Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Pada 28 Oktober 1884, angin mulai naik ketika SS William Hope berlayar menuju tujuannya, Burghead, di pantai Laut Utara Skotlandia.
Tujuan mereka?
Mengambil kargo, seperti tugas sebelumnya.
Pagi mulai menjanjikan dan para kru tidak mengantisipasi banyak masalah.
Bagaimanapun, perjalanan tidak akan terlalu sulit.
Berlayar dari Fraserberg ke Burghead, Skotlandia, bukanlah perjalanan panjang atau berbahaya.
Mereka berada di pantai yang sama, itu hanya masalah menyeberangi perairan dalam waktu singkat.

• Kasus Aneh Kijong-dong dan Daesong-dong, Dua Desa Perbatasan Korea yang Jadi Sarang Propaganda
Namun, hembusan angin yang kencang mulai terasa.
Pada pukul 8 pagi, kapten menyadari bahwa ada hal yang tidak benar.
Angin kencang mulai mendorong kapal ke arah bebatuan.
Beban ringan dari kapal membuatnya tidak dapat bertahan lama.
Perjuangan untuk membebaskan diri terus dilakukan.
• 20 Produk Asli Indonesia yang Disangka Berasal dari Luar Negeri, Ada Polytron sampai Advan
Para kru berjuang mati-matian untuk menjauhkan kapal mereka dari batu-batu yang tidak diragukan lagi akan menghancurkan mereka.

Berjam-jam berlalu, tetapi kondisi tidak membaik.
Sang kapten putus asa untuk melarikan diri dari bahaya, memutuskan untuk mengubah jalurnya, mereka akan berlayar ke Aberdour Bay.
Dengan mesin yang tak mampu hidup, kapal itu terombang-ambing di bawah angin dan ombak.
Kapal kandas di dekat pantai dengan mesin yang mati.
Satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan dengan menjatuhkan jangkar.
Sayang saat kabel jangkar macet yang berarti kapal tak memiliki kesempatan untuk tetap di tempat.
Mereka siap menghadapi kematian ketika angin terus memorak-porandakan kapal dan melemparkannya ke sana kemari.
Terlepas dari kenyataan bahwa pantai New Aberdour berada di pandangan para awak, mereka tidak berani melompat ke dalam air untuk berenang.
• 5 Insiden Tak Terduga Selama Upacara Bendera HUT RI ke 73, di Antaranya Bocah yang Naik Tiang
Itu terlalu dingin, dan air terlalu liar bagi siapa pun untuk berenang dan bertahan hidup.
Yang bisa mereka lakukan hanyalah menunggu bencana ini dan berdoa agar keselamatan datang entah bagaimana.

Dan keselamatan memang datang tetapi dengan cara yang paling aneh.
Jane Whyte, seorang wanita berusia 40 tahun dengan delapan anak, kebetulan berada di pantai ketika bencana itu terjadi di hadapannya.
Dia melihat kapal uap yang berada dalam kesulitan yang jelas dan menyadari bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk membantu mereka.
Sendirian dan tidak dapat dicegah, dia mengarungi perairan dingin dan menarik perhatian para pelaut.
Para kru, putus asa untuk melarikan diri, melemparkan tali padanya.
Tali itu diambil di tangan oleh Jane Whyte dan diikat ke pinggangnya.
Sambil menggeretakkan giginya saat angin bertiup di sekelilingnya, dia berjalan kembali ke pantai dan menanam dirinya dengan kuat.
• 8 Fakta Unik tentang Gabon, Negara yang Punya Hari Kemerdekaan 17 Agustus
Dengan tali yang diamankan dari kapal ke daratan, para pelaut mampu menguasai garis dan berjalan ke pantai, satu per satu.

Berkat pemikiran cepat Jane dan keberanian untuk melangkah dan menyelamatkan mereka, 15 anggota awak diselamatkan dari bencana.
Selain menyelamatkan nyawa mereka, Jane membawa mereka ke rumahnya untuk memulihkan diri dari kondisi dingin yang membeku.
Keesokan harinya, mereka pulih kembali ke rumah.

Ketika Jane berhasil menyelamatkan awak kapal dari kehancuran, William Hope tidak seberuntung itu.
Badai itu benar-benar merusaknya dan tidak dapat diperbaiki lagi dan kemudian dijual sebagai reruntuhan.
• Ingin Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga yang Berat? Coba Lakukan Diet BRAT Ini
Adapun Jane, ia menerima penghargaan tinggi dari Royal Lifeboat Institution Nasional.
Satu pelaut, yang sangat bersyukur karena telah diselamatkan olehnya, kemudian menulis puisi, berjudul A Brave Woman, yang mengabadikan kebaikan dan keberaniannya.