TRIBUNTRAVEL.COM - Maskapai low-budget Asia, AirAsia X hampir diambang kehancuran akibat pandemi Covid-19.
Alhasil, AirAsia X menutup cabangnya di Indonesia dalam upaya untuk memangkas biaya dan menyelamatkan bisnisnya.
Melansir Simple Flying, AirAsia X membutuhkan lebih dari 100 juta dolar atau Rp 1,4 triliun untuk menghindari likuidasi.
Lantas, bagaimana maskapai ini mendapatkan uang tersebut?
Baca juga: AirAsia Buka Restoran yang Sajikan Makanan Penerbangan di Kuala Lumpur
"Kami kehabisan uang," kata wakil ketua AirAsia X Lim Kian Onn kepada media Malaysia pada akhir pekan.
“Jelas, bank tidak akan membiayai perusahaan tanpa pemegang saham, baik lama maupun baru, memasukkan ekuitas baru. Jadi, prasyaratnya adalah ekuitas baru. "
Orang-orang yang mengenal AirAsia akan mengetahui bahwa ada AirAsia dan berbagai iterasi AirAsia.
AirAsia asli, secara resmi dikenal sebagai AirAsia Berhad dan dipimpin oleh Tony Fernandes, berbasis di Malaysia.
Selama bertahun-tahun, berbagai maskapai afiliasi telah memisahkan diri dengan maskapai yang berbasis di Malaysia tersebut.
Mereka berbagi nama dan branding AirAsia tetapi berbasis di tempat lain dan entitas perusahaan yang terpisah.
AirAsia asli biasanya memiliki saham yang signifikan dalam afiliasi maskapai penerbangan AirAsia.
AirAsia yang beroperasi di Indonesia adalah Indonesia AirAsia.
Indonesia AirAsia adalah maskapai penerbangan bertarif rendah yang berbasis di Tangerang, Indonesia.
Maskapai ini mengoperasikan layanan domestik dan internasional terjadwal.
Indonesia AirAsia juga menerbangkan penerbangan internasional jarak jauh berjadwal dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali melalui maskapai Indonesia AirAsia X.
Kendati demikian, Indonesia AirAsia X menutup operasi terakhirnya pada awal 2019.
AirAsia Berhad memiliki 49 persen saham pada afiliasinya di Indonesia.
Hukum di Indonesia melarang bisnis asing untuk memiliki mayoritas maskapai penerbangan lokal.
Itu membuat bisnis terkemuka Indonesia, Fersindo Nusaperkasa, mengambil 51 persen saham Indonesia AirAsia.
Sebelum penurunan perjalanan, Indonesia AirAsia terbang ke sekitar 15 tujuan domestik dan enam internasional, dengan armada sekitar 30 pesawat Airbus A320-200.
Maskapai ini mencapai tingkat ketenaran pada tahun 2014 ketika sebuah Airbus A320 yang terbang dari Surabaya ke Singapura jatuh di Laut Jawa, menewaskan 162 penumpang dan awak di dalam penerbangan tersebut.
Kecelakaan itu kemudian dikaitkan dengan kesalahan pilot setelah kerusakan non-kritis dalam sistem kendali kemudi.
Insiden tersebut tidak berdampak apapun bagi reputasi Indonesia AirAsia dan keselamatan penerbangan sipil di Indonesia secara umum.
Masalah likuiditas serius yang sedang berlangsung di AirAsia
Masalah AirAsia tidak akan diselesaikan hanya dengan menutup cabangnya di Indonesia.
Mereka menghadapi krisis uang tunai yang serius.
Mereka memiliki tagihan langsung mendekati 500 juta dolar atau setara Rp 7.3 triliun.
Seperti yang ditunjukkan Lim Kian Onn, tidak ada uang untuk membayar tagihan.
Selama dekade berikutnya, ada sekitar 14 miliar dolar dalam kewajiban jatuh tempo, ini termasuk sewa pesawat, pembaharuan kontrak, pesanan baru, dan sejenisnya.
“Ada banyak lessor, ada juga yang sangat besar, kami telah berbicara dengan mereka selama dua bulan. Dapat dimengerti bahwa mereka semua kesal," kata Lim Kian Onn.
Sementara itu, selain menutup Indonesia AirAsia, AirAsia Berhad telah menghapus 49 persen sahamnya di Thai AirAsia.
Maskapai tersebut tidak lagi menjadi bagian dari rencana restrukturisasi AirAsia Berhad.
Seminggu yang lalu, maskapai afiliasi AirAsia yang berbasis di Jepang juga dilaporkan ditutup.
Baca juga: Promo AirAsia Diskon Tiket Pesawat hingga 50 Persen, Catat Tanggalnya!
Baca juga: Terdampak Pandemi Covid-19, Operasional Maskapai AirAsia di Jepang Resmi Ditutup
Baca juga: Platform AirAsia Luncurkan Fitur SNAP, Ada Paket Kombo Tiket Pesawat dan Hotel
Baca juga: Syarat Penumpang Pesawat AirAsia untuk Rute Domestik dan Internasional
Baca juga: Koper Hilang Saat Naik Pesawat AirAsia? Tak Perlu Panik, Ini Cara Mudah Urusnya
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)