TRIBUNTRAVEL.COM - Penerbangan memang sering kali menjadi waktu bagi para wisatawan untuk bersantai sebelum mencapai tujuan.
Tak heran jika sebagian penumpang memilih tidur selama berada dalam penerbangan.
Namun, tahukah kamu jika penumpang diimbau untuk tak tertidur saat pesawat hendak lepas landas maupun mendarat?
Dilansir TribunTravel dari laman Reader's Digest, tertidur saat pesawat lepas landas atau mendarat dapat mengakibatkan kerusakan serius pada telinga.
Itu semua ada hubungannya dengan tekanan udara udara di kabin yang berubah secara cepat dan mendadak.
Jika terbangun, respon alami yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada gendang telinga selama lepas landas maupun mendarat adalah memencet telinga.
• Pramugari Beberkan 19 Perilaku Penumpang Pesawat yang Tidak Disukai saat Penerbangan
Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangannya.
Saat penumpang tidur di pesawat, maka ia tidak dapat secara aktif bekerja untuk mengendurkan otot-otot dan melepaskan ketegangan.
Alhasil, penumpang tersebut akan rentan terhadap pusing, infeksi telinga, kerusakan gendang telinga, hingga kehilangan pendengaran.
Bahkan, penumpang yang tidur saat lepas landas maupun mendarat juga bisa mengalami hidung berdarah.
"Perubahan cepat pada ketinggian mempengaruhi tekanan udara di telinga," kata Angel Chalmers, seorang ahli obat, via Express.
"Ini menyebabkan kekosongan pada tabung Eustachian yang membuat telinga merasa tersumbat dan mengurangi pendengaran," tambahnya.
Jadi, selama penerbangan berlangsung, sebaiknya penumpang tidak tertidur saat pesawat hendak mendarat maupun lepas landas.
Selama pesawat hendak mendarat atau lepas landas, selain sebaiknya tak tertidur, para penumpang juga diminta untuk menurunkan sandaran tangan.
Seperti dilansir pada laman intisari.grid.id, ternyata hal tersebut memiliki alasan tersendiri.
Sebastien Bouevier, yang bekerja sebagai instruktur Safety & Emergency Procedures untuk sebuah maskapai penerbangan besar, akan menjelaskannya.
Bouevier mengutip hukum pertama gerak Newton yang menyatakan ‘Benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan yang sama dan dalam arah yang sama kecuali ditindaklanjuti oleh gaya yang tidak seimbang.

Artinya jika sandaran tangan berada dalam posisi berdiri atau tidak dalam posisi berada di bawah, maka ada potensi sandaran tangan tersebut bisa terlempar dengan kecepatan yang sama ketika pesawat mendadak berhenti saat mendarat.
Ingatlah, pesawat kecepatan pesawat untuk lepas landas dan mendarat ada pada 135 sampai 155 knot (atau sekitar 250 sampai 287 km/jam).
“Bayangkan jika sandaran tangan bisa membentur tubuh dengan kekuatan seolah-olah sedang melaju dengan kecepatan lebih dari 135 knot,” tutur Bouevier kepada Quora dikutip msn.com.
Traveler perlu tahu, keselamatan penumpang merupakan prioritas utama awak penerbangan.
Itulah alasan mereka tidak henti-hentinya mengingat kita untuk menurunkan sandaran tangan ketika lepas landas atau mendarat.
“Sederhana memang informasi yang awak penerbangan beritahu."
"Tapi tujuannya menyangkut keselamatan penumpang dan penerbangan,” jelas Bouevier.
• Pramugari Ungkap 4 Permintaan Paling Absurd yang Pernah Diminta oleh Penumpang Pesawat
• 15 Perilaku Penumpang Pesawat yang Paling Dibenci Pramugari saat Penerbangan
• Penumpang Pesawat Sebaiknya Bawa Selimut Sendiri, Mantan Pramugari Ini Ungkap Alasannya
• Aksi Unik Penumpang Pesawat Pakai Under Weather Pod untuk Cegah Penyebaran Covid-19
• Viral di Medsos, Kelakuan Buruk Penumpang Pesawat yang Gunakan Masker Sebagai Penutup Mata
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)