TRIBUNTRAVEL.COM - Magelang memang memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Baru-baru ini ada wisata unik yang menantang untuk dicoba, yaitu wisata Getek Bambu.
Wisata Getek Bambu ini menarik untuk dicoba apabila kamu ingin melihat lebih dekat pemandangan indah dari Sungai Progo.
Pasti kamu sudah tahu bukan, wisata Getek Bambu merupakan sebuah rakit yang terbuat dari bambu panjang yang dirakit menjadi satu hingga mirip perahu.
Wisata Getek Bambu ini terletak di Dusun Pucungan, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Jarak tempuh sekitar 10 menit atau lima kilometer dari Candi Borobudur.
• Bangkitkan Sektor Pariwisata, Singapura Bagikan Voucher Rp 1 Jutaan untuk Warganya
Keluar dari candi, melewati Jalan Wanurejo, menuju Jalan Candirejo.
Lokasi juga bisa dicari di Google Maps.
Begitu sampai lokasi, wisatawan disambut dengan sejuk dan rindang tepian sungai.
Tak jauh dari dermaganya, terdapat tempuran atau tempat pertemuan antar sungai, yakni Sungai Progo dan Mbelan.
Sungainya lebar dan airnya masih bersih.
Tak ada sampah terlihat, dan hijau pepohonan terbentang sejauh mata memandang.
Sebelum menjajal naik getek, wisatawan harus mengenakan masker dan taat menjaga jarak nanti.
Setelah mendaftar, mereka dipersilahkan naik getek.
Ada tiga orang penyatang, atau orang yang mengoperasikan satang atau galah bambu untuk mendayung perahu getek.
Perahu getek yang besar memiliki panjang 15 meter, kuat untuk menampung sebanyak 15 orang.
Perahu getek yang lebih kecil, cukup untuk menampung tujuh orang penumpang.
Selama 20-30 menit, wisatawan akan diajak mengarungi sekitaran Sungai Progo.
Tak hanya bisa menikmati keindahan Sungai Progo, wisatawan juga dapat menikmati santapan, langsung di atas perahu getek.
Hidangan tradisional disediakan pengelola yang merupakan pemuda Dusun Pucungan.
Mulai dari soto, bakso, mie ayam, lotek, sampai ayam ingkung.
Minumannya paling pas dengan kelapa muda.
Setelah puas bersantap ria di atas getek, pengunjung dipersilahkan menjajal satang atau galah untuk mengoperasikan getek.
Getek ini dulu adalah angkutan transportasi jaman dulu.
Di mana, kakek nenek dulu menggunakan ini untuk menyeberang sungai.
Panorama di sekitaran wisata Getek Bambu ini memang indah.
Paling cocok, naik getek saat pagi hari atau saat sore ketika matahari terbenam.
Cahaya dari matahari terbenam akan terpancar lurus dengan aliran sungai, sehingga menimbulkan siluet yang cantik.
TONTON JUGA:
Salah seorang pengelola wisata Getek Bambu, Hani Sasetya (35), mengatakan, wisata getek ini dulu sudah pernah ada pada tahun 2010, tetapi hilang karena terbawa banjir.
Saat pandemi ini, banyak anak-anak dan pemuda yang lebih banyak belajar dan bekerja dari rumah.
Mereka pun tergagas untuk membuat lagi wisata getek ini.
"Awalnya dulu sudah pernah ada pada tahun 2010, terus hilang terkena banjir. Dulu yang naik bule-bule itu pada tahun 2010. Setelah pandemi ini, banyak anak-anak yang pada di rumah. Ada yang bekerja dari rumah. Terus ada ide untuk bikin kegiatan membuat getek lagi," tutur Hani, saat ditemui di Wisata Getek Bambu, Minggu (20/9/2020).
Para pemuda yang tergabung dalam Gerakan Muda Mudi Pucungan Candirejo atau Gempar segera membikin getek ini.
Tanpa modal sepersen pun dan bantuan bambu dari warga, mereka bergotong royong membuat perahu rakit dari bambu ini.
Tak perlu waktu lama, getek bambu jadi dalam waktu dua hari.
Pembuatan getek pada bulan Juli 2020 lalu.
Wisatanya sendiri mulai beroperasi pada 18 Agustus 2020.
"Ini bikinnya sekitar habis lebaran bulan Juni-Juli 2020. Tapi mulai diresmikan pada 18 Agustus 2020. Geteknya baru ada dua. Kapasitas yang besar sebanyak 15 orang. Kapasitas getek yang kecil, tujuh orang penumpang. Panjangnya untuk getek ukuran besar 16 meter," kata Hani.
Setiap perjalanan, kurang lebih 20-30 menit berlayar.
Satu rombongan terdiri dari enam orang cukup membayar Rp 30ribu saja.
Tiga orang penyatang akan menemani para pengunjung selama menaiki getek.
Pelampung untuk keamanan juga selalu dikenakan.
"Rutenya dari sini ke atas sana, durasi sekitar 20-30 menit. Harganya Rp 30.000 per enam orang. Dioperasikan 2-3 orang. Nahkodanya menggunakan tenaga manusia. Memakai bambu panjang atau satang untuk menggerakkan gethek. Yang mengoperasikan satang, penyatang," katanya.
Untuk paket makan dihargai dari Rp 25 ribu sampai Rp 100 ribu tergantung pesanan.
Makanan mulai dari mie ayam, bakso, soto, lotek, bahkan sampai ayam ingkung.
Minuman juga tersedia, seperti kelapa muda contohnya.
Sejak dibukanya, wisata Getek Bambu ini ramai didatangi wisatawan.
Rata-rata per hari Sabtu-Minggu, bisa menerima 8-10 rombongan.
Wisatawan paling banyak datang pada akhir pekan.
Hari-hari biasa, wisata getek tetap buka, kecuali Jumat libur.
"Rata-rata hari minggu per rombongan, sabtu-minggu 8-10 rombongan. Banyak yang datang ke sini, gowes. Lalu, mereka naik getek, menyeberang ke seberang sana. Sepedanya dinaikkan ke atas getek," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul "Getek Bambu, Wisata Unik Tak Jauh dari Borobudur yang Bisa jadi Alternatif Tujuan Liburan Keluarga".
• Candi Borobudur dan Daftar Tempat Wisata di Kabupaten Magelang yang Telah Buka Kembali
• Sempat Dibuka, Wisata Umbul di Klaten Diminta untuk Tutup Kembali
• 5 Tempat Wisata di Sekitar Dusun Butuh untuk Liburan Akhir Pekan, Mampir ke Silancur Highland
• Cara Pesan Tiket Wisata Gunung Bromo Secara Online
• Jelajah Taman Rusa Sekupang, Tempat Wisata di Batam yang Tawarkan Spot Instagramable
(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)