TRIBUNTRAVEL.COM - Di kota Semarang, ada penginapan murah yang terkenal di kalangan para pekerja kasar.
Namanya adalah Pondok Boro, yang dikenal sebagai hunian murah meriah.
Tarif menginap yang ditawarkan pun terjangkau yakni Rp 3.000 per hari.
Baca juga: Gardu Pandang Lereng Kelir dan 3 Tempat Wisata Alam di Semarang untuk Liburan Akhir Pekan
"Sehari, di sini cukup bayar Rp 3 ribu," kata penghuni Pondok Boro, Sutrisno kepada Tribun Banyumas, Sabtu (10/10/2020).
Sutrisno mengaku bahwa dirinya sudah tinggal di Pondok Boro sejak 1996.
Saat ini tarif menginapnya masih Rp 3.000 per hari.
Ternyata bukan hanya alasan murah yang membuatnya betah tinggal di Pondok Boro.
"Di sini juga serba gampang, air mudah, tempatnya adem, seluruh penghuninya juga guyub rukun karena sama-sama perantau," bebernya.
Menurutnya tidak semua orang bisa tinggal di Pondok Boro, melainkan harus ada orang dalam yang membantu.
Artinya, harus ada rekomendasi dari orang yang telah lama tinggal di Pondok Boro.
"Kalau tiba-tiba datang ke sini, langsung tinggal, tidak bisa. Harus ada yang bawa dari yang telah tinggal lama di sini," katanya.
Hal ini juga ditegaskan pengurus Pondok Boro, Taryono.
Menurutnya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi penghuni Pondok Boro.
Selain identitas pribadi, syarat paling wajib adalah ada rekomendasi dari penghuni pondok.
"Kami khawatir, ada kejadian pencurian atau kejahatan lain. Kalau ada yang bawa kan enak, ada yang jamin," ujarnya.
Sejarah Pondok Boro
Taryono menceritakan sejarah singkat keberadaan Pondok Boro, yang dia ketahui.
Menurut cerita, Pondok Boro di daerah Sumeneban Nomor 144 itu merupakan bekas kandang kuda zaman kolonial Belanda.
Kemudian, pascakemerdekaan, gedung tersebut dimiliki warga China.
Pemilik merasa kasihan kepada para pekerja dari Kebumen yang ikut bekerja dengannya lantaran tak memiliki tempat tinggal layak.
Pengusaha ini lalu memerintahkan agar para pekerjanya tersebut tinggal di bekas kandang kuda itu.
"Kurang lebihnya seperti itu. Maka, tidak heran, mayoritas dihuni orang Kebumen yang turun-temurun tinggal di sini. Sekarang, pemilik Pondok Boro orang Jawa," katanya.
Pondok Boro saat ini memiliki 18 kamar dan tujuh ruangan besar yang disekat berupa dipan memanjang.
Total, ada 300 penghuni namun penghuni tetap 85 orang.
Sisanya, penghuni tidak tetap yang sering pulang pergi.
Setiap penghuni dibekali kartu yang menjadi catatan seberapa lama tinggal di tempat tersebut, minimal satu bulan.
"Mayoritas penghuni adalah manula, jumlahnya sekitar 70 orang. Yang muda-muda, umur 40 tahun ke bawah, ada 10 orang," kata Yono, panggilan akrabnya.
Dijelaskannya, dominasi penghuni Pondok Boro dari berbagai daerah.
Selain Kebumen, ada juga yang dari Sragen, Solo, dan daerah lain di Jawa Tengah.
Yono melanjutkan, puncak keramaian Pondok Boro berlangsung pada tahun 1990-an.
Pamor Pondok Boro kini terus meredup, penghuni kian menyusut.
Ini dapat dilihat dari lemari kotak di atas dipan pondok yang kosong.
Tonton juga:
"Dulu, satu kotak lemari untuk satu orang, bayangkan untuk tidur miring saja susah. Sekarang, satu orang bisa pakai dua kotak lemari atau lebih," ceritanya.
"Penghuni di sini mayoritas pedagang. Setelah penghuninya sepuh, biasanya, anaknya diminta meneruskan berdagang di sini tidak mau," bebernya.
Sementara, penghuni Pondok Boro, Andi Setiawan mengaku, baru lima tahun tinggal di Pondok Boro.
Generasinya terhitung baru dibandingkan penghuni lain yang sudah puluhan tahun tinggal di tempat tersebut.
Sama halnya dengan penghuni lain, Andi merasa betah tinggal di tempat tersebut.
Tentu, alasan utamanya lantaran murah.
"Saya paling suka di sini karena seluruh penghuni dianggap saudara jadi bikin kerasan," kata pemuda asal Purworejo ini.
Artikel ini telah tayang di Tribunbanyumas.com dengan judul Penghuni Cukup Bayar Biaya Inap Rp 3000/Hari, Ini Sejarah Pondok Boro di Kota Semarang.
Baca juga: Asal Mula Kampung Photography di Semarang, dari Cerita Suram hingga Lahirkan Puluhan Fotografer
Baca juga: Panduan Transportasi ke Lasem dari Jakarta, Traveler Bisa Naik Kereta Api Sampai Semarang
Baca juga: Soto Ayam Bu Nik Pekunden dan 6 Soto Ayam Enak di Semarang untuk Sarapan
Baca juga: Liburan Bersama Pasangan, Ini 4 Tempat Wisata Romantis di Semarang yang Bisa Dikunjungi
Baca juga: 4 Tempat Wisata Alam di Semarang untuk Liburan Akhir Pekan, Brown Canyon hingga Pantai Tirang