TRIBUNTRAVEL.COM - Terkenal dengan cita rasanya yang manis, membuat masakan di Jawa Tengah dan Jogja menjadi sajian yang unik dan banyak penggemar.
Namun, ciri khas kuliner Jawa Tengah dan Jogja itu berawal malah dari tanam paksa saat masa penjajahan.
Bukan tanpa alasan masyarakat Jogja dan Jawa Tengah khususnya Solo memiliki sajian khas dengan cita rasa manis.
Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, menjelaskan hal ini.
Tanam paksa 5 komoditas pangan
“Kita kembali ke zaman kolonial, jadi pada saat itu Bangsa Eropa berpikir untuk mengeksprorasi Tanah Jawa, dengan komoditi pangan yang laku di pasar dunia,” papar Murdijati kepada Kompas.com, Senin (10/8/2020).
Pada saat itu ada 5 komoditi pangan yang dieksplorasi di Jawa yaitu teh, kopi, gula pasir dari tebu, tapioka, dan kina.
Kina ditanam di Jawa Barat pada abad ke-17 hingga 18. Selanjutnya yang cocok ditanam di Jawa Barat lainnya adalah tapioka dan teh.
Kemudian setelah dicoba, kopi yang dulunya ditanam di Jawa Barat akhirnya dinilai tidak cocok dan tidak menghasilkan kualitas kopi yang baik.
“Lalu dipilih tempat yang lebih cocok dan akhirnya dikembangkan di Jawa Timur,” ujar Murdijati.
Sementara gula pasir yang berasal dari tebu banyak diproduksi di Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.
Tebu, tanaman penghasil gula itu awalnya ditanam di kawasan Jawa Barat tapi juga tidak menghasilkan kualitas yang baik, kemudian dipindah ke kawasan Jawa Tengah.
Kemudahan akses gula di Jawa Tengah
Saat ditanam di Jawa Tengah, tebu dinilai memiliki kualitas yang baik.
Akhirnya praktik tanam paksa di Jawa Tengah mengharuskan petani dan pemiliki kebun menanam tebu.
Sehingga, masyarakat Jawa Tengah sangat mudah mengakses gula.
Sekitar kawasan Jogja dan Solo saja terdapat 17 pabrik gula, jumlah itu tercatat pada masa akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Produktivitas tebu yang melimpah membuat masyarakat Jawa Tengah memanfaatkan gula sebagai bumbu masakan.
“Berbeda dengan masyarakat Jawa Barat, karena di sana gula masih jarang dan jauh dari Jawa Tengah yang banyak memproduksi gula,” kata Murdijati.
Perbedaan penggunaan gula terlihat juga pada sajian teh di Jawa Barat yang kebanyakan tanpa gula, karena pada saat itu gula dianggap barang langka dan mahal di kawasan ini.
• 7 Kuliner Enak di Pasar Gede Solo, dari Segarnya Dawet Telasih hingga Lembutnya Tahok
• Rekomendasi 3 Soto Enak di Bogor, Soto Kuning Pak Yusup Ada Sejak 1998
• 7 Kuliner Enak di Samarinda, Ada Soto Banjar hingga Sup Ikan
• Rekomendasi 5 Seblak Enak di Bandung, dari Seblak Jebred hingga Seblak Abdul
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Rasa Manis pada Masakan Jawa Tengah, Pengaruh Tanam Paksa"