lihat foto
TRIBUNTRAVEL.COM - Bakpia Pathuk menjadi salah satu ikon kuliner khas Yogyakarta selain gudeg.
Saat berkunjung ke Yogyakarta, kurang lengkap rasanya bila tak membeli kue berasa manis tersebut.
Jika Anda berkunjung ke Malioboro, sejumlah tukang becak sering kali menawarkan untuk mengantarkan Anda ke daerah Pathuk.
Nama Bakpia Pathuk diambil dari nama daerah kue tersebut diproduksi, yakni Pathuk yang berada di sebelah barat Malioboro.
Bakpia sebenarnya berasal dari daratan China, dengan nama asli Tou Luk Pia atau artinya kue pia (kue kacang hijau).
Di Pathuk, proses produksi bakpia sudah dilakukan sejak tahun 1948.
Saat itu, cara pengemasannya masih sederhana, hanya menggunakan besek tanpa label merk dagang.
Barulah pada tahun 1980, para pembuat Bakpia Pathuk mulai memberikan merk dagang sesuai nomor rumah mereka.
Beberapa merk bakpia asal daerah tersebut tetap terkenal hingga kini, seperti Bakpia Pathuk 25, 75 dan 55.
Penjualan bakpia semakin pesat dari hari ke hari dan mencapai booming pada tahun 1992.
Hingga saat ini, kue tersebut masih menjadi ikon kuliner khas Yogyakarta.
Selain bakpia Pathuk yang berasal dari China, sebenarnya ada bakpia pribumi yang merupakan buatan asli warga Yogyakarta.
Bakpia tersebut awalnya dibuat oleh Nitigurnito, yang tinggal di kawasan Taman Sari.
Bakpia buatan Nitigurnito sedikit berbeda dengan buatan warga Pathuk, yakni lapisan kulitnya lebih tebal, berwarna putih dengan bagian tengah kecoklatan karena dipanggang.
Sedangkan Bakpia Pathuk berkulit tipis dan mudah rontok.
Bakpia Nitigurnito kemudian menginspirasi warga lain di Taman sari untuk memproduksi kue yang sama.
Sayangnya, bakpia Taman Sari tak bertahan lama karena banyak yang gulung tikar dan tak bersisa hingga kini.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Asal-usul Nama Bakpia Pathuk, Kue Oleh-oleh Khas Yogyakarta nan Melegenda
