TRIBUNTRAVEL.COM - Pembersihan besar-besaran bintang laut berduri (Crown of Thorns) pemakan karang yang dikenal sebagai Mahkota Duri (Acanthaster planci) telah dilakukan oleh Yayasan Konservasi Kepulauan Togean di 22 lokasi snorkeling yang ada di tempat tersebut.
Dengan dukungan resort lokal, relawan internasional dan lokal serta Taman Nasional Kepulauan Togean, Konservasi Kepulauan Togean berhasil mengumpulkan 8.511 bintang laut berduri.
Konservasi Kepulauan Togean yang didirikan tahun 2018 mengumpulkan secara manual hewan tersebut di sekitar pulau wisata Una-Una, Kadidiri dan Malenge.
Bintang laut berduri banyak memakan terumbu karang dan sekarang populasinya membengkak.
• Fakta Unik di Pulau Togean, Peredaran Mata Uang Asing Lebih Banyak Dibandingkan Rupiah
• Togean - Bukan Raja Ampat, Pulau di Sulawesi Ini yang Justru Jadi Surga Penyelam Asing
Bintang laut berduri menyebabkan kerusakan besar pada karang dan mengancam mata pencaharian nelayan dan juga mereka yang bekerja di industri pariwisata.
Menurut Konservasi Kepulauan Togean, Pemerintah Australia menghabiskan 58 juta dolar untuk membersihkan bintang laut berduri dari Great Barrier Reef karena menyebabkan 70-80% kematian karang di wilayah tersebut.
“Sejauh yang kami ketahui, pemerintah daerah belum mengalokasikan dana atau menyusun strategi untuk menghadapi ancaman besar ini di Tojo Una-Una. Kami sangat berterima kasih kepada para sponsor kami, Sanctum Dive, Pristine Paradise, Kadidiri Paradise, Harmony Bay, Malenge Indah, Bahia Tomini dan resort Sandy Bay karena menyediakan akomodasi, makanan, dan peralatan selam untuk para sukarelawan, ”kata Stephanie Garvin, sukarelawan Konservasi Kepulauan Togean dari Irlandia Utara dalam rilis yang diterima TribunTravel, Jumat (22/11/2019).
• Jadi Wisata Strategis Nasional, Keindahan Ini yang Ditawarkan Kepulauan Togean
• Traveling Pulau Togean - Ini Dia Penginapan Rp 200 Ribuan di Kepulauan Togean
Menurut Konservasi Kepulauan Togean, masyarakat nelayan di Togean belum menyadari dampak dari bintang laut berduri ini.
Para nelayan juga belum bersedia mengumpulkan bintang laut berbahaya tersebut.
Beberapa dive center telah mencoba untuk membersihkan terumbu karang disekitar tetapi mendapat kesulitan karna jumlah baru yang muncul karena setiap bintang dewasa dapat bertelur hingga 65 juta telur per musim nya.
“Wabah Crown of Thorns biasanya hanya dapat dikendalikan secara efektif ketika banyak pelaku penting yang terlibat. Dalam proyek ini, resort dan pemandu selam mereka, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang terumbu karang, dapat memberikan saran tentang area yang menjadi target," ujar Stephanie Garvin dalam rilisnya.
Saat ini, Yayasan Konservasi Kepulauan Togean sedang melakukan penelitian tentang kemungkinan menggunakan bintang laut berduri untuk membuat pupuk organik untuk peternakan.
“Jika kita berhasil membuat formula yang dapat meningkatkan kesuburan tanah di Togean, para petani kita akan melihat keberhasilan, dan data membayar masyarakat untuk mengumpulkan bintang laut tersebut” jelas Stephanie Garvin.
• Kepulauan Togean Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Unggulan Sulteng
• 3 Fakta Unik Kepulauan Mentawai, Surganya Pecinta Peselancar
Konservasi Kepulauan Togean menyatakan bahwa pembersihan perlu dilanjutkan selama 2-3 tahun sebelum populasi dapat kembali normal.
Menurut mereka dengan adanya kerjasama dengan TNKT (Taman Nasional Kepulauan Togean), Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan, dan pemilik resort bisa mengatasi malasah lingkungan di Kepulauan Togean.
(TribunTravel.com/Arif Setyabudi)