Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina
TRIBUNTRAVEL.COM - Film Wiro Sableng yang diadaptasi dari novel seri karya Bastian Tito resmi dirilis, Kamis (30/8/2018).
Produser film Wiro Sableng, Sheila Timothy memakai budaya Indonesia yang dicerminkan dalam properti yang dipakai cast.
• Diadaptasi dari Novel Karya Bastian Tito, Film Wiro Sableng Berbasis Budaya Nusantara
"Budayanya itu bener-bener campuran (budaya, red) Indonesia," ujar perempuan yang akrab disapa Lala itu, di kantor Tribunnews Solo, Minggu (2/9/2018).
Misal untuk kostum yang dipakai Wiro Sableng, ternyata terinspirasi dari baju orang Baduy.

"Bajunya Wiro (Sableng, red) itu inspirasinya dari baju Baduy," kata Vino G. Bastian.
• Syuting Film Wiro Sableng di Jawa Barat, Marsha Timothy Mengaku Kesulitan Ganti Kostum di Atas Batu
Bahkan, pemeran tokoh Wiro Sableng itu memuji pakaian khas orang Baduy.
• Roadshow Film Wiro Sableng, Sherina Mengaku Bukan Kunjungan Pertama Kali ke Solo
"Orang-orang Baduy emang seperti itu bajunya, tapi warnanya putih. Baju Baduy keren banget," tambah Vino.
Penentuan Setting Abad ke-16
Sebagai tim creator, Lala mengaku dirinya dan tim tidak ingin membebankan penonton dengan sejarah.
Oleh sebab itu, pemilihan latar belakang waktu tidak ia masukkan dalam scene film.
"Kami nggak mau membebankan penonton untuk tahu (sejarah, red), karena ini bukan film sejarah, ini film fantasi," kata Lala.

Meskipun dalam film tidak ditunjukkan, namun Lala dan tim mengaku tahu mengenai sejarah yang ada dalam film tersebut.
Lala juga mengungkapkan alasannya memakai abad 16 sebagai latar waktu dalam film Wiro Sableng yang ia buat.
"Kami baca semua (buku Wiro Sableng, red), di beberapa bukunya memang ada beberapa era yang ada Kerajaan Majapahit, ada Ken Arok, dan sebagainya," ungkap Lala.
Namun, dalam film Lala tidak bisa memakai semua latar waktu yang ditulis Tito Bastian dalam novelnya.
Mau tidak mau, Lala harus memilih latar waktu yang harus dijadikan sebagai basis film.

"Di buku udah ada bom, ada senjata, dan kami cari yang mendekati abad-abad itu adalah Portugis, jadi yang paling deket abad 15-16," jelas Lala.
"Di beberapa seri bukunya itu ada kedatangan pendekar bule, ada orang China, orang Jepang. Artinya, kan, udah ada percampuran," lanjutnya.
Atas dasar itulah, Lala dan tim yang telah melewati diskusi panjang memutuskan untuk memilih abad 16 sebagai latar waktu dalam film Wiro Sableng.
"Abad 16 itu kira-kira abad yang bisa dijadikan basis," tutup Lala.