Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Apa yang terjadi pada Collyer bersaudara asal New York City ini terbilang cukup tragis.
Bagaimana tidak, demi menolong adiknya yang mengalami gangguan penglihatan, sang kakak rela menimbun banyak sampah di rumahnya.
Sayang, nyawa mereka harus terenggut karena kebiasaan ini.
Dilansir TribunTravel.com dari laman thevintagenews.com, Homer dan Langley Collyer lahir pada 1881 dan 1885.

Keduanya dikenal sangat cerdas dan berpendidikan.
Mereka kuliah di Columbia University di mana Homer mendapatkan gelar sarjana hukum dan Langley di bidang teknik.
Langley juga seorang pianis konser ulung.
Mereka berdua memiliki perilaku eksentrik yang sama seperti orangtua mereka, Dr Herman dan Susie Livingston.
Herman dikenal karena berkano di Sungai Timur dari Harlem ke Rumah Sakit Kota di Pulau Blackwell.
Pada 1919, orangtua mereka bercerai dan Collyer bersaudara memutuskan untuk tinggal bersama sang ibu di rumah keluarga, 2078 Fifth Avenue, Manhattan.
Tak satu pun dari mereka pernah hidup terpisah dari keluarga.
Pada dekade berikutnya, kedua orangtuanya meninggal, dengan Homer dan Langley mewarisi mansion serta kekayaan keluarga.
Pada 1929, mereka mulai mengasingkan diri dari masyarakat dan tinggal lama di dalam rumah, jauh dari pandangan mata orang lain.

Tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi di apartemen itu.
Sampai hal-hal aneh terjadi.
Pada 1933, Homer kehilangan penglihatannya dan Langley berhenti dari pekerjaannya untuk menjaga saudaranya.
Dia menciptakan diet khusus yang terdiri dari selai kacang, roti hitam, dan 100 gram jeruk per minggu, yang diharapkan mampu mengembalikan penglihatan Homer.
Obsesi Langley dengan penglihatan saudara lelakinya menjadi semakin parah.
Dia mulai mengumpulkan semua surat kabar dengan harapan bisa dibaca Homer begitu dia sembuh.
Sayang bukan kesembuhan yang didapat, Homer justru terkena rematik yang membuatnya lumpuh sepenuhnya.
Meski tak mampu bergerak, ia menolak bantuan medis apa pun.
Mereka tidak memiliki sumber penghasilan dan semua fasilitas rumah dicabut karena tagihan yang belum dibayar.
Sebagai seorang insinyur yang terampil, Langley melakukan improvisasi dengan Ford Model T lama dan mengubahnya menjadi generator rumah.
Untuk mendapatkan air, ia mengisi dari pompa di taman lokal.
Dia juga menggunakan pemanas minyak tanah kecil untuk menghangatkan rumah.
Kebiasaannya menimbun barang semakin menjadi.
Tak cuma koran, ia juga mengumpulkan benda-benda tak berguna yang diharapkan bisa digunakan oleh Homer suatu hari nanti.
Kebiasaan ini menjadikan mereka seperti tahanan di rumah sendiri.
Konyolnya dalam upaya melindungi ruang yang dipenuhi sampah, Langley menciptakan terowongan sehingga dia bisa bergerak, dan membuat sejumlah jebakan untuk tamu yang tidak diinginkan.
Kisah saudara Collyer didengar publik pada Maret 1947, saat polisi menerima panggilan anonim jika ada mayat di apartemen.
Ketika polisi mencoba membuka pintu rumah, mereka menyadari ada begitu banyak sampah di dalam.
Satu-satunya jalan masuk yang mungkin adalah melalui jendela.
Mereka dipaksa untuk membuang potongan demi potongan sampah untuk melakukan pencarian.
Begitu polisi dapat memasuki apartemen, mereka mencari selama dua jam sampai menemukan tubuh Homer tergeletak di antara sampah dan kotak.
Karena mereka tidak dapat menemukan saudara yang lain, polisi menggelar perburuan besar-besaran yang mempercayai jika Langley telah melarikan diri, meninggalkan Homer hingga mati kelaparan.

Setelah tiga minggu, Langley akhirnya ditemukan, terbaring tewas hanya 10 kaki dari tempat mayat Homer ditemukan.
Ternyata dia meninggal karena sesak napas akibat jebakan yang dia buat sendiri.
Dikatakan, Homer meninggal beberapa hari kemudian karena kelaparan.
Sekitar 120 ton sampah dikeluarkan dari rumah Collyer termasuk 14 piano, 25.000 buku, bola bowling, organ manusia, sasis Model T lama, bagian atas lipat kereta kuda, ratusan meter sutra yang tidak terpakai dan kain, dan banyak barang aneh lainnya.
Collyer bersaudara dikuburkan bersama orang tua mereka di Pemakaman Cypress Hills di Brooklyn.
Rumah mereka dihancurkan dan situs itu berubah menjadi taman kecil, dinamai Collyer untuk menghormati mereka.