TRIBUNTRAVEL.COM - Baru-baru ini dilaporkan suhu ekstrem terjadi di Ranupani, Lumajang, Jawa Timur dan Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
Dalam akun Instagram @langit_mahameru3676, dilaporkan suhu dingin Ranupani mencapai -4 derajat celcius.
• Suhu Dingin Capai Minus 1 Derajat Celcius, 5 Destinasi di Dieng Ini Tetap Worth It Dikunjungi
"Suhu lebih dingin dari kemarin mencapai -4° dan rasanya kuku-kuku seperti mau copot," tulis informasi dalam caption foto yang diunggah pada Rabu (25/7/2018).

Sementara itu, suhu udara di Dieng berada di angka minus 1 derajat celcius.
• Halau Dinginnya Dieng dengan Menyantap 6 Kuliner Ini, Mulai Mi Ongklok hingga Tempe Kemul
Informasi ini TribunTravel dapatkan dari akun Instagram resmi Dieng Culture Festival (DCF) 2018, @festivaldieng.
"Suhu pagi ini menunjukan -1 (derajat celcius) di salah satu termometer warga," informasi dalam caption foto tersebut.

Bukan hanya suhu udara saja yang dingin, kejadian ini bahkan menyebabkan munculnya embun es di kedua kawasan tersebut.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di Ranupani dan Dieng?
Fenomena itu disebut dengan Bun Upas atau embun upas, yaitu suatu kondisi yang terjadi di Indonesia pada musim kemarau, seperti dilansir TribunTravel dari akun Instagram @urban.hikers.
Biasanya dimulai dari Juli hingga agustus atau tepatnya di puncak musim kemarau.
Selain Ranupani dan Dieng, sejumlah daerah lain ternyata juga pernah mengalami fenomena Bun Upas.
"Fenomena ini sebenarnya gak terlalu asing kok di beberapa gunung di Indonesia. Prau, Mandalawangi (gunung Pangrango) pun dikabarkan sering mengalami fenomena ini," informasi dalam akun Instagram @urban.hikers.
• 12 Fakta Ranupani, Desa di Kaki Semeru yang Suhu Udaranya Saat Ini Capai Minus 4 Derajat Celcius
Penyebabnya tentu saja karena suhu udara ekstrem, yang tidak seperti biasa terjadi di suatu daerah.
"Saya tarik ulur persamaan dari Mandalawangi, Prau dan Ranukumbolo. Saya lalu menemukan persamaan bahwa letak kedua tempat itu yang memiliki persamaan, sama-sama terletak dikelilingi oleh perbukitan."
"Ditambah cuaca extreme yang biasa terjadi di Indonesia pada bulan Juni s/d Agustus, dimana angin yang sangat kering bisa membawa suhu udara yang jauh lebih dingin. Terutama di puncak musim kemarau," jelas informasi yang TribunTravel dapatkan dari akun Instagram @urban.hikers.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo juga turut menanggapi fenomena ini.
Dalam akun Instagram @sutopopurwo, menjelaskan fenomena ini disebabkan minimnya awan di atmosfer dan angin yang dingin dan kering dari Australia ke Asia.
Sehingga menyebabkan wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami cuaca dingin.

"Ini adalah fenomena alam yang normal. Bukan disebabkan aphelion. Umumnya akan berlangsung selama Juli hingga Agustus saat puncak musim kemarau," tulis Sutopo dalam akun Instagramnya.
Terkait fenomena ini, Sutopo mengingatkan warga untuk membawa jaket tebal saat mengunjungi kawasan tersebut.
Begitu juga bagi calon pendaki Gunung Semeru yang harus singgah dulu di Ranupani untuk melakukan registrasi.
Jangan lupa persiapkan segala hal dengan baik dan terencana agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
"So sob, poinnya sih, selalu persiapkan dirimu, dalam perjalanan yg akan kamu lakukan dengan baik, terencana dan penuh persiapan."
"Persiapan pribadi jangan lupa, jaket, SB ,thermal blanket, dll. Jika perlu, lapisi tendamu dengan flyshett pada bagian luarnya," saran yang ditulis akun @urban.hikers.
(TribunTravel.com/Sinta Agustina)