Breaking News:

Fakta-fakta Bunga Edelweiss, Dibudidayakan di TNBTS

Berikut beberapa fakta bunga Edelweis yang dibudidayakan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

instagram/upendraatyanta
Ilustrasi bunga edelweis. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Anaphalis Javanica, atau yang dikenal sebagai Bunga Edelweis ini seringkali menjadi daya tarik bagi orang yang mendaki gunung di Indonesia.

Bunga Edelweis di Indonesia berbeda dengan bungan Edelweis yang ada di dataran Eropa.

Bunga Edelweis yang juga dikenal dengan edelweis jawa atau bunga senduro ini merupakan tumbuhan edemik yang tumbuh di daerah pegunungan.

Beberapa gunung di Indonesia yang terkenal dengan bunga edelweisnya antara lain Gunung Rinjani, Gunung Gede, dan Gunung Merbabu.

Berikut beberapa fakta bunga Edelweis yang dibudidayakan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS):

1. Ditemukan pertama kali oleh naturalis Jerman

Bunga Edelweis pertama kali ditemukan oleh naturalis yang berasal dari Jerman yakni Georg Carl Reinwardt pada 1819.

Georg Carl Reinwardt menemukan bunga edelweis pertama kali di lereng Gunung Gede, Jawa Barat.

Tonton juga: 

Sembarangan Berjemur Pakai Bikini, Turis Ini Didenda Rp 3,5 Juta

Makna di Balik 4 Warna Seragam Pramugari Garuda Indonesia

2. Dijuluki Bunga Abadi

2 dari 4 halaman

Bunga Edelweis dijuluki sebagai bunga abadi karena bisa tumbuh selama 10 tahun.

Edelweis bisa tumbuh lama karena memiliki hormon yang bisa mencegah kerontokan kelopak bunga.

3. Tumbuh di beberapa gunung di Indonesia

Bunga Edelweis tumbuh di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.

Tidak heran jika bunga edelweis banyak ditemukan di beberapa gunung di Indonesia, di antaranya Gunung Rinjani, Gunung Gede, Gunung Lawu, Gunung Merbabu dan Semeru.

4. Mekar di akhir musim hujan

Fakta bunga edelweis berikutnya yakni mekar di akhir musim hujan.

Kamu bisa menemukan bunga edelweis bermekaran pada bulan April hingga Agustus tiap tahunnya.

5. Tinggi bisa capai 8 meter

Jika umumnya bunga edelweis bisa tumbuh hingga 1 meter.

3 dari 4 halaman

Namun, pada kondisi tertentu, bunga edelweis bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 8 meter.

6. Mampu hidup di tanah tandus

Meskipun bunga edelweis biasanya tumbuh di pegunungan, namun ternyata edelweis juga bisa tumbuh di tanah tandus.

Ini dikarenakan bunga edelweis mampu membentuk mikoriza yang dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akar dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.

7. Populasi mulai berkurang

Pendaki Merbabu mendapat hukuman setelah memetik bunga edelweis
Pendaki Merbabu mendapat hukuman setelah memetik bunga edelweis (Instagram @tnggunungmerbabu_official)

Fakta berikutnya mengenai bunga edelweis yakni populasinya yang semakin berkurang.

Pada 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir bunga edelweis.

Kasus pemetikan bunga edelweis di gunung bahkan terjadi beberapa kali pada 2017 dan 2018.

Pada Juli 2017, lima pendaki mencabut bunga edelweis di Gunung Rinjani.

Sementara tahun lalu, pendaki asal Batang juga terciduk mencabut bunga edelweis di Gunung Merbabu.

4 dari 4 halaman

8. Dilakukan razia di gunung

Saking banyaknya pendaki yang memetik bunga edelweis, beberapa pengelola gunung mengadakan razia terhadap epndaki.

Saat itu, petugas perjaga di pos pendakian dan merazia carrier pendaki.

9. Dilindungi Undang-undang

karena populasinya yang semakin berkurang, Bunga Edelweis pun dilindungi oleh Undang-undang.

Bagi siapapun yang memetik bunga edelweis bisa terancam hukuman sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem pasal 33 ayat 1.

10. Dibudidyakan di beberapa daerah

Untuk menghindari langkanya bunga edelweis, di beberapa daerah pegunungan di Indonesia sudah membudidayakan bunga edelweis ini.

Hasil dari budidaya biasanya banyak dijual sebagai oleh-oleh.

Salah satu pihak yang aktif membudidayakan bunga edelweis ini yakni Balai Besar TNBTS.

Sejak 2006 Balai Besar TNBTS terus mengembangkan budidaya bunga edelweis.

Hal ini diungkapkan oleh M Wahyudi, Kepala Bidang Teknis Konservasi TNBTS, dilansir TribunTravel dari Surya Malang.

Dia mengatakan, semakin tahun, Bunga Edelweiss keberadaaannya semakin memprihatinkan.

Sejak saat itu, budidaya Bunga Edelweis dicoba untuk ditanam di luar kawasan konservasi.

"Sudah sejak lama kami terus mengembangkan penanaman Edelweiss. Karena setiap ada upacara adat Suku Tengger, mereka meminta Bunga edelweiss. Takutnya akan berkurang dan habis. Sejak 2007 kami coba menanam di Desa Wonotoro dan Ranu Regulo. Tapi belum berhasil," papar Wahyudi dalam Sambung Rasa TNBTS di Aula Bromo Permai, Probolinggo, Selasa (31/1/2017).

Secara fisik edelweis alami dan edelweis budidaya memiliki perbedaan yang cukup mencolok.

Bunga edelweis hasil budidaya terlihat lebih gemuk dan subur dibandingkan bunga yang tumbuh liar.

10. Pernah jadi gambar perangko

Di tahun 2003, bunga edelweis pernah dijadikan sebagai gambar perangko oleh Pos Indonesia.

11. Bunga Edelweis ada di luar negeri

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, edelweis juga tumbuh di luar negeri.

Bunga Edelweis yang ada di luar negeri disebut dengan Leontopodium Alpinum.

Meskipun sama-sama edelweis, namun berbeda dengan edelweis yang ada di Indonesia.

Bunga edelweis di luar negeri bahkan menjadi bunga nasional Austria.

12. Pernah jadi judul lagu

Fakta terakhir mengenai bunga edelweis yakni Bunga edelweis pernah menjadi judul sebuah lagu yang dinyanyikan dalam film The Sound of Music pada 1965.

Judul lagu tersebut yaitu 'Edelweiss'.

10 Tempat Makan 24 Jam di Kota Malang yang Cocok Bagi Mahasiswa

Viral Penampakan Awan Topi Gunung Rinjani, Ternyata Tanda Pusaran Angin Badai

Dalam Waktu 8 Bulan, Aplikasi OYO Telah Diunduh 1 Juta Pengguna Smartphone

5 Pantai di Gunung Kidul yang Cocok untuk Kemah, Lokasinya Tersembunyi dan Masih Sepi

Pakar Tsunami BPPT Ungkap Fakta Tentang Potensi Gempa dan Tsunami di Pantai Selatan DIY

(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
bunga EdelweisEropaGunung Rinjani AS Trencin Pierogi
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved