TRIBUNTRAVEL.COM - Banyuwangi selama ini dikenal sebagai daerah di Jawa Timur yang memiliki keanekaragaman budaya, kesenian, tradisi dan sejuta potensi yang luar biasa.
Dengan segala potensi dan sumber daya yang dimilikinya, tidak mengherankan jika kemudian muncul berbagai sebutan dan julukan untuk Banyuwangi.
Di antara berbagai julukan tersebut, ada yang populer dan telah melekat di hati masyarakat Banyuwangi, ada yang sempat populer sesaat kemudian ditinggalkan atau tidak digunakan lagi.
Namun ada juga sebutan untuk Banyuwangi yang kurang populer, meskipun sebetulnya sebutan atau julukan tersebut masuk akal dan pantas disematkan untuk Banyuwangi.
Berikut ini beberapa julukan Kota Banyuwangi yang dilansir TribunTravel dari beberapa sumber:
1. Banyuwangi Kota Pisang

Banyuwangi pernah dikenal sebagai kota Pisang.
Sebutan ini muncul sekitar 1980an karena banyaknya tanaman pisang di Banyuwangi.
Pada saat itu penduduk Banyuwangi banyak yang menanam pohon pisang di pekarangan rumah maupun kebun miliknya.
Salah satu pisang Banyuwangi yang populer adalah pisang sobo, yang di daerah lain disebut pisang kapok atau pisang kapuk.
Tonton juga:
Memasuki 1990an pohon pisang mulai berkurang dan puncaknya terjadi pada 2003, akibat serangan mematikan virus trichodarma, ribuan pohon pisang di Banyuwangi sulit berbuah dan berkembangbiak, dan akhirnya mati.
Bersama dengan hilangnya pohon pisang, sebutan sebagai kota pisang pun tinggal namanya saja.
Saat ini, generasi muda Banyuwangi lebih mengenal pisang Banyuwangi lewat penganan ringan sale pisang atau keripik pisang kapok merah, sebagai oleh-oleh khas Banyuwangi.
Setidaknya hal ini bisa dimaknai sebagai bentuk upaya pelestarian sisa-sisa kejayaan pisang Banyuwangi di masa lalu.
• Rekomendasi Hotel Murah di Banjarmasin dengan Tarif Mulai Rp 86 Ribu Per Malam
• Itinerary Shanghai 4 Hari 3 Malam, Kunjungi The Bund pada Hari Pertama dan Terakhir
• Pertama Kali Liburan ke Australia? Coba 5 Road Trip Seru Ini
2. Banyuwangi Kota Petualangan

Banyuwangi adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki tiga Taman Nasional di wilayahnya, yaitu Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Baluran.
Secara geografis Banyuwangi juga memiliki potensi alam yang lengkap, di sebelah barat terdapat gugusan pegunungan Ijen, laut Selat Bali di sebelah timur, hutan belantara di sisi selatan dan utara, dan pantai dengan ombak yang bergulung-gulung di sebelah selatan yang berbatas dengan lautan Hindia.
Kondisi tersebut menunjukkan kekayaan alam Banyuwangi yang luar biasa, yang sangat potensial dikembangkan sebagai industri pariwisata yang menawarkan sejuta petualangan.
Banyuwangi dengan kekayaan laut, gunung dan hutan adalah surganya wisata petualang alam yang lengkap.
3. Banyuwangi Kota Bahari
Sebutan Banyuwangi Kota Bahari juga pantas disandang, hal ini didukung dengan beberapa potensi bahari yang dimiliki Banyuwangi.
Setidaknya, Banyuwangi memiliki garis pantai sepanjang 175,8 kilometer yang membentang dari timur hingga ke selatan, yaitu antara Kecamatan Wongsorejo hingga Kecamatan Pesanggaran, yang merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan industri dan pariwisata.
Banyuwangi memiliki sejumlah pantai yang terkenal dengan keindahan dan keunikannya.
Misalnya Pantai Plengkung yang disukai para selancar profesional karena ombaknya yang berkelas dunia, begitu juga dengan pantai Pulau Merah yang tekstur pantai dan gelombangnya tidak kalah menawan, terdapat Penangkaran penyu di Sukamade dan pantai Ngagelan, gugusan karang yang indah di Wongsorejo, dan hutan mangrove di Bedul yang memiliki 27 jenis mangrove terlengkap di Indonesia.
Banyuwangi juga memiliki wilayah tambak udang seluas 1.380 hektar dengan produksi 10 ton per tahun, yang mencukupi 30 persen dari kebutuhan di Jawa Timur.
4. Banyuwangi Lumbung Padi

Banyuwangi juga terkenal sebagai lumbung padi, karena produktivitas beras Banyuwangi sekitar 6,5 kuintal per hektar hingga 6,7 kuintal per hektar.
Angka tersebut melampaui produktivitas padi nasional yakni 5,9 kuintal per hektar hingga 6 kuintal per hektar.
Banyuwangi sebagai lumbung padi ini tidak terlepas dari peran tempat penggilingan yang tersebar di berbagai penjuru Banyuwangi.
Dari 24 kecamatan di Banyuwangi, lebih dari 30 tempat yang memiliki tempat penggilingan gabah dalam skala raksasa.
Diperkirakan, jumlah keseluruhan mencapai lebih dari 100 tempat penggilingan padi, baik yang berskala besar, sedang maupun kecil.
Jadi, predikat sebagai kota penghasil padi pantas disandang Banyuwangi.
5. Banyuwangi Bumi Blambangan
Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi.
Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya.
Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa.
6. Banyuwangi Kota Gandrung
Gandrung adalah kesenian tari yang sangat populer di Banyuwangi.
Kata "Gandrung" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.
Tari Gandrung lahir dan tumbuh pesat di Banyuwangi.
Maka tidak heran tarian ini sangat populer dan telah menjadi ciri khas dari daerah Banyuwangi.
Hingga tidak salah jika Banyuwangi sering diidentikkan dengan Gandrung, dan di berbagai sudut wilayah Banyuwangi banyak dijumpai patung penari Gandrung, salah satunya di pantai Dodol.
7. Banyuwangi Kota Osing
Suku osing adalah penduduk asli Banyuwangi.
Orang-orang Osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa.
Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali).
Keberadaan budaya dan kesenian suku osing mendapat mendapat tempat di hati masyarakat, tumbuh subur dan terus berkembang di Banyuwangi sampai sekarang.
8. The Sunrise of Java
Ini adalah sebutan baru untuk Banyuwangi.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggunakan tagline baru tersebut untuk mempromosikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata.
Sebutan ini menggambarkan bahwa Banyuwangi merupakan tempat terbitnya mentari pagi pertama di Pulau Jawa.
Di saat orang-orang di kota lain di pulau Jawa masih terlelap dalam tidurnya, masyarakat Banyuwangi sudah menikmati hangatnya sinar mentari pagi.
Letak Banyuwangi yang berada di ujung paling timur Pulau Jawa, sangat pas dengan dengan jargon ini.
Karena tidak ada satu pun daerah lain di Pulau Jawa yang bisa mengklaimnya selain Banyuwangi.
9. Banyuwangi Kota Kopi
Kopi Banyuwangi telah diakui sebagai salah satu kopi terbaik di dunia.
Kualitas kopi Banyuwangi berada di peringkat empat setelah Jamiaca, Hawai dan Toraja.
Selain itu Kopi Banyuwangi memiliki cita rasa yang khas dan unik, terutama kopi yang dihasilkan dari perkebunan yang berada di sisi timur dan sisi barat Gunung Ijen.
Sebutan Kota Kopi atau The City of Coffee ini jika dimasyarakatkan, akan menjadi sebutan pertama dan satu-satunya bagi kota di Indonesia.
Bahkan belum ada satu pun kota di Indonesia yang mempunyai julukan atau sebutan sebagai Kota Kopi.
Sebagai Kota Kopi, Banyuwangi punya slogan 'Sekali Seduh, Kita Bersaudara'.
Ini menunjukkan bahwa kehangatan secangkir kopi mampu menjadi perekat kebersamaan, meskipun satu sama lain tidak saling mengenal sebelumnya.
• Mengenal Rowo Bayu Banyuwangi yang Namanya Disebut Dalam KKN Desa Penari
• Dikaitkan dengan Kisah KKN Desa Penari, Ini Potret Rowo Bayu Banyuwangi
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)