kayu.
Ada tiga bangunan yang berimpitan dan bangunan masjid dengan atap tajug tumpang tiga di sebelah barat.
Terdapat empat saka guru, 12 sakarawa, dan 24 saka pinggir penyangga atap tajug yang dipasang dengan sistem ceblokan.
Kayu penyangganya masih kokoh.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Religi di Surabaya yang Ramai Dikunjungi Wisatawan saat Bulan Ramadan
Sedangkan yang sudah rusak karena termakan usia adalah mimbar.
Kini, masjid itu memakai mimbar kayu berukir yang merupakan replika mimbar asli.
Mihrabnya berupa ceruk yang juga dibingkai kayu berukir.
Meski berada di lokasi yang cukup terpencil, peran Masjid Tegalsari sebagai pusat pendidikan Islam kala itu sangat menonjol.
Kiai Besari memberikan ilmu syariat, akidah, tasawuf atau akhlak, hingga kesenian Jawa, khususnya sastra.
Cendekiawan Muslim, Nurcholish Madjid dalam Ensiklopedi Nurcholish Madjid, menyebut Masjid Tegalsari sebagai tempat yang sangat indah.
Di tempat itu selawatan mirip tembang pesisiran Jawa dan lantunan jemaah zikir masih kerap terdengar.
Masjid Tegalsari mendapat kunjungan paling ramai pada Jumat Kliwon dan Senin Kliwon atau malam-malam tanggal ganjil Ramadan.
Saat ini pengurus masjid membuat kesepakatan, masjid dan makam tetap dibuka, tetapi dengan kapasitas 50 persen.
Riyono, mengatakan peziarah juga harus mematuhi protokol kesehatan, mulai dari menggunakan masker, dan mencuci tangan menggunakan sabun.
Peraturan itu berlaku bagi jemaah yang ingin berziarah maupun salat lima waktu termasuk tarawih.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Religi di Cirebon yang Jadi Destinasi Favorit saat Bulan Ramadan
"Masjid ini mampu menampung 1.500 orang sampai ke serambi. Kalau 50 persen ya sekitar 750 orang," kata Riyono.
Beberapa keunikan Masjid Kiai Muhammad Besari antara lain adalah kubah masjid yang terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang.
Kubah itu menurut cerita, pada zaman Belanda pernah ditembak berkali-kali, namun tidak rusak sedikit pun.
Kediaman Kiai Ageng Besari atau yang biasa disebut Ndalem Ageng masih bisa dilihat di sebelah timur masjid.
Umurnya memang lebih dari dua abad namun kondisi bangunannya tampak cukup kokoh.
Baca juga: Wisata Religi ke Masjid Azizi, Bangunan Bersejarah Peninggalan Kesultanan Langkat
Baca juga: Intip Megahnya Masjid Agung Baitul Ghafur, Tempat Wisata Religi di Aceh
(TribunTravel.com/Mym)
Baca selengkapnya soal wisata religi di sini.