Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Ketika para arkeolog Mesir mengumumkan pada bulan Juli bahwa sarkopagus hitam besar ditemukan di makam bawah tanah Alexandria, yang belum dibuka selama 2.000 tahun dan disegel dengan mortir, langsung menjadi pemberitaan besar.
Beragam tanggapanpun muncul.
Ada yang yang positif dengan mengatakan, "Saya harap semuanya berjalan baik."
• 3 Destinasi Wisata Alam di Jogja yang Cocok untuk Berkemah, di Antaranya Hutan Pinus Mangunan
Lainnya melayangkan tindakan arkeolog membuka makam tersebut, "Membuka tutupnya sama saja dengan melepaskan kutukan di dalamnya. Coba saja tengok kasus Raja Tut."
Banyak yang beranggapan jika kuburan yang ditemukan itu milik Alexander Agung.
Dilansir TribunTravel.com dari laman thevintagenews.com, kuburan itu memang dibuka pada 19 Juli 2018.
Namun bukan milik Alexander yang Agung.
Tidak ada mumi kerajaan.
Tidak ada Indiana Jones atau kutukan Mummy seperti yang dibayangkan.
Sebaliknya, sarkopagus itu berisi tiga kerangka di bak air berwarna merah-cokelat.
• 6 Pantai Terindah di Dunia Ini Bisa Menyala dalam Gelap, Gippsland Lake di Australia Paling Terkenal
Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Antiquities, Mostafa Waziri, mengatakan kepada media tidak ada satupun dari tiga mumi milik keluarga Ptolemaic atau keluarga kerajaan Romawi dan peti mati tidak memiliki prasasti atau cartouche yang memuat nama mereka.
"Dia lebih lanjut menunjukkan tidak ada bukti seperti topeng logam perak atau emas, patung-patung kecil, jimat, atau prasasti ditemukan untuk membuktikan bahwa mumi milik keluarga kerajaan," lapor Egypt Today.
Prosedurnya jelas tidak menyenangkan.
Gubernur Alexandria Mohamed Sultan memiliki sarkofagus seberat 30 ton yang dipindahkan ke area pajangan baru di dalam Mustafa Kamel Necropolis.
Setelah melepas penutupnya, para pejabat harus beristirahat untuk memulihkan diri dari bau busuk yang keluar dari sarkofagus.
Namun kemudian sesuatu yang benar-benar tidak terduga terjadi.
• 5 Tempat Paling Bersejarah di Indonesia, Cocok Bagi Kamu yang Ingin Rayakan Kemerdekaan HUT RI ke 73
Sebuah petisi muncul di change.org dengan permohonan "Biarkan orang meminum cairan merah dari sarkofagus gelap."
Pada 14 Agustus 2018, jumlah total orang yang menandatangani mencapai 32.400, dengan halaman mendesak: "Mari kita raih 35.000!"
Petisi itu dimulai oleh pengembang game Skotlandia, Innes McKendrick, yang digambarkan di Reddit memiliki "selera humor milenial yang jahat."
Alasan petisi adalah "kita perlu minum cairan merah dari sarkopagus gelap terkutuk dan menganggapnya semacam minuman energi berkarbonasi sehingga kita dapat memiliki kekuatannya."
Berikut beberapa komentar dari para pembuat petisi:
"Kami menuntut akses untuk menyerap elixir terkutuk."
"Aku butuh jus ini sekarang !!!!"
"Berapa banyak skeleton slushie yang kita dapatkan?"
“Di dalam setiap orang ada kerangka yang ingin bebas. Jus ini akan memberi saya kekuatan untuk melakukannya.”
Ini aman untuk mengatakan tidak ada yang menganggap serius petisi ini.
• Tips dan Panduan Berlibur ke Phi Phi Island, Pulau Cantik Tujuan Favorit Wisatawan di Thailand
Namun, pihak berwenang Mesir mengakui penemuan sarkofagus telah melampaui imajinasi publik.
Menurut BBC, “Mengatasi kekhawatiran media yang mengganggu makam dapat memicu kutukan Firaun, Bapak Waziri menyatakan: “Kami telah membukanya dan, terima kasih Tuhan, dunia belum jatuh ke dalam kegelapan. Aku adalah orang pertama yang meletakkan seluruh kepalaku di dalam sarkopagus ... dan di sini aku berdiri di depanmu ... aku baik-baik saja.”
Masih ada fakta-fakta asli untuk dipelajari tentang makam itu.
Shaban Abd Monem, spesialis mumi di Kementerian, mengatakan pemeriksaan awal menunjukkan kerangka itu milik tiga perwira tentara.
Satu kerangka memiliki tengkorak dengan luka panah.
The Sun masih belum menyerah pada penemuan sarkofagus itu.
Surat kabar itu melaporkan: “Ukuran reliknya sembilan kaki panjangnya, lima kaki lebarnya, dan enam kaki tingginya. Para ilmuwan yang membantu menggali situs ini masih belum yakin mengapa itu begitu besar, karena orang Mesir Kuno biasanya jauh lebih kecil daripada manusia modern -dan tidak lebih dari sembilan kaki. Ketinggian rata-rata seorang pria Mesir Kuno hanya sekitar lima kaki, sementara wanita biasanya hanya seukuran lima kaki.”
Pengamat percaya makam berasal dari periode Ptolemaic, dari 305 SM hingga 30 SM.
Dikenal juga sebagai periode kekacauan besar di Mesir.
Pada 30 SM, Cleopatra meninggal di usia 39 di Alexandria, setelah kalah dari Roma dalam Pertempuran Actium pada 31 SM.