TRIBUNTRAVEL.COM - Pegunungan Alpen tak hanya terkenal dengan habitat puluhan ribu satwa liar saja, tapi ada juga bunga endemik yang ditemukan di sana.
Namun bunga endemik di Pegunungan Alpen tersebut terancam punah karena gletser terus mencair.
Mencairnya gletser ini akan sangat berpengaruh pada ekosistem Pegunungan Alpen, termasuk flora dan fauna yang ada di sana.
Hal ini tentu menjadi kabar yang tidak menyenangkan karena keanekaragaman hayati pegunungan Alpen akan menurun secara keseluruhan yang berimbas pada ekosistem pegunungan tersebut.
Seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (30/1/2021) peneliti mengungkap bahwa 22 persen spesies yang diteliti di pegunungan Alpen Italia akan punah 150 tahun lagi setelah gletser menghilang.
Beberapa tanaman endemik yang termasuk di dalamnya adalah mossy saxifrage, purple mountain saxifrage, dan mignonette-leaved bitter-cress.
Dalam studi yang dipublikasikan di Frontiers in Ecology and Evolution peneliti mengungkapkan bahwa lingkungan proglasial sangat sensitif terhadap pemanasan global sehingga spesies pegunungan menjadi rentan terhadap kepunahan.

Tanaman di wilayah tersebut perlu pindah ke habitat yang lebih dingin saat iklim menghangat, tetapi tak ada lagi ruang bagi mereka saat gletser mencair.
Hal tersebut nampaknya juga diperparah dengan adanya persaingan dengan spesies tanaman lainnya.
Peneliti menuturkan spesies tanaman yang lebih kompetitif bertahan dengan cara apapun misalnya dengan tumbuh dekat tanah agar tak tertiup angin.
Tanaman-tanaman yang dapat bersaing tersebut seperti misalnya alpine sedge, alpine meadow-grass, and dwarf yellow cinquefoil pun akhirnya dapat bertahan hidup dan mulai menggerus keberadaan keberadaan tanaman lain yang kurang adaptif.
Kepunahan tanaman di pegunungan Alpen memiliki arti yang sangat penting karena kemungkinan besar akan menyebabkan kepunahan lokal lainnya.
"Mereka produsen utama. Mereka bukan hanya makanan kita tetapi juga bahan bakar untuk semua ekosistem baik itu predator, parasit, herbivora, dan penyerbuk," ungkap Dr Gianalberto Losapio, ketua peneliti dan ahli ekologi di Universitas Stanford.
Menurut Losapio, selain bekerja untuk mengurangi emisi, mendidik masyarakat dan meningkatkan kesadaran tentang ekosistem pegunungan yang rapuh dapat membantu lingkungan ini.
"Laporan ini sangat berharga karena perkiraan tersebut memungkinkan para konservasionis untuk memprediksi dengan lebih baik perubahan yang sedang terjadi. Kita harus bekerja sama untuk memenuhi tantangan perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati," tambah Ian Dun, kepala eksekutif Plantlife.
Dalam studi ini peneliti menggunakan catatan geologi untuk merekonstruksi gletser.
Informasi kemudian digabungkan dengan survei terhadap 117 spesies tanaman yang diamati, serta analisis kondisi lingkungan setempat.
Dengan menggabungkan kumpulan data, peliti dapat memeriksa perubahan selama 5000 tahun terakhir dan membuat prediksi untuk masa depan.
Baca juga: Null Stern Hotel, Hotel Unik di Pegunungan Alpen, Swiss yang Dibuat Tanpa Atap dan Dinding
Baca juga: Melihat Nihon Arupusu, Lanskape Pegunungan Alpen Ala Jepang dengan Samudera Awan yang Indah
Baca juga: Peringatan Keselataman di Mont Blanc, Prancis Batasi Akses Pendaki ke Puncak Pegunungan Alpen
Baca juga: Glestser yang Mencair di Pegunungan Alpen Ungkap Pasangan yang Dilaporkan Hilang 75 Tahun Silam
Baca juga: Pecinta Olahraga Ski yang Juga Miliarder Asal Jerman Menghilang Tanpa Jejak di Pegunungan Alpen
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gletser Mencair, Bunga Endemik Pegunungan Alpen Terancam Punah".