TRIBUNTRAVEL.COM - Pembangunan sektor Pariwisata Indonesia merupakan bagian dari sasaran prioritas program kerja Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Untuk itu, telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2018 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan.
Dalam rangka menindaklanjuti Perpres tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah bekerja sama dalam mengembangkan wisata kesehatan.
Berdasarkan Konsep dan Peta Jalan Pengembangan Wisata Kesehatan yang disepakati bersama, Wisata Kesehatan mencakup 4 klaster.
Keempat klaster itu adalah Wisata Medis, Wisata Kebugaran dan Jamu, Wisata Olahraga yang mendukung kesehatan, dan Wisata Ilmiah Kesehatan.
• Dulu 0,45 Kilogram Pala Harganya Setara 7 Sapi, Rempah Indonesia Pernah jadi yang Termahal di Dunia
Untuk percepatan implementasi wisata kesehatan, wisata kebugaran dan jamu telah disepakati Kemenparekraf dan Kemenkes untuk menjadi prioritas bersama pengembangannya.
Lantas, seperti apa wisata kebugaran berbasis rempah?
Ketua Lembaga Pengembangan dan Penelitian Sosial Politik Universitas Indonesia, Jajang Gunawijaya memberi sedikit penjelasan mengenai wisata kebugaran berbasis rempah.
Sebelum adanya penjajahan di Indonesia, rempah yang dibeli para saudagar Eropa dari pedagang Arab, China, India, dan pelaut Nusantara dimanfaatkan untuk banyak hal.
“Rempah untuk bumbu penyedap, campuran bahan makanan dan minuman, obat-obatan, dan penghangat tubuh, terutama di musim dingin,” kata dia.
TONTON JUGA:
Pernyataan itu Jajang sampaikan dalam International Forum On Spice Route 2020 bertajuk Celebrating Diversity and Intercultural Understanding Through Spice Route as One of the World’s Common Heritage, Rabu (23/9/2020).
Dalam wisata kebugaran berbasis rempah, nantinya salah satu produk yang dapat dijual adalah ramuan rempah yang mampu menyehatkan tubuh.
“Rempah menyeimbangkan unsur-unsur dalam tubuh. Kalau unsur dalam tubuh seimbang, orang sehat. Tujuannya untuk mengembalikan keseimbangan tubuh supaya sehat, bugar, dan tahan penyakit,” tutur Jajang.
Wisata kebugaran, lanjut Jajang, merupakan pemeliharaan kesehatan secara holistik berbasis pada kebudayaan regional dan lokal.
Sebagai contoh, tradisi medis yang kerap ditemukan di seluruh kebudayaan di Indonesia adalah pemanfaatan rempah dalam ramuan dan pijat.
“Kalau panas diimbangi dengan ramuan dingin, kalau dingin diimbangi dengan panas. Ini ada di rempah-rempah. Bawang merah untuk masuk angin, biji pala salah satunya untuk relaksasi di samping untuk bikin makanan lezat dan hilangin stres,” kata Jajang.
Selain dengan menyediakan berbagai ramuan berbasis rempah-rempah Nusantara, paket wisata kebugaran juga bisa menawarkan lulur dengan rempah sebagai bahan utama.

Kendati bisa dijadikan sebagai paket wisata sendiri, Jajang menyarankan wisata kebugaran berbasis rempah dapat dijual dengan paket lain yang juga memanfaatkan salah satu kekayaan Indonesia tersebut.
Adapun, paket lain yang dimaksud adalah paket wisata susur sejarah rempah melalui jalur laut yang akan melewati sejumlah rute untuk menapak tilas jalur rempah Nusantara.
“Mengunjungi istana-istana kerajaan masa lalu dengan rute Morotai, Ambon, Buton, Makassar, atau sebaliknya,” kata Jajang.
Menurut dia, tempat-tempat itu dulunya adalah kerajaan pengekspor rempah dunia.
Wisata kebugaran berbasis rempah bisa ada di kota-kota yang dituju.
Selain itu, wisata kebugaran berbasis rempah juga bisa diadakan selama perjalanan di atas kapal dengan menyediakan sejumlah praktik kebugaran, seperti lulur, ramuan rempah, pijat, terapi kaki, atau refleksi.
• Fakta Menarik Banda Neira di Maluku, Pernah Jadi Satu-satunya Penghasil Rempah Buah Pala di Dunia
• Fakta Unik Pala, Rempah yang Dipercaya Bisa Tangkal Pandemi Black Death di Abad 14
• Gak Ribet dan Mudah Ditiru! Begini Rahasia Kebugaran Victoria Lee Model Cantik Victoria Secret
• Arab Saudi Kembali Kejutkan Dunia dengan Hadirkan Kafe Anjing Pertama di Negaranya
• Dari Solo hingga Lasem, Ini 7 Kampung Batik di Indonesia untuk Dikunjungi Saat Hari Batik Nasional