TRIBUNTRAVEL.COM - Nasi kuning tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Hampir di setiap daerah memiliki menu nasi kuning, terutama disantap saat pagi hari.
Begitu pula di Manado, Sulawesi Utara.
Penyajian nasi kuning khas Manado cukup unik, mereka menggunakan daun woka sebagai pembungkus.
• Sewa Villa Mewah Harga Rp 12 Juta, Para Mahasiswa Ini Malah Kecewa saat Lihat Kondisinya
• NTT Kelas Premium, Viktor Laiskodat: Wisatawan Miskin Tolong Dikirim ke Jakarta, Bali atau Manado
Daun woka berbentuk mirip daun kelapa atau janur berwarna kuning.
Akan tetapi, daun woka berbentuk lebih lebar dibandingkan janur.
Daun woka sendiri dipilih agar makanan lebih tahan lama hingga keesokan hari.
"Daun woka bisa menambah cita rasa nasi kuning," ujar Ama, penjual nasi kuning, Selasa (10/12/2019).
Ama yang saat ini berusia 53 tahun biasa membeli daun woka di Pasar Bersehati.
Ia sudah berjualan dan membuat nasi kuning sejak 1977 dan meneruskan usaha orang tuanya di daerah Komo Luar, Manado.
Wanita yang pernah tinggal di Bandung dan Semarang ini menjelaskan bahwa isi nasi kuning biasanya ikan cakalang goreng, kentang, dan laksa.
Laksa sendiri berbentuk seperti bihun.

"Cakalang digoreng seperti abon, sedangkan laksa dimasak dengan gula merah," tambahnya.
Ama biasa berjualan di pinggir Jl Jendral Sudirman, tepatnya di depan dealer Toyota.
Ia biasa menghabiskan 7 kg nasi per hari dari pukul 07.00-03.00 Wita, dan khusus hari Minggu pukul 07.00-00.00 Wita.
Harga 1 porsi nasi kuning Rp 10.000, selain itu ada juga sate ayam dan sate ati yang dibanderol Rp 3.000 per tusuk.
"Kalo harganya lebih dari Rp 10.000 nanti tidak laku," kata wanita berambut pendek ini.
Ama menambahkan kalau pembelinya tidak hanya karyawan sekitar tapi juga warga yang tidak sengaja lewat.
Artikel ini telah tayang di Tribuntribunmanadotravel.com dengan judul Nasi Kuning Khas Manado, Gunakan Daun Woka Sebagai Pembungkus