TRIBUNTRAVEL.COM - Bera merupakan permukiman kuno di negara bagian Rajastha, India, yang terletak di antara tempat-tempat wisata Udaipur dan Jodhpur.
Bentang alamnya sangat mencolok dengan latar belakang Bukit Aravalli yang terjal, ditumbuhi jagung dan ladang sawi serta terdapat sejumlah gubuk beratap jerami.
Hutan di sekitarnya pun dipenuhi dengan tumbuhan dan hewan unik.
Mulai dari kaktus, pohon kikar dan palash yang menjulang tinggi, serta spesies gurun lainnya seperti hyena, kelinci, rubah, dan kucing liar yang berkeliaran di semak-semak.
• 8 Hal yang Wajib Diketahui Sebelum Liburan ke india
Bera juga merupakan surga bagi para ahli burung karena menjad rumah bagi lebih dari 200 spesies burung, termasuk pelikan, angsa greylag, aksen robin, burung bangau demoiselle, dan partridge India.
Monyet dan burung merak juga muncul secara tak terduga.
Sejumlah buaya juga terlihat mengapung di Bendungan Jawai yang dibangun oleh mantan maharaja Jodhpur, Umaid Singh.
Tetapi yang membuat Bera benar-benar unik adalah tempat tesebut mungkin satu-satunya lingkungan alami di bumi tempat macan tutul dan manusia telah hidup harmonis selama lebih dari satu abad.
Melansir dari laman thenational.ae, Kamis (24/9/2020), sekira 90 macan tutul tinggal di Bera dan hidup berdampingan secara damai dengan Suku Rabari, kumpulan penggembala yang bermigrasi ke Rajasthan dari Iran melalui Afghanistan seribu tahun yang lalu.
Menurut sensus terakhir yang dilakukan pada tahun 2011, terdapat sekira 11.000 kaum Rabari yang mendiami dataran Bera.
“Secara tradisional, komunitas kami memelihara unta, tetapi saat ini kami juga memelihara kawanan domba dan kambing,” kata Mangta Ram, salah satu penduduk di Bera.
“Kami adalah komunitas yang erat, semua orang saling mengenal. Adat istiadat, mitologi, sejarah, dan warisan leluhur sangat berarti bagi kami," tambahnya.
Hidup berdampingan yang luar biasa dari kaum Rabari dengan macan tutul disebabkan oleh hubungan spiritual yang dalam, menurut penduduk setempat.
“Para Rabaris memperlakukan binatang buas sebagai malaikat pelindung mereka dan menyembah mereka,” kata Dilip Singh Deora, yang mengelola Jawai Wild Camp, sebuah perusahaan safari di Bera.
“Saat macan tutul membunuh ternak Rabaris, masyarakat tidak akan melawan predatornya. Mereka percaya bahwa jumlah ternak mereka akan meningkat dan menjadikan ternak yang dibunuh sebagai persembahan," tambahnya.
Macan tutul tersebut dapat terlihat berkeliaran di bebatuan atau kuil-kuil Devi yang terdapat di lebih dari 10 desa.
“Banyak turis terkejut ketika mereka melihat macan tutul bergerak bebas di sekitar kuil desa, bahkan ketika pendeta melakukan ritual hariannya. Tapi begitulah kehidupan di Bera,” kata Deora.
Karena populasi macan tutul yang berkembang pesat, paket safari lokal disertai dengan jaminan 'Temukan macan tutul atau uang Anda kembali'.
Terlepas dari peningkatan jumlah wisatawan, peneliti, dan ahli burung yang berkunjung ke Bera selama bertahun-tahun, tidak ada laporan serangan macan tutul terhadap manusia di Bera selama lebih dari satu abad, kecuali satu anak yang diculik sendirian.
Bahkan, macan tutul dengan cepat meninggalkan anak itu dan berlari kembali ke semak-semak.
Dinamika antara manusia dan hewan ini tentu sangat unik di India.
Di wilayah India lainya, macan tutul diketahui menyerang manusia karena mereka semakin terancam oleh hilangnya habitat, perburuan liar, konstruksi yang merajalela, dan pariwisata yang tidak diatur di daerah yang tidak dilindungi.

India adalah rumah bagi sekitar 14.000 macan tutul, dan seperti semua satwa liar di negara itu, mereka dilindungi undang-undang.
Tetapi laporan tentang macan tutul yang diserang atau dibunuh saat ke permukiman perkotaan menjadi semakin umum di sekitar kota-kota seperti Delhi, Bengaluru dan Mumbai, kata Raman Tyagi, seorang ahli satwa liar.
"Situasi ini telah menimbulkan beberapa konflik antara manusia dan hewan. Negara bagian Uttarakhand yang berbukit misalnya, mereka memiliki sejarah konflik macan tutul yang terdokumentasi dengan baik," seperti yang dicatat oleh penjelajah satwa liar Jim Corbett dalam bukunya.
Namun, Bera telah bebas dari perselisihan semacam itu.
Bukit-bukit granitnya yang bergelombang, ladang yang luas, dan gua-gua yang sejuk menawarkan habitat yang nyaman bagi macan tutul untuk bergerak bebas dan membesarkan anak-anaknya.
Dheeraj Mali, jurnalis foto satwa liar di Bera mengatakan bahwa pemerintah menetapkan Bendungan Jawai sebagai kawasan konservasi macan tutul pada tahun 2003, untuk melindungi habitat macan tutul.
“Bahkan selama safari tidak ada laporan tentang konflik antara hewan dan turis, meskipun tur dan jumlah pengunjung yang melonjak ,” kata Mali.
Meskipun Rabari tetap ada dalam adat istiadat mereka, banyak dari mereka terutama generasi muda secara bertahap menjauhi gaya hidup nomadennya.
Beberapa telah bermigrasi ke kota untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik, sementara yang lain bekerja di sektor pariwisata dan perhotelan lokal.
“Pariwisata disambut baik oleh kaum Rabari karena memberikan aliran pendapatan tambahan selain dari pertanian dan penggembalaan,” kata Deora.
Para penduduk laki-laki dipekerjakan sebagai pelacak macan tutul dan mengingatkan hotel akan penampakan macan tutul.
Beberapa juga bekerja sebagai naturalis karena mereka mengenal baik keanekaragaman hayati di kawasan itu.
Mereka juga bekerja sebagai pemandu dan memperkenalkan gaya hidupnya kepada wisatawan.
Sementara para wanita berbagi pengetahuan mereka tentang rahasia makanan dan kuliner khas Rabari dengan para turis wanita.
Beberapa juga mendapatkan gaji untuk pertama kalinya dengan bekerja di hotel sebagai pembantu rumah tangga dan juru masak.
• Viral Video, Macan Tutul Tertangkap Kamera Masuk Restoran untuk Berburu Makanan
• Perbedaan Harimau dan Macan, Hewan yang Sering Disebut Satu Spesies
• Seekor Macan Tutul Membunuh Seorang Biksu Buddha yang Sedang Bermeditasi di Hutan India
• Berkat Perilaku Monyet yang Tak Lazim, Macan Tutul yang Kecemplung Sumur Berhasil Diselamatkan
• Langka! Bukan Pada Induknya, Bayi Macan Tutul di Tanzania Malah Menyusu ke Binatan Ini
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)