Breaking News:

Ramadan 2019

Buka Puasa di Banyuwangi, Ada Petulo dan Laklak yang Bercita Rasa Manis

Petulo dan laklak menjadi jajanan khas bulan Ramadan yang sering dicari warga Banyuwangi, Jawa Timur.

Editor: Sinta Agustina
KOMPAS.COM/Ira Rachmawati
Petulo yang siap dikemas untuk makanan takjil. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Petulo dan laklak menjadi jajanan khas bulan Ramadan yang sering dicari warga Banyuwangi, Jawa Timur.

Rasanya yang dominan manis cocok dikonsumsi saat berbuka puasa.

Salah seorang pembuat petulo dan laklak di Banyuwangi adalah Maslika (42), warga Jalan Progo, Banyuwangi.

Perempuan yang akrab disapa Ika tersebut bisa membuat 1.200 petulo dan laklak dalam satu hari.

"Petulo ini ada juga yang menyebutnya putu mayang, kalau laklak ini sebutan masyarakat Banyuwangi untuk serabi kuah. Untuk kuah atau juruh saya menggunakan santan dan gula jawa tanpa menggunakan pemanis buatan. Pernah pakai santan sama gula pasir, tetapi enggak ada yang suka," kata Ika kepada Kompas.com, Minggu (3/6/2018).

Sehari, Ika bisa membuat hingga 1.200 petulo yang dikemudian dikemas kemudian dijual untuk jajahan takjil berbuka puasa.
Sehari, Ika bisa membuat hingga 1.200 petulo yang dikemudian dikemas kemudian dijual untuk jajahan takjil berbuka puasa. (KOMPAS.COM/Ira Rachmawati)

Cara membuat petulo

Proses pembuatan petulo dimulai dari beras yang direndam semalaman.

Selanjutnya beras dikupas kulitnya hingga menjadi tepung beras dan dikukus hingga setengah jam.

"Baru kemudian diuleni hingga kalis. Setelah dingin, baru diberi pewarna makanan warna hijau, merah, dan putih, kemudian dicetak," ujarnya.

Proses penyetakan petulo dimulai pukul 03.00 agar jajanan tersebut masih hangat saat dibeli pelanggan.

2 dari 3 halaman

Kepada Kompas.com, Ika menunjukkan cara mencetak petulo.

"Adonan diletakkan di talenan kayu dan alatnya ini didorong di atas adonan. Nanti adonan keluar dari lubang-lubang ini kayak mi. Setelah dirasa cukup, baru ditaruh di atas daun pisang dan dikukus lagi sekitar 15 menit. Saya punya 8 alat ini yang saya pesan khusus karena enggak ada yang jual," kata Ika.

Petulo yang dibuat Ika hanya bertahan 24 jam.

Meski demikian, petulo yang dibuat Ika tetap lembut dan tidak mengeras saat mendingin.

Pembuatan laklak atau serabi kuah masih menggunakan cobek tanah liat.
Pembuatan laklak atau serabi kuah masih menggunakan cobek tanah liat. (KOMPAS.COM/Ira Rachmawati)

Sementara untuk pembuatan laklak baru dimulai sekitar pukul 07.00 pagi.

Ada 8 cobek yang disiapkan di atas empat kompor.

Dia mengaku sengaja tetap mempertahankan cetakan tanah liat untuk menjaga rasa.

Dalam membuat petulo dan laklak, Ika dibantu lima orang tetangganya.

Dalam satu hari dia bisa menghabiskan 35 kilogram tepung dan 50 kelapa yang digunakan untuk kuah petulo dan laklak.

"Alhamdulilah bisa memberikan pekerjaan buat tetangga. Walaupun bukan Ramadan saya tetap buat, tetapi enggak sebanyak ini," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Menikmati Petulo dan Laklak, Jajanan Khas Ramadan dari Banyuwangi.

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
BanyuwangiJawa Timur Persewangi Banyuwangi Banyuwangi Park Javanine Resto
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved