TRIBUNTRAVEL.COM - Bogor hanya berjarak sekitar 58 kilometer dari Jakarta.
Tak jauh, sekitar 1 jam berkendara naik mobil ke kota berjuluk Kota Hujan ini.
Hal itu adalah salah satu alasan yang mendasari keputusan saya jalan-jalan ke kota yang berada di selatan Jakarta tersebut.
Alasan lainnya banyak, sebab kota ini memiliki sejuta pesona. Memang terdengar agak lebay, namun memang banyak alasan untuk berkunjung ke Bogor.

Kulinernya, transportasinya, budayanya, sejarah, tempat wisata, cuaca, dan suhu, semuanya menjadi satu dalam harmoni yang indah.
Dari Jakarta, untuk menuju Bogor terbilang mudah. Jalan Tol jagorawi bisa menjadi akses tercepat bagi pemilik kendaraan roda empat pribadi untuk ke Bogor.
Namun jika Anda ingin masuk kategori backpaker seperti saya, kalian bisa menggunakan moda transportasi umum seperti bus atau kereta Commuter Line.
Pagi itu, pilihan saya jatuh kepada kereta commuter line sebagai wahana menuju Bogor. Pukul 09.00 tepat waktu setempat, kereta rel listrik (KRL) yang saya tumpangi meninggalkan Stasiun Pasarminggu.
Perjalanan memakan waktu satu jam karena pada pukul 10.00 KRL itu tiba di Stasiun Bogor.
Saya dan ratusan orang lainnya yang baru datang di Stasiun Bogor berduyun-duyun menuju pintu keluar stasiun.
Berjalan dari peron menuju serambi stasiun, lalu menaiki jembatan penyeberangan berwarna hijau yang sedikit semrawut oleh pedagang kaki lima, yang memenggelar dagangannya di sepanjang jembatan.
Saat melewati tangga ini haruslah waspada terhadap barang bawaan pribadi. Ada baiknya bila menggunakan tas ransel digendong di depan dada. Disini banyak sekali tangan-tangan lihai yang berusaha mencopet benda milik kita.
Setelah lolos dari kerumuan itu, saya naik angkot 02 di depan Bank BJB di samping Taman Topi.
Angkot 02 ini mengantarkan ke tepat ke tujuan saya, Kebun Raya Bogor (KRB).
Jarak menuju ke sana tak terlalu dari titik saya naik angkot, sehingga perjalanannya hanya kurang lebih lima menit bila jalanan lancar.
Waktu yang tepat
Apalagi rute angkot ini seperti mengelilingi pagar KRB. Dari dalam angkot saya dapat melihat beberapa pemandangn kebun raya. Sopir angkot mengatakan, jam yang saya pilih adalah waktu yang tepat untuk berkujung.
“kalo siang-siang pasti nggak akan cukup waktunya. Nanti keburu tutup atuh. Sudah gitu mah panas kalo siang, tapi sering hujan tiba-tiba ” ucapnya dengan logat Sunda kental.
“Turunnya di sini yah. Nanti tinggal nyebrang ke situ. itu pintu masuknya yang gede,” kata sopir angkot 02 tersebut, saat menurunkan saya tepat di bawah tulisan Jalan Surya Kencana. Dari sana saya menyeberang ke pintu masuk KRB.
Sebenarnya ada beberapa pintu masuk untuk menuju tempat wisata ini, namun pintu utara ini adalah pintu utamanya.
Di sana ada papan petunjuk bewarna biru, yang mengarahkan pengujung ke bangunan dengan dua patung singa berwarna hitam di depannya.
Ada mesin detektor yang harus dilewati semua pengunjung, sebelum menemukan loket penjual tiket masuk.
Setelah membeli tiket, saya berkenalan dengan seorang pria bernama Iteng Dayana. Beliau adalah Petugas Penerangan Informasi KRB.

Tiga puluh tahun bekerja di sana membuatnya hafal setiap sudut "oasis" kota Bogor ini.
Dari beberapa cerita singkatnya, dia menjelaskan bahwa bunga bangkai sedang tak mekar saat ini. Lalu bagian menarik lainnya yang dia ceritakan adalah Museum Zoologi.
“Bagi pengujung Kebun Raya Bogor tak perlu lagi membeli tiket Museum Zoologi.
Tiket yang sudah dibeli sudah termasuk untuk masuk ke sana,” katanya.
Setelah berbincang-bincang selama beberapa menit, kami pun berpisah karena saya ingin segera bertualang di KRB.
Atraksinya banyak
Di dalam KRB terdapat beberapa rute yang bisa dipilih untuk memulai jalan-jalan.
Ada banyak tempat yang wajib disinggahi di kebun raya seluas 87 kektar itu.
Meskipun sangat luas, Saya tak khawatir tersesat karena ada selembaran peta yang bisa diambil di loket tiket masuk.
Namun jika masih bingung membaca peta, jangan khawatir karena ada papan-papan panduan arah. Selain itu ada pula para petugas yang berkeliling untuk berpatroli.
Hari itu saya menuju monumen Lady Raffles sebagai atraksi yang dilihat pertama kali
. Pasalnya, lokasinya dekat Pintu Utara KRB.
Bangunannya menyerupai sebuah gazebo dengan delapan pilar.
Lalu di tengahnya terdapat prasasti untuk mengenang kepergian Olivia Raffles, atau Lady Raffles, karena sakit.
Dia merupakan istri Gubernur Jenderal Inggris di Hindia Belanda, Sir Thomas Stamford Raffles.

Sewa sepeda
Suasana KRB yang sejuk dan asri membuat KRB sangat dinikmati dengan jalan kaki.
Namun, jika pengunjung lelah, ada beberapa opsi kendaraan untuk keliling KRB.
Ada tempat penyewaan sepeda dengan harga Rp 20.000/ jam.
Lalu ada pula mobil wisata yang menampung bayak orang dalam mobil terbuka.
Mobil ini akan mengantarkan berkeliling KRB lengkap dengan sopir, dan pemandu akan menceritakan sejarah setiap tempat tujuan-tujuan tersebut.
Tak jauh dari Monumen Lady Raffles, saya melihat ada sebuah keramaian.
Rupanya banyak orang-orang yang tengah asik berfoto ria di depan Danau Gunting.
Bernama demikian karena bentuk danau yang menyerupai bentuk sebuah gunting.
Di danau ini, bila sedang musim teratai berbunga, akan didominasi warna merah muda.
Pada saat saya ke sana, kebanyakan teratainya masih kuncup. Namun ada beberapa yang mekar dengan cantik.

Istana Kepresidenan
Sambil berjalan menyusuri Danau Gunting, tampak pula kemegahan Istana Kepresidenan Bogor.
Hanya saja, pengunjung tak bisa sembarangan masuk ke sana.

Namun, ada satu spot di Danau Gunting yang sangat pas bagi pengujung berfoto ria dengan berlatar belakang Istana Presiden.
Dan di sisi inil terdapat prasasti sosok terpenting KRB, Georg Karl Reinwardt.
Dia seorang ahli Botani Jerman yang mendirikan kebun raya Bogor.
Tak jauh dari sana terdapat kompleks pemakaman Belanda.
Dari keterangan yang dituliskan pada sebuah papan, komplek pemakaman ini sudah ada sebelum KRB berdiri.

Bentuk nisan dan ornamennya sangat menarik untuk diamati
. Berada di sini mengingatkan saya akan Museum Taman Prasasti yang berada di Jalan Tanahabang 1.
Dari kompleks pemakaman ini, saya menemukan Taman Bambu.
Di sini terdapat instalasi bambu berukuran besar, dan saya merasakan sensasi menyusuri terowongan yang terbuat dari jalinan bambu.
Saking banyaknya obyek yang bisa dikunjungi, serta luasnya KRB ini, tak terasa jam sudah menunjukan tengah hari.
Sudah hampir semua obyek luar ruang telah saya datangi. Seperti jembatan gantung, Taman Meksiko, taman-taman yang ada di sana, dan juga berbagai jenis tumbuhan.
Griya Anggrek
Lelah berjalan-jalan di luar ruangan membuat saya ingin merasakan suasana indoor.
Maka mampirlah saya ke Griya Anggrek, yakni rumah kaca yang isinya tanaman anggrek semua.
Di sana ada banyak anggrek hutan yang pasti bakal bikin pencinta anggrek kegirangan.
Jangan tanya jenisnya apa saja, karena saya tak begitu paham. Yang pasti ada banyak.
Di Griya Anggrek ini juga menjual bibit anggrek bagi pengujung yang ingin membeli buah tangan.
Harganya mulai dari Rp 10.000, tergantung ukuran dan jenisnya.

Kerangka paus biru
Kemudian tujuan terakhir saya hari itu adalah Museum Zoologi.
Disini terdapat berbagai hewan yang diawetkan. Mulai dari mamalia hingga serangga bisa dilihat dalam bentuk aslinya.
Salah satu koleksi favorit tempat ini adalah sebuah kerangka utuh dari makhluk hidup terbesar di dunia, yakni paus biru.
Begitu raksasanya ukuran tulang-belulang ini, sehingga ditempatkan di sebuah ruangan tersendiri di samping museum.

Jam tangan saya sudah menunjukan pukul 15.30, dan kota Bogor mulai menunjukan identitasnya sebagai kota hujan.
Langit mulai gelap yang mengisyaratkan akan datang hujan. Sebelum benar-benar diguyur oleh hujan, dan KRB akan masuk jam tutup, saya memutuskan mengakhiri kujungan ini dengan langkah panjang mencari pintu keluar.
Akhirnya saya tiba tepat waktu di depan gerbang keluar sebelum KRB ditutup.
Dan pada saat berada di angkot, hujan deras dengan rintik bear-besar benar-benar mengguyur kota Bogor.
Mekipun badan lelah, namun senyum terus tersungging di bibir saya. Kebun Raya Bogor tidak hanya memberikan keindahan untuk mata, namun memberikan pengetahuan baru tentang segala hal.
Mulai dari pengetahuan tetang tumbuhan, hewan dan juga sejarah penting bagi bangsa ini.
INFO:

Kebun Raya Bogor :
Jalan Ir Haji Djuanda No13, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa BaraT
Cara menuju Kebun Raya Bogor :
- Menggunakan kereta Commuter Line: Turun di Stasiun Bogor >> naik angkot 02/ 03 dari depan Bank BJB >> Turun di Jalan Surya Kencana.
- Menggunakan bus : berhenti di Terminal Baranang Siang>> naik angkot 03/ 06>> turun di Jalan surya Kencana.
- Menggunakan kendaraan pribadi: Lewat jalan Tol jagorawi dankeluar di gerbang tol 9GT) Bogor yang menuju Terminal Baranang Siang>> belok ke kanan ke Tugu Kujang >> Masuk ke Jalan Otista menuju pintu utama Kebun Raya Bogor.
Harga tiket masuk Kebun Raya Bogor :
Wisatawan domestik Rp 15.000
Wisatawan mancanegara Rp 26.000
Jam operasonal :
Senin-Minggu mulai dari 07.30 – 17.00 WIB
Artikel ini telah tayang di Tribunwartakotatravel.com dengan judul Menjelajah Oasisnya Kota Hujan, Kebun Raya Bogor