TRIBUNTRAVEL.COM - Hari ini (26/12/2018) tepat 14 tahun lalu, gempa bumi magnitudo 9,3 dengan kedalaman 10 km dan tsunami menerjang sejumlah wilayah Aceh.
Sekitar lebih dari 170 ribu jiwa warga Aceh menjadi korban tewas akibat gelombang tsunami dan gempa.
Diperkirakan, gelombang tsunami memiliki ketinggian mencapai 30 meter dengan kecepatan hingga 360 kilometer per jam.
Gelombang Tsunami bahkan berdampak pada negara lain, seperti Thailand, Malaysia, hingga India dan Sri Lanka.
Meski sudah 14 tahun berlalu, gempa bumi dan tsunami tersebut masih dikenang sebagai satu bencana alam paling destruktif di abad ke-21.
Ada beberapa obyek wisata untuk mengenang tsunami Aceh tahun 2004.
TribunTravel.com telah merangkum lima di antaranya.
1. Monumen Aceh Thanks to the World
Monumen Aceh Thanks to the World terletak di dekat Museum Tsunami Aceh, tepatnya di Lapangan Blang Padang, Balai Kota, Kampung Baru, Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh
Museum ini merupakan ungkapan terima kasih Aceh kepada semua pihak yang membantu saat bencana terjadi.
Semua pihak tersebut mencakup semua relawan, LSM, dan militer yang datang dari dalam negeri maupun berbagai negara lain di dunia.
Monumen Aceh Thanks to the World bertuliskan kata 'Terima Kasih' dan 'Damai' dalam berbagai bahasa, serta memuat informasi mengenai tsunami Aceh.
2. Museum Tsunami Aceh
Museum Tsunami Aceh didesain oleh Ridwan Kamil dan diresmikan empat tahun setelah tsunami melanda, yakni tahun 2008.
Museum Tsunami Aceh terletak di Jalan Iskandar Muda, tepatnya di pusat kota Banda Aceh.
Museum Tsunami Aceh memiliki suasana yang seolah menjadi simulasi peristiwa tsunami 2004.
Di dalam terdapat koleksi foto kondisi Banda Aceh setelah tsunami dan ruangan berisi nama-nama korban.
3. Kapal Apung Lampulo
Kapal Apung Lampulo merupakan spot wisata mengenang tsunami Aceh berupa kapal nelayan yang terhempas gelombang tsunami dan terdampar di atas sebuah rumah milik pasangan Misbah dan Abasiah.
Tak heran, spot ini juga disebut dengan Boat on the Roof.
Kapal Apung Lampulo terletak di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Kapal nelayan sepanjang 18 meter tersebut terseret hingga tiga kilometer dari tempatnya berada sebelum tsunami menerjang.
Selain melihat kapal apung tersebut, pengunjung dapat melihat informasi detail tentang apa yang dialami kapal saat tsunami.
Sebanyak 59 awak kapal berhasil selamat saat peristiwa tsunami tersebut.
4. Kapal PLTD Apung I
Kapal pembangkit listrik tenaga diesel apung (PLTD) Apung terletak di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.
Dahsyatnya gelombang tsunami mampu menyeret kapal sepanjang 63 meter dan seberat 2.600 ton.
Di kawasan sekitar Kapal PLTD Apung I terdapat monumen peringatan yang mencantumkan tanggal dan waktu terjadinya tsunami dengan dinding berelief menyerupai gelombang laut.
5. Kubah Al-Tsunami
Kubah Al-Tsunami dulunya merupakan kubah Masjid Lamteungoh yang terletak di Desa Lamteungoh, Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Saat gelombang tsunami menerjang, badan masjid hancur dan hanya menyisakan kubah seberat 80 ton dan berukuran 4x4 meter tersebut.
Kubah masjid pun ikut terseret gelombang tsunami sejauh 2,5 kilometer hingga ke Desa Gurah, Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Ketika tsunami terjadi, kubah yang terombang-ambing gelombang dahsyat ini menjadi penyelamat bagi sejumlah orang yang menaikinya.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)