Breaking News:

Peneliti: Gorila Ternyata Juga Merawat Mayat dan Berduka Seperti Manusia saat Anggotanya Meninggal

Saat tim peneliti mengamati kelompok gorila dalam tiga kematian, mereka menemukan gorila berkumpul di sekitar tubuh mayat dan merawatnya.

Dian Fossey Fund via Daily Mail
Peneliti mengamati perilaku gorila yang berduka ketika ada anggotanya meninggal 

TRIBUNTRAVEL.COM - Menurut para ilmuwan, gorila bisa berduka atas kematian anggotanya dan mengadakan pemakaman seperti manusia.

Perilaku gorila menjadi subjek penelitian baru, karena para ahli khawatir mereka menjilati mayat yang mungkin menyebarkan penyakit, termasuk Ebola.

Saat tim peneliti mengamati kelompok gorila dalam tiga kematian, mereka menemukan gorila berkumpul di sekitar tubuh mayat dan merawatnya.

Dalam sebuah rekaman, terlihat seekor gorila gunung muda menyentuh dengan lembut merawat tubuh ibunya di Taman Nasional Volcanoes, Rwanda.

dailymail.co.uk
dailymail.co.uk

Para peneliti di Rwanda dan Republik Demokratik Kongo mengamati dan merekam perilaku gorila gunung di sekitar mayat Titus, seorang gorila dewasa dominan berusia 35 tahun dan Tuck, seorang perempuan dewasa dominan berusia 38 tahun yang tinggal di Taman Nasional Volcanoes, Rwanda .

Tim peneliti juga mempelajari perilaku sekelompok gorila Grauer yang menemukan gorila lelaki dewasa yang mati namun diyakini bukan dari anggota kelompoknya di Taman Nasional Kahuzi-Biega, Republik Demokratik Kongo.

Dilansir Daily Mail, Kamis (11/4/2019) peneliti memperkirakan gorila terlibat dengan anggota yang mati ketika mereka berasal dari kelompok yang sama, seperti kasus di Rwanda.

Melihat Teluk Love, Destinasi Unik dengan Suasana Romantis di Kawasan Pantai Payangan, Jember

Gang Sempit di Desa Ini Viral Karena Dipasangi Seribu Lampu Jalan oleh Warga, Apa Tujuannya?

Hati-hati, Tiga Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Jadi Penyebab Kuku Cantengan

Mereka membandingkan dengan gorila Kongo yang menemukan mayat gorila bukan adri dalam kelompok sosialnya.

Tetapi, yang mengejutkan peneliti, reaksi gorila terhadap semua mayat sangat mirip.

Dalam ketiga kasus tersebut, primata berbulu hitam itu terlihat duduk dekat dengan jasad dan menatapnya.

2 dari 3 halaman

Mereka juga mengendus, mencungkil, merawat dan menjilatnya.

Dalam dua kasus gorila gunung, mereka yang memiliki hubungan sosial yang dekat dengan almarhum adalah mereka yang paling banyak menghabiskan waktu bersentuhan dengan mayat.

dailymail.co.uk
dailymail.co.uk

Deretan Jajanan Kekinian Favorit Milenial Berikut Ini Wajib Dicoba saat Liburan ke Jogja

Pertama dalam Sejarah, Foto Penampakan Black Hole Berhasil Diabadikan Para Ilmuwan

Katie Bouman, Sosok Cerdas yang Pertama Kali Berhasil Mengungkap Penampakan Black Hole

Gorila laki-laki muda, yang memulai hubungan dekat dengan Titus laki-laki yang lebih tua setelah ibunya meninggalkan kelompok enam bulan sebelumnya, tetap dekat dengan tubuhnya selama dua hari dan bahkan tidur di sarang yang sama dengannya.

Sementara itu Segasira, anak laki-laki paling kecil dari Tuck merawat mayat ibunya dan mencoba menyusu meskipun telah disapih.

Ini merupakan suatu perilaku yang menunjukkan bahwa dia tertekan.

Rasa sayang dapat merangsang pelepasan oksitosin, hormon yang memiliki efek penghambat stres, kata para ilmuwan.

Dia juga terlihat berbaring dan duduk di dekat mayat, menatap wajah, dan dengan lembut mencoba menggerakkan kepala mayat dengan tangannya.

Putranya yang lain, Urwibutso, bersuara keras dan memukuli dadanya di atas mayat wanita yang mati itu.

Perilaku agresif terhadap mayat mungkin mengisyaratkan gorila frustrasi karena mereka tidak dapat membangunkan kerabat mereka yang mati, menurut tim.

3 dari 3 halaman

Ketika sekelompok gorila Grauer menemukan mayat yang bukan anggotanya di DRC, mereka juga berkumpul di sekitarnya, mengendus dan menjilatnya selama 17 menit dari berbagai sudut.

Studi ini tidak hanya memberikan wawasan tentang bagaimana hewan memandang dan memproses kematian, tetapi para peneliti mengatakan itu juga memiliki implikasi konservasi yang penting.

Mayat memiliki risiko serius penularan penyakit dan butuh pemeriksaan khususnya wabah penyakit di antara gorila.

Ebola telah membunuh ribuan gorila dan kera besar Afrika yang sangat rentan terhadap virus.

Tingkat kematian gorila setinggi 95 persen setelah bersentuhan dengan penyakit ini.

Tim dari Dian Fossey Gorilla, Universitas California Davis, Universitas Uppsala dan Institut Kongo untuk Konservasi Alam telah menerbitkan temuan mereka di PeerJ, Jurnal Ilmu Kehidupan dan Lingkungan.

Ilmuwan Dian Fossey Fund, Dr Amy Porter mengatakan, "pengamatan kami mengejutkan karena tidak hanya satu tapi hampir semua individu dalam kelompok gorila Grauer terlibat dengan mayat. Respons perilaku mereka sangat mirip dengan gorila gunung di sekitar mayat anggota kelompok."

"Di antara para primata, terutama kera besar, ada bukti kuat dari respons perilaku dan fisiologis terhadap kematian yang mereka sesali," lanjutnya.

"Namun, masih belum jelas apakah perilaku yang kami amati di sekitar mayat gorila dalam tiga kasus ini adalah respons umum yang terjadi pada gorila," tutupnya.

Rekomendasi Makanan Khas Buleleng Bali yang Wajib Dicoba, Ada Blayag hingga Jukut Undis

4 Kasus Pencurian Paling Aneh Terjadi di Dunia, Termasuk Kasus Pencurian Sebuah Jembatan

Punya Masalah dengan Bau Kaki? Coba 6 Cara Ampuh Ini untuk Mengatasinya

TribunTravel.com/rizkytya

Selanjutnya
Tags:
BandungRidwan KamilTribunTravel Rabbit Town Wahoo Waterworld
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved