TRIBUNTRAVEL.COM - Hampir setiap negara punya kuliner ekstrem, termasuk Kamboja.
Biasanya kuliner ekstrem berasal dari bahan binatang tak lazim, misalnya anjing, ular, serangga hingga mamalia terbang seperti kelelawar.
Jika traveler liburan ke Kamboja, jangan kaget melihat pemandangan mengerikan dari kuliner ekstrem di sana.
Baru-baru ini beredar foto ratusan anjing terinfeksi rabies dibunuh di rumah jagal hewan di Kamboja.
Praktik kejam itu memperlihatkan anjing-anjing tak berdaya dipelihara dalam gudang berbau busuk di pinggiran ibu kota Kamboja, Phnom Penh.
Anjing itu dibunuh sehingga dagingnya bisa dijual untuk dikonsumsi.
Dikutip TribunTravel dari laman Dailymail.co.uk, Rabu (5/2/2020), dalam gudang tersebut juga terlihat seekor monyet bertubuh kurus yang dirantai.
• Mengagetkan, Polisi Temukan Daging Manusia dalam Sajian Mi di Sebuah Restoran Vegetarian

Sementara beberapa anjing dimasukkan ke dalam kandang besi sempit.
Pedagang daging anjing di Kamboja biasanya membunuh dengan menenggelamkan, mencekik hingga menusuk ribuan anjing setiap hari.
Bisnis kuliner ekstrem ini membuat mereka terancam risiko kesehatan serius, termasuk rabies.

Badan amal Four Paws International menemukan praktik mengerikan di Phnom Penh ini tersembunyi di dekat tempat wisata di Kamboja.
LSM itu juga menyebutkan, setiap tahun ada sekitar dua hingga tiga juta anjing dibunuh untuk konsumsi di Kamboja.
Mereka juga mengidentifikasi lebih dari 100 restoran daging anjing di ibu kota Phnom Penh dan 20 restoran di kota kuil, Siem Ream.

Menurut seorang konsultan badan amal Asia Tenggara, Matt Backhouse, ada banyak tempat jagal anjing di Kamboja.
Ada puluhan restoran daging anjing di Siem Reap, sekitar 3 mil dari Angkor Wat, tempat wisata populer di Kamboja yang dikunjungi ribuan turis dari seluruh dunia.
Beberapa foto menyedihkan kondisi anjing di Phnom Penh ini diambil oleh jurnalis Inggris, Aaron Gekoski.

Kepada Mirror Aaron mengatakan, "Rumah jagal ini bagai neraka. Baunya busuk, suara rintihan anjing yang menyedihkan, banyak lalat hingga alat yang dipakai untuk mengeksekusi juga tersebar di mana-mana."
Meski menjadi negara dengan tingkat rabies tertinggi di dunia, tak membuat permintaan daging anjing di Kamboja menurun.
Sementara itu, Seoul, Ibukota Korea Selatan telah menyatakan wilayahnya bebas dari rumah jagal anjing bulan November tahun lalu setelah tiga toko daging di kota itu setuju berhenti membunuh anjing untuk konsumsi.
Anjing hidup harganya sekitar 2 Dolar hingga 3 Dolar per kilo, atau sekitar Rp 40 ribuan.
Itulah yang membuat para pemasok daging anjing mengumpulkan hewan sebanyak mungkin.
Seorang pedagang daging mengaku sudah membunuh puluhan ribu anjing selama lima tahun terakhir.
Aaron menambahkan, "Beberapa orang mengatakan alasan mereka pilih daging anjing, daripada ayam atau sapi. Padahal, mereka tahu 50 persen dari anjing ini mungkin menderita rabies yang bisa ditularkan pada manusia."
Cara eksekusi dan memeliharanya pun sangat kejam dan tidak manusiawi.
"Anjing seharusnya menjadi sahabat manusia. Mereka hewan yang cerdas," ujar Aaron.
Sementara itu ada pedagang daging lain yang menyetok daging untuk sebuah restoran lokal mengaku berhenti dari pekerjaannya sebagai jagal anjing.
Pria bernama Kut Lan itu mengatakan jika dirinya berisiko diusir dari komunitasnya karena makan daging anjing yang tidak ada dalam budayanya.
"Bukan bagian dari budaya Khmer untuk mengonsumsi daging anjing dan banyak yang menentang perdagangannya," ujar Lan.
"Namun, tidak banyak peluang kerja di sini, sehingga beberapa orang terpaksa melakukannya," tutupnya.
• 7 Kuliner dari Daging Kelelawar di Indonesia, Rendang Kelelawar Paling Enak
• Presiden Jokowi Ternyata Pernah Mencoba Kuliner Ekstrem Daging Kelelawar
• Dari Sup hingga Bacem, Simak Beragam Olahan Daging Kelelawar di Berbagai Daerah
• Diisukan sebagai Pembawa Virus Corona, Daging Kelelawar Tetap jadi Idola di Manado
• Mirip dengan Huanan Seafood Market di Wuhan, Pasar di Manado ini Jual Beragam Daging Hewan Liar
TribunTravel.com/rizkytyas