Breaking News:

Mengenal 3 Mitos tentang Gempa Bumi di Indonesia, dari Pulau Jawa hingga Nias

Saat ilmu pengetahuan belum berkembang secanggih sekarang, peristiwa gempa bumi di Indonesia kerap dikaitkan dengan mitos tertentu.

Surya
Ilustrasi seismograf, alat pencatat getaran gempa bumi. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Saat ilmu pengetahuan belum berkembang secanggih sekarang, peristiwa gempa bumi di Indonesia kerap dikaitkan dengan mitos tertentu.

Dengan letak geografis di kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, tentu Indonesia menjadi satu dari sejumlah negara di dunia yang rawan gempa bumi.

Peristiwa gempa bumi yang rutin terjadi sejak zaman dahulu, kerap dikaitkan dengan berbagai mitos.

Apalagi, saat ilmu pengetahuan dan teknologi belum canggih seperti sekarang.

Sebagaimana negara lain, Indonesia memiliki sejumlah mitos yang dikaitkan dengan terjadinya gempa bumi.

Setiap daerah memiliki versi mitos masing-masing.

Kali ini, TribunTravel.com telah merangkum mitos-mitos terkait gempa bumi di beberapa wilayah di Indonesia dari berbagai sumber.

1. Mitos Dewa Anantaboga

Dalam cerita pewayangan Jawa, gempa bumi dikaitkan dengan tokoh dewa bernama Anantaboga.

Anantaboga merupakan dewa berwujud naga.

2 dari 4 halaman

Ia adalah anak Dewi Nagarini yang tinggal di khayangan Saptapratala atau Saptabumi.

Ketika gempa bumi terjadi, diyakini itu disebabkan Dewa Anantaboga yang sedang marah besar hingga mengguncang bumi.

Mitos masyarakat Jawa ini terpengaruh oleh budaya India.

Bagi masyarakat Jawa zaman dahulu, ada kebiasaan memukul kentongan ramai-ramai hingga bertalu-talu saat gempa terjadi.

Irama kentongan disebut kenthong titir dan menjadi peringatan agar masyarakat waspada.

Saat memukul kentongan, masyarakat juga mengucapkan mantara yang berbunyi “kukuh bakuh... kukuh bakuh…” beberapa kali.

Tujuan membaca mantra itu agar bangunan rumah tetap kuat dan tidak roboh sekaligus meminta agar Anantaboga tak lagi marah.

2. Mitos batu di gunung

Masyarakat Sunda menyebut gempa bumi dengan sebutan 'lini' atau 'lindu'.

Menurut mitos masyarakat Sunda, gempa bumi disebabkan oleh sebuah batu di sebuah gunung yang bisa bergerak mengguncang bumi.

3 dari 4 halaman

Namun, diyakini batu itu tidak sembarangan bergerak selama masih ada manusia di muka bumi, karena ia tahu efek gerakannya akan mengakibatkan bencana.

Meski begitu, terkadang ada setan yang menyamar menjadi semut hitam.

Semut hitam samaran setan itu mendatangi batu dan melapor, tak ada lagi manusia di bumi.

Sehingga, batu itu kemudian bergerak melemaskan badan karena sudah merasa letih menjaga posisi berdiam diri.

Nah, gempa bumi terjadi akibat semut hitam itu yang memberi laporan palsu kepada sang batu.

Saat gempa bumi terjadi, masyarakat Sunda berteriak-teriak "aya...aya...aya..." yang artinya "ada...ada..ada..."

Hal ini bertujuan untuk memberitahu sang batu, masih ada manusia di muka bumi.

3. Mitos dewa-dewa yang tinggal di dunia bawah tanah sedang marah

Di Pulau Nias, masyarakat percaya mitos gempa bumi disebabkan marahnya dewa-dewa yang tinggal di bawah tanah.

Menurut legenda masyarakat Pulau Nias, kepulauan tersebut ditopang oleh dewa bernama Bauwadanohia yang juga disebut Simayamayarao atau Lature Dano.

4 dari 4 halaman

Selain Bauwadanohia, ada dewa lain yang membantu menopang Pulau Nias dan sekitarnya.

Yakni Lasorogae Sitolu Daha atau Lasorogae Sidua Demo.

Namun, dewa-dewa ini bisa marah karena banyaknya penduduk setempat yang melanggar aturan yang disebut Fondrako atau Famato Harimao.

Sehingga, para dewa mengguncang bumi dan masyarakat Nias menyebut peristiwa gempa bumi dengan nama 'duru dano.'

Sama seperti masyarakat Sunda, masyarakat Pulau Nias akan berteriak-teriak saat gempa terjadi.

Teriakan mereka berbunyi, "Biha tua! Biha tua! Biha tua!" yang artinya "Sudah kek! Sudah kek! Sudah kek!"

Teriakan ini bertujuan agar para dewa tak lagi marah.

Selain itu, biasanya masyarakat Pulau Nias menggelar ritual pemujaan dan pengakuan melanggar aturan setelah gempa bumi terjadi.

Ini juga bertujuan agar bencana gempa bumi tak terulang lagi.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Pulau JawaNiasTribunTravel.comIndia Haleem Koshari (Kushari) Virus Nipah Dalai Lama
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved