TRIBUNTRAVEL.COM - Meski ada pandemi virus Corona yang berimbas pada berkurangnya jumlah aktivitas penerbangan, tidak menurunkan jumlah angka kematian akibat kecelakaan pesawat.
Data dari situs pelacakan penerbangan, Flightradar24 menunjukkan bahwa aktivitas penerbangan komersial turun 42 persen pada tahun 2020.
Namun yang mengkhawatirkan, hal ini tidak berpengaruh pada kematian akibat kecelakan pesawat.
Justru kematian akibat kecelakaan pesawat meningkat di tahun 2020 dibanding tahun 2019, meski ada pengurangan aktivitas penerbangan.
Baca juga: Alami Bird Strike hingga Asap Keluar dari Roda Pendaratan, Pesawat Ini Mendarat dengan Selamat
Dilansir dari laman Express.co.uk, Rabu (6/1/2021), dilaporkan sebanyak 299 orang tewas dalam kecelakaan pesawat komersial di seluruh dunia pada tahun 2020, menurut Konsultan Penerbangan Belanda To70.
Sementara, kecelakaan pesawat di tahun 2019 menewaskan 257 orang.
Jadi bagaimana ini bisa terjadi?

Dalam sebuah pernyataan To70 menyebutkan kecelakaan pesawat tersebut terjadi akibat tindak kejahatan yang sengaja dilakukan dan kerusakan pesawat.
Pada tahun 2020, ada dua insiden tragis yang terjadi dan berdampak pada total kematian akibat kecelakaan pesawat.
Januari 2020, angkatan bersenjata Iran menembak sebuah penerbangan Ukraine International Airlines yang menewaskan 176 orang.
Kemudian pada Mei 2020, sebuah penerbangan Pakistan International Airlines (PIA) jatuh di Kota Karachi.
To70 menjelaskan, kecelakaan pesawat komersial sebenarnya berkurang lebih dari setengahnya pada tahun 2020.
Yakni 40 kecelakaan, di mana lima di antaranya berakibat fatal dan menewaskan 299 orang.
Sedangkan pada tahun 2019, terjadi 86 kecelakaan yang delapan di antaranya berakibat fatal sehingga mengakibatkan 257 korban jiwa.
Menurut To70, tingkat kecelakaan fatal untuk pesawat besar di angkutan udara komersial adalah 0,27 per juta penerbangan.
Ini berarti tingkat satu kecelakaan fatal setiap 3,7 juta penerbangan.
"Meski angka kecelakaan untuk tahun 2020 tetap rendah, namun jumlah kematian memprihatinkan," kata To70.
Mereka menjelaskan bahwa tiga dari lima kecelakaan fatal tahun lalu dan beberapa kecelakaan non-fatal terkait dengan pesawat yang telah meninggalkan landasan pacu, yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang mengarah pada pendekatan dan pendaratan terakhir.
To70 menyatakan, "Perhitungan kinerja penerbangan yang dibuat sebelum pendekatan dan penggunaan tepat waktu dari manuver berputar tetap menjadi faktor kunci dalam kecelakaan dan lebih banyak lagi yang harus dilakukan untuk memahami peran manusia dan teknologi dalam sitiasi ini."
"Tidak ada yang bangun dari tempat tidur sambil berpikir bahwa mereka akan mengalami kecelakaan hari ini," lanjutnya.
Jika hal terburuk terjadi di pesawat, sabuk pengaman yang diikat dengan benar dapat membuat perbedaan besar.
Tonton juga:
Pilot Patrick Smith menulis dalam bukunya Cockpit Confidential, "Jaga agar sabuk pengaman anda tetap rendah dan kencang. Tidak ada yang lebih memberatkan daripada mendengar suara penumpang, teori jika terjadi tabrakan. Jadi apa gunanya?."
"Sebagian besar tabarakan memang selamat, dan sesuatu yang sederhana seperti sabuk yang diikat dengan benar dapat menjadi pembeda antara cedera serius dan ringa," pungkasnya.
Baca juga: Terbang Secara Ilegal, Penumpang Ini Sembunyi di Roda Pesawat Selama 11 Jam Penerbangan
Baca juga: Bagikan Promo Tiket Pesawat untuk Libur Natal, Maskapai Penerbangan Ini Kena Sembur Warganet
Baca juga: Ada Laporan Alat Peledak dalam Kabin, Pesawat Ini Terpaksa Lakukan Pendaratan Darurat
Baca juga: Ini Alasan Mengapa Penumpang Dilarang Tukar Tempat Duduk Sembarangan di Pesawat
Baca juga: Maskapai Thailand Larang Layanan Makan dan Minum di Pesawat, Begini Alasannya
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)