TRIBUNTRAVEL.COM - Australia memiliki beragam keindahan alam yang masih jarang atau hampir tidak ditemukan di negara lain.
Satu di antaranya lubang kawah bekas hantaman meteor.
Kawah tersebut bernama Wolfe Creek Crater yang terletak di kawasan Kimberley, Australia Barat.
Dikutip TribunTravel.com dari laman atlasobscura.com dan australiasnorthwest.com, Wolfe Creek Crater merupakan kawah yang terbentuk setelah meteorit menghantam daerah tersebut sekitar 2 juta tahun yang lalu.
Wolfe Creek Crater baru ditemukan pada 1947, ketika para peneliti mengadakan survei aerial di area tersebut.
Orang Aborigin mengenal kawah tersebut dengan nama Karntimarlarl dalam bahasa Walmajarri dan Janyil dalam bahasa Jaru.
Menurut legenda suku Aborigin, kawah ini terbentuk ketika ular raksasa mengangkat kepalanya dari tanah pada zaman penciptaan makhluk hidup.
Orang Aborigin juga percaya, berbagai bentang alam seperti sungai dan kawah merupakan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh ular raksasa yang berjalan melalui gurun di Australia.
Geologis F. Reeves dan N.B Sauve beserta pilot D. Hart merupakan orang non-Aborigin pertama yang menemukan Wolfe Creek Crater dalam survei aerial mereka di Canning Basin pada 1947.
Wolfe Creek Crater merupakan kawah meteorit terbesar kedua di dunia.
Kawah ini memiliki diameter yang membentang sekitar 3.000 kaki atau 914 meter dan kedalamannya mencapai 200 kaki atau 61 meter.
Sementara, pinggiran kawahnya menjulang sekitar 35 meter dari permukaan dataran di sekitar.
Tepian luar memiliki kemiringan 15 derajat, sedangkan dinding bagian dalam kawah lebih curam dengan sudut sekitar 50 derajat.
Dengan ukuran tersebut, diperkirakan Wolfe Creek Crater terbentuk sebagai dampak dari hantaman meteor dengan massa sekitar 50.000 ton.
Sisa-sisa serpihan bebatuan meteorit asli masih bisa ditemukan di Wolfe Creek Crater.
Aktivitas favorit yang bisa dilakukan di kawah ini adalah berjalan menjelajahi Wolfe Creek Crater dan fotografi.
Namun, menuruni kawah merupakan hal yang dilarang sebab medannya terlampau curam dan konstruksi tanah serta bebatuannya terbilang rapuh.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)