TRIBUNTRAVEL.COM- Solo International Performing Arts (SIPA) 2019 memasuki hari kedua Jumat (6/9/2019).
SIPA 2019 yang digelar di Benteng Vastenburg, Solo dimeriahkan oleh sembilan delegasi nasional dan internasional.
Delegasi dari Taiwan, Century Contemporary Dance Company, akan membuka pagelaran SIPA 2019 hari kedua dengan menampilkan tarian Le Sacre du Printemps yang diangkat dari karya The Rite of Spring.
Disusul oleh penampil berikutnya, dari Padepokan Seni Budaya Duta Seni Krakatau Steel ( Cilegon ), dengan membawakan Tari Bakale yang menceritakan tiga tahap ritual perjalanan Ngawalu, Ngalaksa, dan Seba dengan mengambil dasar gerak tradisi yang dikemas menajdi sebuah komposisi tari.
“Setelah melewati beberapa proses sejauh ini persiapan saya pribadi maupun team sudah cukup siap. Persiapan kami juga menyangkut bagaimana kerjasama antar penari supaya menimbulkan satu rasa dan satu jiwa supaya bisa mengangkat jalan cerita yang akan di tampilkan di SIPA 2019,” kata Muhammad Toha, Padepokan Seni Budaya Duta Seni Krakatau Steel Cilegon dalam rilis yang diterima TribunTravel, Jumat (6/9/2019).
Tonton juga:
• Hadirkan Seniman Lokal dan Mancanegara, Ini Jadwal SIPA 2019
• Daftar Pengisi SIPA 2019, Dimeriahkan Seniman Lokal dan Mancanegara
Penampilan berikutnya dimeriahkan oleh HIMASK dari Korea Selatan.
HIMASK adalah pertunjukan topeng non verbal yang memperkenalkan penonton pada budaya topeng yang mewakili budaya tradisional dari berbagai belahan dunia seperti “Topeng Hahoe” Korea, “Diablo” Amerika Selatan, “Krampus” dari Eropa Utara, dan “Cham” dari Tibet.
Dilanjutkan dengan penampilan Labor Seni Terasuluh dari Aceh yang menampilkan karya berjudul Voices Inside.
Terinspirasi dari peristiwa penolakan masyarakat Aceh atas isu berdirinya perusahaan tambang emas di Kabupaten Nagan Raya, Aceh.
Pertunjukan berikutnya diisi oleh Yamato Dance Unit dari Jepang.
Sebagai penampil kelima Yamato Dance Unit membawakan tarian yang berisikan menanyakan pada diri sendiri tentang mimpi yang akan hilang.
“I’m looking forward to perform my piece! I wanna know what do Indonesian people think about my piece (Saya menantikan untuk menampilkan karya saya! Saya ingin tahu apa pendapat orang Indonesia tentang karya saya),” ucap Yamato dan tim sebelum terbang ke Indonesia.
Penampilan selanjutnya adalah seniman dari Solo, Billy Aldi, membawakan Pluntur Kasanggan yang merupakan representasi dari wayang orang yang dikorelasikan dengan pengalaman pribadi.
Dilanjutkan dengan penampilan AuE Dance Co dari New Zealand dengan tari kontemporer, dimana koreografinya terinspirasi oleh leluhur mereka di Pasifik dan gaya hidup modern mereka.
Kemudian Fierart Dance Group ISBI Bandung membawakan karya “Lara” tentang perempuan yang sejatinya diciptakan dari tulang rusuk pria.
Oleh karena kedudukan perempuan untuk dijadikan mitra sederajat, dekat dengan lengan untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.
Kemeriahan SIPA 2019 hari kedua ditutup oleh Kemlaka Sound of Archipelago, dengan lima karya sekaligus.
Diantara karya tersebut ialah Gila Tipi merupakan ekspesi kegelisahan acara pertelevisian masa kini yang melibatkan musik dan music etnik, Jejel Riyel tentang berdesak-desakan tetapi tetap rapi dengan antrian.
Subokastawa mencoba untuk merekontruksi salah satu gerongan ketawang Subokastawa Rinenggo Ki Nartosabdo, Zafin Katresnan pengungkapan kecintaan (katresnan) kepada Tuhan yang dalam garapan musiknya mencoba mengakulturasikan Zapin dengan Syair berbahasa jawa.
Terakhir Brahmarupa adalah simbol perempuan negeri yang dalam penampilannya menggambungkan tehnik – tehnik permainan gamelan Bali dan gamelan Jawa.
(TribunTravel.com/Arif Setyabudi)