Breaking News:

Kunjungi Vihara Buddhagaya Watugong di Semarang, Apa Kata Turis Skotlandia?

Vihara yang berdiri kokoh di atas tanah yang luasnya 22.500 meter persegi ini memiliki pesona tersendiri bagi setiap pengunjungnya.

Editor: Sinta Agustina
TRIBUN JATENG/BARE KINGKIN KINAMU
Pagoda di komplek Vihara Buddhagaya Watugong. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Vihara Buddhagaya Watugong yang berdiri kokoh di atas tanah seluas 22.500 meter persegi ini memiliki pesona tersendiri bagi setiap pengunjungnya.

Kerindangan terlihat saat pengunjung datang ke Vihara yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah.

Ada beberapa pengunjung yang berfoto di area Pagoda dan pohon Bodhi.

"Di depan pintu masuk terdapat batu gong. Batu tersebut merupakan batu asli," tutur Romo Warto kepada Tribunjateng.com, Jumat (19/10/2018).

Sejarah dibangungnnya vihara ini yakni pada tahun 1955, kala itu dibangun vihara kecil yang hingga saat ini jejaknya masih bisa dilihat, yaitu berada di samping utara Pagoda.

"Pagoda dibangun 1957, dengan pilar tiga tingkat. Baru pada 2007 dibangun kembali seperti sekarang," jelas Romo Warto.

Para pengunjung bisa menikmati napak tilas ajaran budha di sini.

Satu di antaranya yakni pengunjung dari Skotlandia, James Peters Jim.

Sebagai pelancong dari luar negeri, ia merasakan nuansa religius yang meneduhkan.

"It is my first time visit this place. Bagus, nyaman," jelasnya.

Ia berkeliling di area Vihara dan mengabadikan momen di mana Romo Warto beribadah.

2 dari 3 halaman

Budha adalah nafas kedamaian. Itulah pesan yang Romo warto ceritakan kepada Tribunjateng.com.

"Di Vihara ini semua agama boleh berkunjung. Bisa belajar filosofi hidup. Kita sebagai manusia tentu memiliki kodrat. Manusia harus hati-hati terhadap sifat babi, ular, dan ayam jago," jelas Warto.

Satu pengunjung siang ini yakni James, turis asal Skotlandia mengagumi ajaran tersebut, meski ia bukan pemeluk agama Budha.

Pada bagian vihara tampak relief babi, ayam jago, dan ular.

Babi mencerminkan kebodohan, dalam sehari-hari babi makan, buang air besar di tempat yang sama.

Sedangkan ayam jago mencerminkan sikap manusia yang tidak bisa membedakan hingga ia semena-mena melakukan perkawinan.

Untuk ular sendiri adalah cermin sikap manusia yang asal patok.

"Ketiga sifat tersebut bisa diminimalisir. Itu merupakan kodrat manusia. Dengan meditasi manusia bisa fokus, memahami diri sendiri, dan memahami arah kehidupan," jelas Romo Warto.

Kedamaian hidup, memberi kehidupan yang bermanfaat, dan tidak merugikan ataupun merusak kehidupan orang lain adalah ajaran Budha.

"Kedamaian adalah sejatinya hidup. Tidak perlu memaksakan kehidupan. Coba, tadi kamu ingat atau sadar tidak? Menggunakan kaki yang mana dulu saat melangkah di plataran ini?" tanya Warto.

3 dari 3 halaman

Itulah contoh satu kefokusan yang harus manusia kuasai.

"Filosofi kehidupan yakni adalah fokus. Fokus dan rileks, itulah kunci kehidupan," jelas Warto.

Tak perlu merasa dikejar-kejar waktu, menikmati nafas kehidupan adalah sejatinya hidup.

Setiap hari Jumat pukul 19.00 WIB di Vihara ini ada kegiatan meditasi yang terbuka untuk umum.

James saat mengagumi ajaran Budha yang ia dapatkan ini.

Di Pagoda terdapat patung Dewi Kwan Im.

Warto menjelaskan, Patung ini merupakan simbol welas asih.

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Wisatawan Skotlandia Nikmati Kedamaian saat Berada di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jateng
Tags:
SemarangJawa Tengah Jembatan Sikatak Gilo-gilo
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved