Breaking News:

Sempat Sepi, Kafe Bernuansa Kematian di Bangkok Ini Tiba-tiba Ramai Dikunjungi Wisatawan

Bukan sembarang kafe, ternyata menurut pengelola Kid-Mai Death, kafe itu ditujukan untuk pengunjung yang ingin meningkatkan kesadaran akan kematian.

Instagram/kid_mai.cafe
Ornamen tengkorak di KID-MAI Death Awareness Cafe 

Dilansir dari Oddity Central, ketika pengunjung datang di depan pintu masuk kafe, mereka sudah disuguhi lorong hitam dengan berbagai tulisan antara lain "apakah kamu lelah?" atau "apa yang ingin kamu lakukan namun belum kesampean?"

Setelah itu, di tengah kafe terdapat peti mati seukuran manusia normal, lengkap dengan karangan bunga di sebelah kanannya.

Tidak lupa terdapat tengkorak yang duduk di kursi hitam, tidak jauh dari peti mati tersebut berada.

Di sebelah karangan bunga itu, pengunjung disambut dengan tulisan inspirasional "pada akhirnya, Kamu nggak akan bawa apa-apa". 
Bukan sembarang kafe, ternyata menurut pengelola Kid-Mai Death, kafe itu ditujukan untuk pengunjung yang ingin meningkatkan kesadaran akan kematian.

"Kami ingin agar para pengunjung bisa lebih menikmati dan menghargai hidup. Sebab, kita tidak tahu kapan hidup kita bakal berakhir," ujar pengelola Kid-Mai Death dikutip dari Kompas.com.

Katanya, setelah mencoba peti mati ini, maka nafsu makan pengunjung akan bisa bertambah, bahkan semua hidangan pun jadi terasa lebih nikmat. Apa iya?

 

Remaja ikut masuk ke peti mati

Tren gimmick kematian dengan masuk ke peti mati imi ternyata diikuti remaja 15 tahun, Tammy yang akhirnya ikut masuk ke dalam kotak perisitirahatan manusia.

Tammy telah menghabiskan waktu selama tiga menit di peti mati yang tertutup.

Meski hanya sebentar, Tammy mengaku kapok berbaring diam di peti mati dalam kondisi tertutup lagi.

Itu adalah pengalaman Tammy saat berkunjung ke Kid Mai Death Cafe di Bangkok, Thailand.

2 dari 3 halaman

"Rasanya nyaman, tapi saya nggak bisa tidur atau rileks di dalamnya karena saya merasa kayak mau mati. Kematian yang saya rasakan adalah perasaan ketika kamu berpikir akan kehilangan segalanya hari ini dan perasaan ketika kamu nggak bakal hidup lagi, nggak bisa melihat ibu dan ayah lagi," kata Tammy kepada CNN Travel sambil keluar dari peti mati di Kid-mai Death, Bangkok.

"Saya masih ketakutan. Sepertinya saya tidak mau di dalam sana lagi," imbuh Tammy lalu tertawa.

Meski diakui mendapat ketenangan, remaja itu tetap memikirkan sepinya sendirian dalam ruangan sempit itu.

Padahal, dia waktun itu dapat diskon dari pengelola kafe lantaran jadi pengunjung yang berani berbaring di dalam peti mati selama 3 menit dalam keadaan tertutup. "Tetep saya tidak mau melakukannya lagi," katanya.

Jadi tren pencari ketenangan dan obat stress di tengah pandemi

Masuk ke dalam peti mati ternyata menjadi minat bagi ratusan warga Thailand pada musim pandemi Covid-19 ini.

Menyadur dari National Post, pada laporannya di akhir Januari 2021 menyebut  tren masuk ke peti mati sambil memegang bunga tengah menjadi ritual bagi warga Thailand yang mencari ketenangan diri

Tak kurang dari 100 orang mengantre untuk ikut ritual kematian tersebut di Kuil Wat Bangna Nai di Bangkok  Thailand.

Mereka yang melakukan upacara kematian tersebut berhatap dapat meningkatkan keberuntungan dan mengurangi tekanan hidup selama masa pandemi ini.

"Saya harus mengakui bahwa saya stres belakangan ini karena penghasilan saya berkurang akibat pandemi dan saya yakin semua orang di sini juga merasakan hal yang sama," kata Nutsarang Sihard, peserta ritual berusia 52 tahun.

 

Usai mengikuti ritual tiduran di peti mati sambil memegang bunga dan ditutup selembar kain kafan, dia juga dinyanyikan lagu dari para bhiksu.

3 dari 3 halaman

“Saya merasa seperti terlahir kembali, hidup kembali dan menjadi orang baru,” kata Nutsarang yang ngaku punya toko.

Nggak cuma orangtua, anak muda juga ikutan tren ini, Chonlathit Nimimenwai, 23 tahun misalnya, dia hadir karena seorang peramal mengatakan kepadanya bahwa hidupnya dalam bahaya.

"Itu bikin saya stres. Itulah mengapa saya di sini hari ini karena saya ingin merasa lebih baikan," katanya.

Banyak kuil di Thailand mengadakan upacara serupa dan Prakru Prapath Waranukij, seorang biksu yang melakukan upacara ini, mengatakan bahwa meskipun ritual tersebut mendapat beberapa kritik secara online, dia merasa penting untuk merenungkan kematian.

“Ini mengingatkan orang bahwa suatu hari kita akan mati, jadi kita harus berhati-hati dengan cara kita menjalani hidup,” kata Prakru.

Baca juga: 5 Kafe dan Restoran di Bandung yang Sajikan Kuliner Khas Korea Selatan, Rasanya Autentik

Baca juga: Mencicipi Dimsum dan Kue Kekinian di Rumah None Bandung, Kafe Berkonsep Modern dan Minimalis

Baca juga: 7 Kafe Unik di Bangkok Thailand, dari Poltime Cafe hingga Big Dog Cafe

Baca juga: Kelakuan Buruk Pelanggan yang Siram Wajah Staf Kafe dengan Minuman yang Dipesan

Baca juga: Rumah None, Kafe Instagramable di Bandung yang Hadirkan Varian Menu Dimsum dan hingga Kebab

Artikel ini telah tayang di Hai.grid.id dengan judul Kafe dan Kuil Bernuansa Kematian di Bangkok Thailand Kini Ramai Dikunjungi saat Pandemi
 

Selanjutnya
Sumber: Grid.ID
Tags:
Kafe Bernuansa Kematian di BangkokBangkokThe Kid-Mai Death Milk Bun
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved