TRIBUNTRAVEL.COM - Aktivitas ngabuburit rasanya sudah jadi ritual tersendiri saat Ramadan tiba.
Ngabuburit hampir dijadikan sebagai tradisi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk menunggu waktu buka puasa.
Biasanya pada kegiatan ngabuburit juga kerap diisi dengan berbagai cara atau sekedar menyiapkan takjil buka puasa.
Namun, pernahkah kamu tahu tradisi ngabuburit ini berasal dari mana?
Kemudian kenapa ngabuburit hanya dilakukan saat Ramadan saja?
Kata ngabuburit berasal dari Bahasa Sunda 'burit' yang artinya sore hari.

Berdasarkan Kamus Bahasa Sunda, ngabuburit merupakan bentuk lakuran (singkatan) dalam bahasa Sunda dari kalimat 'ngalantung ngadagoan burit'.
Ngalantung ngadagoan burit dalalam bahasa Indonesia artinya bersantai-santai sambil menunggu waktu sore.
Baca juga: Tur Virtual Semakin Populer, Kini Bisa Ngabuburit Berwisata Kopi di Jakarta via Daring
Namun ada juga yang mengatakan, kalau istilah ngabuburit hanya berasal dari kata 'burit' yang mendapat imbuhan dan pengulangan pada suku kata pertama.
Dalam tradisi masyarakata Sunda, kegiatan ngabuburit kerap dilakukan setiap hari dengan berbagai cara.
Mulai dari jalan-jalan, bermain, bercengkerama, berburu takjil, atau sekedar menghabiskan waktu di ruang terbuka seperti taman.
TONTON JUGA:
Ngabuburit saat Ramadan
Seiring berkembangnya zaman istilah ngabuburit mulai meluas dan menyebar ke berbagai daerah di Indoenesia.
Saking luasnya, istilah ngabuburit malah mengalami penyempitan konteks dan makna.
Hal ini dapat dilihat istilah ngabuburit pada zaman sekarang yang hanya dikaitkan dengan kegiatan saat Ramadan.
Padahal jika melihat unsur sejarah, dan asal-usulnya, aktivitas ngabuburit pada masyarakat Sunda justru lebih luas.
Meskipun begitu, di era modern ngabuburit kerap digunakan untuk berbagai kegiatan unik dan positif.
Tidak hanya sekedar untuk jalan-jalan dan berburu takjil, waktu ngabuburit juga dimanfaatkan untuk kegiatan religius.
Kegiatan tersebut di antaranya seperti pengajian, pesantren kilat, aktifitas sosial dan lain sebagainya.
Tradisi Ngabuburit di Berbagai Daerah di Indonesia, Nonton Kereta Api hingga Balap Perahu Layar

Ngabuburit menjadi tradisi masyarakat Indonesia dalam menanti waktu buka puasa selama bulan Ramadan.
Ngabuburit biasanya dilakukan sore hari sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba dan menyiapkan takjil buka puasa.
Sejumlah wilayah di Indonesia ini memiliki cara yang unik untuk ngabuburit selama bulan puasa.
Dirangkum TribunTravel dari berbagai sumber, berikut ini 5 tradisi ngabuburit unik di Indonesia:
1. Menonton kereta api

Melihat kereta api yang melintas mungkin menjadi hal yang biasa bagi kebanyakan orang.
Namun, kegiatan tersebut merupakan cara unik warga Madiun untuk ngabuburit.
Menjelang sore hari, banyak para warga menonton kereta api yang melintas di sepanjang rel kereta api Madiun.
2. Panjat tebing
Satu lagi tradisi ngabuburit unik yang biasa dilakukan oleh masyarakat Madiun.
Tak hanya menonton kereta api, banyak juga masyarakat Madiun yang berkumpul untuk bermain panjang tebing.
Tradisi ini dilakukan di Stadion Wilis pada sore hari menjelang waktu berbuka puasa.
3. Balap perahu layar

Tradisi ngabuburit unik selanjutnya bisa kita jumpai di sekiar Pantai Kenjeran, Surabaya.
Masyarakat di sana menghabiskan waktu ngabuburit dengan balap perahu layar mini.
Uniknya, perahu layar mini tersebut dihiasi dengan beragam tulisan lucu dan warna-warni.
4. Kumbohan
Lamongan juga memiliki tradisi ngabuburit unik yang disebut kumbohan.
Kumbohan kegiatan yang biasa dilakukan warga Lamongan untuk menunggu waktu buka puasa dengan berburu ikan.
Menjelang sore hari, air Sungai Bengawan Solo akan surut sehingga banyak ikan mudah ditangkap.
5. Menerbangkan layangan hias
Salah satu daerah yang memiliki tradisi ngabuburit unik adalah Majalengka.
Masyarakat Majalengka akan ramai-ramai menerbangkan layangan hias pada sore hari hingga waktu berbuka puasa tiba.
Bagi masyarakat Majalengka, menerbangkan layangan hias sudah menjadi tradisi turun temurun.
6. Bermain luwak
Tradisi ngabuburit unik digagas oleh sebuah komunitas pecinta hewan luwak di Jombang.
Sembari menunggu waltu berbuka puasa, mereka akan membawa dan memainkan luwak di depan Stasiun Jombang.
Kegiatan itu menarik banyak perhatian masyarakat sekitar dan akhirnya menjadi tradisi unik yang digelar hingga sekarang.
Baca juga: Ngabuburit di Rumah Saja? Coba Lakukan 5 Kegiatan Ini Agar Tidak Bosan
Baca juga: Rekomendasi 5 Tempat Ngabuburit di Lampung untuk Menunggu Waktu Berbuka Puasa
Baca juga: Tradisi Ngabuburit di Berbagai Daerah di Indonesia, Nonton Kereta Api hingga Balap Perahu Layar
Baca juga: 3 Tempat Cari Takjil di Semarang Sambil Ngabuburit, Banyak Pilihan Jajanan Harga Terjangkau
Baca juga: Rekomendasi 7 Tempat Ngabuburit Seru di Semarang untuk Ramadan 2021
(TribunTravel/Zainiya Abidatun Nisa')