TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah video diduga penampakan meteor jatuh menghebohkan warga di Kecamatan Pagimana, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, sekira pukul 21.20 WITA, Selasa (16/3/2021).
Warga yang melihat langsung juga mengaku mendengar dentuman suara yang cukup kuat, disertai kilatan cahaya terang.
Sebuah video amatir direkam oleh seorang warga dan mengunggahnya di akun Facebook bernama Muhbilal Hilal.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Menhub Pastikan Mudik Lebaran 2021 Tidak Dilarang, Ini Syaratnya
Dalam video singkat tersebut terdengar dentuman suara yang cukup kuat dan disertai kilatan cahaya terang.
Terdengar pula suara beberapa warga yang bertanya-tanya kilatan apakah itu di dalam video.

Menanggapi hal tersebut, sejumlah pihak lantas memberikan penjelasannya.
Astronom Amatir Indonesia, Marufin Sudibyo membenarkan, adanya penampakan benda jatuh dari langit.
Ia menyebut, benda jatuh itu adalah meteorid yang jatuh ke atmosfer Bumi.
Marufin mengatakan, penampakan fenomena meteor jatuh di Banggai, Sulawesi Tengah, terlihat sangat terang atau boloid (bolide).
Hal ini karena pada puncaknya sempat seterang Bulan purnama, secara kasar.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tidak melihat adanya gempa yang terjadi di wilayah tersebut.
Sementara itu, pihak LAPAN juga membenarkan bahwa benda yang terekam kamera warga seperti meteor terang atau bolide.
Melihat intensitas cahaya yang dihasilkan, pihaknya menduga meteor itu memiliki ukuran yang cukup signifikan.
Kenapa sering terjadi benda antariksa atau meteorit jatuh di Indonesia akhir-akhir ini?
Mengenai persoalan tersebut, Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo mengatakan bahwa secara statistik, setiap harinya Bumi dihujani oleh 44 ton meteoroid dan memproduksi 17 buah meteorit dengan beragam massa dan ukuran.
"Setiap kilometer persegi (km²) daratan Bumi akan mendapatkan 1 meteorit dalam 50.000 tahun," jelasnya.
Nah, memperhitungkan luas daratan Indonesia yang sebesar 1,9 juta kilometer persegi, maka secara statistik akan ada 1 buah meteorit yang mendarat di Indonesia setiap 10 hari sekali.
Dengan memperhitungkan fraksi area yang dihuni manusia, baik pedesaan hingga perkotaan, maka frekuensi wilayah daratan Indonesia yang berpenghuni akan menyaksikan meteor-terang atau meteor-sangat terang.
Nah, meteor-terang atau meteor-sangat terang tersebutlah yang memproduksi meteorit setiap 50 hingga 60 hari sekali.
Marufin menyebutkan, dalam lima bulan terakhir, yaitu Agustus 2020 hingga Januari 2021, ada dua kejadian tumbukan benda langit yang memproduksi meteorit di Indonesia.
Namun, Marufin meyakini bahwa kejadian suara dentuman misterius yang terjadi di Malang bukanlah berasal dari jatuhnya benda antariksa atau meteoroid, maupun gempa bumi.
Tonton juga:
"Tidak ada. Tidak disertai laporan terlihatnya kilatan cahaya terang ataupun rekaman seismik unik dari sensor seismometer terdekat," jelasnya.
Selain itu, meskipun pada tanggal 2 Februari 2021 diprediksi adanya Obyek 2020 SO yang lewat dekat Bumi, hal itu tidak ada kaitannya dengan suara dentuman tersebut.
"Obyek 2020 SO lewat pada jarak 255.000 kilometer dan sudah dipastikan sebagai bekas roket. Jadi, enggak jatuh kembali ke Bumi," ujarnya.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Situ Burung Bogor, Tempat Bersantai dengan Panorama Alam Pedesaan
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Sejarah Astana Giribangun Karanganyar, Area Pemakaman Keluarga Soeharto
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Berkunjung ke Museum 3D Kota Tua Jakarta, Ini Protokol Kesehatan yang Wajib Dipatuhi
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Menikmati Santai Sore di Situ Gede Dramaga Bogor yang Sejuk dan Asri
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Pilihan Transportasi Menuju Pantai Sadranan dari Bandara Adisutjipto Jogja
(TribunTravel.com/Ratna Widyawati)