Breaking News:

Berkunjung ke Museum Balaputra Dewa, Destinasi yang Tak Boleh Dilewatkan saat Liburan ke Palembang

Jika berkunjung ke kota Palembang, Sumatera Selatan, kita akan disuguhkan dengan keberadaan rumah adat bari atau dikenal dengan nama Rumah Limas.

TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Pengunjung sedang melihat relief Besar bagian depan museum Balaputra Dewa. Relief ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat Sumatera Selatan 

TRIBUNTRAVEL.COM - Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya.

Setiap daerah memiliki ciri khas kekayaan budaya masing-masing termasuk rumah adat.

Jika berkunjung ke kota Palembang, Sumatera Selatan, kita akan disuguhkan dengan keberadaan rumah adat bari atau dikenal dengan nama Rumah Limas.

Salah satu rumah Limas yang masih arisinal yang ada di Bumi Sriwijaya itu, terdapat di Museum Balaputra Dewa.

Museum ini terletak di jalan Srijaya I nomor 288 km 5.5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang, Sumatera Selatan

Tribun Jogja pada Rabu, 13 Februari 2019 berkesempatan mengunjungi museum yang dirintis pada tahun 1977/1978 itu.

Di dalamnya lengkap terdapat peninggalan sejarah masyarakat Sumatera Selatan.

Mulai dari zaman Prasejarah, zaman kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang hingga pergerakan kemerdekaan dan revolusi fisik. Semuanya berjajar dan tersimpan rapi.

Salah satu bagian yang paling menarik bagi Tribun Jogja adalah ketika pemandu museum, Mariati Saragi menunjukkan adanya dua rumah Limas yang masih asli dan letaknya bersebelahan.

Kata Mariati, rumah Limas itu merupakan peninggalan dari Syarif Abdurrachman Alhabsi dan Syarif Ali.

Keduanya merupakan pangeran, keturunan Arab.

2 dari 4 halaman

"Rumah Limas ini didirikan pada tahun 1830. Zaman dahulu, rumah Limas ini letaknya berada di tepian sungai Musi. Dan mulai dibawa kesini, menjadi koleksi museum, sejak tahun 1985," tutur dia, menjelaskan.

Rumah ini sangat menarik, karena hampir seluruh pondasi dan bangunan rumah terbuat dari kayu unglen atau kayu Uli.

Di dalamnya menyimpan aneka macam barang sejarah, peninggalan zaman Kesultanan.

Di rumah Limas bagian depan, terdapat enam bilik kamar.

Masing-masing kamar, memiliki kegunaan dan fungsi. Semisal, kamar bagian depan, ada namanya kamar pengantin.

"Ciri utama dari kamar ini banyak terdapat bantal," kata Mariati.

"Semakin tinggi bantalnya maka status sosial orangnya semakin tinggi,"

Di bagian aula terdapat dua tempat duduk selayaknya singgasana kecil di dalam rumah.

Museum Balaputra Dewa
Museum Balaputra Dewa (TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin)

Kamar pada bagian belakang ukuran lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai kamar orang yang dituakan.

Jika penasaran dengan rumah Limas ini, kalian bisa melihat bentuknya di uang kertas pecahan sepuluh ribuan.

3 dari 4 halaman

Pada bagian belakang terdapat bentuk rumah Limas yang ada di museum Balaputra Dewa.

Sementara bagian depan terdapat gambar Sultan Mahmud Badaruddin II.

Selain kecantikan rumah Limas, berkunjung ke museum Balaputra Dewa kita akan diajak untuk mengenal lebih dekat sejarah, tradisi dan kekayaan budaya dari masyarakat di Bumi Sriwijaya.

Pada bagian aula depan museum, kita akan disambut dengan relief maha besar.

Menceritakan tentang kehidupan masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan.

Dalam relief itu terdapat tiga penari yang digambarkan sedang bermain tarian Gending Sriwijaya lengkap dengan lagunya.

Ada pula Kerbau, rumah Limas, aneka kerajinan songket dan gerabah, serta aliran sungai Musi lengkap dengan perahu dan kemegahan jembatan Ampera.

Bergeser dari relief dan berpindah ke bagian dinding museum. Ada motif berbentuk bunga matahari dan daun melati.

"Bunga melambangkan kehidupan dan melati adalah kesucian," kata Tamzi yang juga merupakan pemandu museum.

Lorong pertama dari pintu masuk museum diisi dengan Arca megalithik.

Berukuran cukup besar, arca megalithik ini merupakan batu sebagai benda budaya peninggalan tradisi masyarakat dari masa megalitikum.

4 dari 4 halaman

Tradisi batu megalithik ini meninggalkan jejak peradaban yang masih dapat dilihat hingga masa sekarang.

"Jejak ini banyak ditemukan di dataran Pasemah di wilayah Lahat dan Gunung Dempo Pagaralam," tutur dia.

Bergeser ke bagian lorong pengunjung akan diajak menikmati masa prasejarah.

Dimana terdapat peninggalan benda purbakala.

Seperti tempayan yang berfungsi untuk mengubur mayat.

Di museum yang mulai diresmikan tanggal 5 November 1984 ini pengunjung akan disuguhi keindahan songket dan artefak peninggalan kerajaan Sriwijaya.

"Total semua benda di museum ini ada sekitar tujuh ribu koleksi," kata Tamzi.

Bagi anda yang ingin berkunjung, museum Balaputra Dewa buka setiap hari Selasa sampai Minggu.

Hari Senin dan hari libur nasional tutup.

Biaya masuk cukup murah, dewasa dua ribu rupiah dan anak-anak hanya seribu rupiah.

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Berkunjung ke Museum Balaputra Dewa Palembang, //jogja.tribunnews.com/2019/02/13/berkunjung-ke-museum-balaputra-dewa-palembang?page=all.
Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: Ari Nugroho

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jogja
Tags:
Sumatera SelatanPalembangAlang-Alang LebarSrijayaMuseum Balaputra Dewa Kue Bluder Claudia Scheunemann Engkak Ketan Pempek Panggang Kue Srikaya Dadar Jiwo
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved