TRIBUNTRAVEL. COM - Mengonsumsi makanan ikan dan kerang dari Teluk Jakarta berdampak bahaya bagi kesehatan, karena mengandung senyawa beracun dan berbahaya (B3).
Melansir dari laman asiaone.com, senyawa beracun dan berbahaya tersebut merusak organ ikan dan melumpuhkan kerang, menurut seorang pakar kelautan dan perikanan.
Peringatan ini juga ditujukan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Jakarta, untuk lebih berhati-hati mengonsumsi seafood dari Teluk Jakarta.
"Orang yang mengonsumsi ikan dari Teluk Jakarta rentan terhadap kanker dan penyakit degeneratif seperti gagal ginjal," kata seorang profesor di Fakultas Urusan Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor, Prof Etty Riani, dikutip Tribun Travel dari laman asiaone.com, Minggu (24/2/2019).

Menurutnya, kualitas ikan tergantung pada kualitas lingkungan.
Dipengaruhi oleh lingkungan yang telah tercemar, ikan rentan terhadap kontaminasi dari senyawa berbahaya.
Senyawa berbahaya yang mencemari ikan terdiri dari, senyawa logam yang merusak jaringan ikan, karsinogen, dan mutagen.
Menurut Profesor Etty, bahwa senyawa logam masuk ke dalam tubuh ikan melalui pori-pori kulitnya atau ingsang.
Senyawa logam masuk dalam tubuh ikan ketika sedang makan.
• Nelayan di Maluku Tewas Diterkam Buaya saat Mencari Ikan
• Ikan Nelayan Makassar, Rumah Makan di Bandung yang Siap Manjakan Lidah Pecinta Kuliner Ikan
Senyawa tersebut akhirnya menumpuk di organ tubuhnya.
Sungai atau daerah yang tercemar oleh senyawa beracun dan berbahaya ini antara lain, Sungai Citarum dan Teluk Jakarta.
Kedua sungai tersebut menjadi daerah pesisir yang paling tercemar menurur Profesor Etty.
Senyawa berbahaya yang telah ditemukan di Teluk Jakarta, antara lain barakuda, pepetek, sokang, beloso, dan kerang.

Kandungan senyawa berbahaya yang terdapat pada kerang menyebabkan kerang menjadi berbuih dalam bentuk bukan rata.
Hal tersebut, menunjukkan daging yang ada pada kerang tidak lagi aman dikonsumsi.
Sementara itu, menurut Prof Etty juga menyatakan ikan di Kepulauan Seribu di utara pantai Jakarta juga terkontaminasi oleh senyawa logam.
Namun, jumlahnya jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kerang.
Mengandung senyawa logam yang rendah, ikan di sana masih relatif aman untuk dikonsumsi.
"Selama ini, pemeriksaan B3 pada ikan yang diekspor telah dilakukan, tetapi saya belum pernah mendengar (pemeriksaan B3) pada ikan untuk konsumsi lokal," kata Prof Etty.
(TribunTravel.com/Ayumiftakhul)