Breaking News:

Mengenal 4 Warisan Geologis yang Ada di Kawasan Geopark Rinjani Lombok

Setelah ditetapkan sebagai Global Geopark UNESCO tahun 2018, yuk kenalan dengan warisan geologis yang ada di kawasan Geopark Rinjani Lombok.

rinjanimountain.com
Gunung Rinjani 

TRIBUNTRAVEL.COM - Setelah ditetapkan sebagai Global Geopark UNESCO tahun 2018, yuk kenalan dengan warisan geologis yang ada di kawasan Geopark Rinjani Lombok.

Rinjani Lombok telah ditetapkan sebagai Global Geopark UNESCO tahun ini.

Tepatnya, pada 12 April 2018 lalu, kawasan Gunung Rinjani ditetapkan menjadi geopark dunia dalam sidang UNESCO Executive Board di Paris, Prancis, melansir laman Kompas.com.

Perjuangan untuk mendapat pengakuan dunia ini melalui perjalanan yang cukup panjang.

Mengutip laman rinjanigeopark.com, bahkan pengusulan kawasan Rinjani Lombok menjadi geopark nasional pun sudah bermula sejak 2007.

Saat itu, Badan Geologi Bandung mengadakan pertemuan dengan sejumlah peneliti geo-turisme dan mengusulkan geopark baru bernama Geopark Gunung Rinjani.

Sementara, para anggota penasihat UNESCO yang dipimpin oleh Guy Martini mengunjungi Geopark Rinjani pada 17 - 19 November 2012 hingga akhirnya Geopark Rinjani ditetapkan menjadi Global Geopark UNESCO.

Mengingat statusnya kini, tentu kawasan Rinjani Lombok menjadi satu destinasi wisata yang mampu menarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Ada tiga tipe spot wisata di kawasan Geopark Rinjani, yakni warisan geologis yang mencakup 22 spot, zona warisan alam (8 spot), dan warisan budaya (17 spot).

Kali ini, TribunTravel.com merangkum empat dari 22 warisan geologis di kawasan Geopark Rinjani Lombok dari laman rinjanigeopark.com.

2 dari 4 halaman

1. Kaldera Samalas

(Kompas Images/Fikria Hidayat)

Kaldera Samalas memiliki ukuran sekitar 6 km x 8,5 km, dengan tinggi 800 meter yang dihasilkan dari letusan gunung berapi Samalas pada 1257.

Menurut penelitian Lavigne dan rekan-rekannya tahun 2013, letusan tersebut menghasilkan volume material 40 km kubik dengan kolom letusan mencapai tinggi 43 km ke atmosfer.

Letusan Samalas diperkirakan menjadi letusan gunung berapi terbesar selama 7.000 tahun terakhir.

Diperkirakan, besarnya letusan mencapai sekitar 2 kali lebih besar dari Tambora tahun 1815 dan 8 kali lebih besar dari Krakatau tahun 1883.

Sebelum letusan, ketinggian Gunung Samalas diperkirakan mencapai 4200 meter di atas permukaan laut.

Di Kaldera Samalas, ada Segara Anak dan Gunung Barujari yang aktif.

Kaldera Samalas adalah yang tertinggi di antara gunung berapi aktif di Indonesia.

Dinding kaldera terdiri dari lapisan batuan dari lava dan piroklastik ditambah dengan banyak jenis tembusan.

Pemandangan kaldera, danau, dan gunung berapi aktif ini dapat dilihat dari puncak Rinjani dan tepian kawah atau "Pelawangan" dalam bahasa Sasak.

3 dari 4 halaman

Ada empat tepian kawah yang berfungsi sebagai transit untuk lima rute trekking yaitu Pelawangan Sembalun, Senaru, Santong, Pemotoh/AikBerik dan Timbanuh.

Sementara, rute trekking dari Torean bisa langsung menuju ke Danau Segara Anak.

2. Danau Segara Anak

Di dalam kawah gunung Samalas ada Danau Segara Anak yang berbentuk sabit dan terletak sekitar 2.009 mdpl.

Luas permukaan danau sekitar 11.126 hektar dan berkedalaman 160 hingga 230 meter.

Karena erosi di puncak dan arus material dari letusan tahun 1944, kedalaman danau ini menurun menjadi sekitar 200 meter.

Sebuah penelitian tahun 2007–2008 menunjukkan, kedalaman maksimum danau menjadi sekitar 205 meter.

Dengan suhu sekitar 5 hingga 7 derajat Celsius di atas suhu kamar, danau ini kemungkinan besar menjadi danau vulkanik air hangat terluas di dunia.

Tanah yang cukup datar di pinggir Danau Segara Anak biasa digunakan sebagai area berkemah.

Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di sekitar danau mulai dari berkemah, pemandian air panas, atau memancing karena ada berbagai jenis ikan yang hidup di danau.

4 dari 4 halaman

Danau Segara Anak juga menjadi tempat ritual keagamaan yang disebut Pancaka Mulang Pekelem yang diadakan oleh umat Hindu setiap tanggal 5 November.

3. Gua Susu

Gua Susu terbentuk di sepanjang aliran lava akibat bagian luar lahar, ketika mengalir ke bawah, mendingin lebih cepat berkat kontak dengan tanah dan udara, sementara bagian dalam tetap cair dan panas.

Sehingga lava cair itu tetap mengalir dan membentuk ruang kosong (gua).

Ada dua rongga (di bagian bawah dan atas) yang dapat dimasuki orang dewasa.

Gua ini adalah gua alami yang disebut 'susu' karena air yang mengalir keluarnya berwarna putih atau kekuningan, mirip dengan susu.

Air putih kekuningan di gua ini adalah air bikarbonat yang muncul di permukaan dan membentuk deposit karbonat (travertin / CaCO3).

Bagian atas Gua Susu biasa digunakan sebagai tempat meditasi.

Di sekitarnya juga ada kompleks sumber air panas yang bisa digunakan untuk mandi.

4. Sampel arang dari Erupsi Samalas

(geomagz.geologi.esdm.go.id)

Sampel arang ini berasal dari sisa-sisa tanaman yang berubah menjadi arang karena langsung terkena aliran piroklastik yang panas dengan cepat.

Sisa tanaman ini tidak terbakar dan berubah menjadi abu karena alirannya begitu cepat hingga tak sempat berkontak dengan oksigen.

Sampel arang dapat digunakan untuk mengukur usia batu sehingga menelusuri sejarah letusan gunung berapi.

Lapisan arang umumnya terletak di ujung lapisan antar-batuan, dengan aliran piroklastik di atasnya yang terdiri dari tufa dan batu kapur.

Arang letusan Samalas dapat ditemukan di beberapa lokasi seperti Punikan, Batukliang, Gangga, Sembalun dan Pantai Luk.

Sisa-sisa awan piroklastik berupa endapan berlapis letusan Gunung Samalas setinggi 35 meter dapat dilihat di Pantai Luk.

Di bagian barat pantai, pada sisa awan piroklastik yang tidak terlalu tinggi, endapan karang itu berukuran sekitar 2 meter di atas rata-rata permukaan laut.

Sedimen karang ini dianggap sebagai sedimen yang berasal dari tsunami setelah letusan Gunung Tambora tahun 1815.

(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Gunung RinjaniLombokRinjani UNESCO Global Geopark Kelaq Sebie Sate Tanjung Kepulauan Gili Gili Meno Sate Pusut
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved