Breaking News:

Lebaran 2019

Menilik Asal-usul Jalur Mudik Pantura, Saksi Bisu Kekejaman Daendels

Jalur Pantai Utara atau yang disingkat Pantura memang selama ini menjadi jalur favorit para pemudik.

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
instagram/panturahelp
Gate JTF Gringsing mengarah Brebes, Jalur Pantura. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Jalur Pantai Utara atau yang disingkat Pantura selama ini memang menjadi jalur favorit para pemudik dari ibu kota menuju kampung halaman di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Jalur Pantura merupakan sisa peninggalan penjajahan Belanda yang sudah ada sejak jaman pemerintahan Herman William Daendels yang selesai pada 1811.

Jalur Pantura dulunya dinamai dengan Grote Postweg (Jalan Raya Pos) atau yang populer dengan sebutan Jalan Daendels.

Jalan Pantura
Jalan Pantura (instagram/andree.pee)

Panjang jalan di sisi utara Jawa ini jika dihitung dari Anyer yang berada di ujung barat hingga Panarukan di ujung timur mencapai kurang lebih 1000 kilometer.

Tak heran jika Pantura menjadi jalan terpanjang di dunia saat itu.

Sejarah mengenai Jalur Pantura memang belum banyak dikenal masyarakat, terutama para pemudik yang melintasi jalur ini.

Tonton juga: 

4 Rekomendasi Hotel di Jalur Mudik Pantura Kudus-Pati-Rembang

Wisata Religi Jalur Pantura - Aschabul Kahfi Tuban, Masjid yang Ada di Perut Bumi

Awal mulanya Jalur Pantura dibangun untuk melindungi kekuasaan Prancis dan Inggris.

Pembangunan Jalur Pantura ini pun dilakukan dalam dua tahapan.

Tahapan pertama merupakan pembuatan jalan untuk membuka poros Batavia (Jakarta) hingga Banten pada 1808.

2 dari 2 halaman

Pada masa itu Daendels memfokuskan kegiatannya pada pembangunan dua pelabuhan di utara (Merak) dan di selatan (Ujung Kulon).

Jalur ini melalui garis pantai dari Batavia menuju Carita, Caringin, menembus Gunung Pulosari, Jiput, Menes, Pandeglang, Lebak hingga Jasinga (Bogor).

Tahap kedua dimulai pada 1809, dari Anyer melalui Pandeglang jalan bercabang dua menuju Serang (utara) dan Lebak (selatan).

Dari Serang, rute selanjutnya Ke Tangerang, Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon hingga Panarukan, sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Jalan inilah jalan yang disebut jalan utama atau jalan protokol, tetapi itu tidak berarti tidak ada cabang-cabang jalan lainnya yang dilewati oleh Daendels.

Seperti ditulis Jan Breman dalam buku Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa (2014), pembangunan Jalan Daendels menelan belasan ribu korban jiwa dari rakyat yang dipekerjakan secara paksa pada saat itu.

Jalan hasil kebijakan Daendels ini sekarang dikenal dengan nama Jalur Pantura (Pantai Utara) yang hingga kini menjadi salah satu jalur transportasi terpenting dan paling ramai di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

6 Tempat Wisata Unik di Jalur Mudik Pantura Situbondo

Mudik Lewat Pantura, Bisa Mampir ke 10 Tempat Wisata Anti Mainstream Berikut

Rekomendasi Destinasi Wisata di Jalur Mudik Pantura Malang - Probolinggo

Rekomendasi Kuliner Mudik di Jalur Pantura Rute Ngawi - Kertosono - Mojokerto - Surabaya

7 Rekomendasi Kuliner di Sepanjang Jalur Mudik Pantura, Coba Rujak Soto hingga Empal Gentong

(TribunTravel.com/Ratna Widyawati)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
PanturaDaendels
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved