Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Bagi sebagian orang, bunuh diri menjadi cara untuk lari dari masalah.
Berbagai metode pun dilakukan.
Satu di antaranya dengan menembak diri sendiri.
Namun apa jadinya jika peluru itu tak mampu memutus tali kehidupan?
Dilansir TribunTravel.com dari laman listverse.com, beberapa orang ini berhasil selamat setelah berusaha bunuh diri dan kini mengubah hidupnya.
1. Christen McGinnes

Pada 22 Oktober 2010, Christen McGinnes yang berusia 45 tahun mengalami depresi dan ia merasa sudah menyerah pada hidupnya, kemudian memutuskan untuk bunuh diri.
Dia baru saja kehilangan pekerjaan yang telah menghidupanya selama 18 tahun.
Wanita itu juga kehilangan ibunya, teman dekat, anjingnya, dan asuransinya.
Awalnya, dia minum alkohol, tetapi tidak bisa meringankan masalahnya.
Saat ada revolver di dekatnya, Christen McGinnes memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Ia pun cepat-cepat membersihkan apartemennya karena tahu jika teman-temannya, keluarga, dan polisi akan datang setelah dia bunuh diri.
Namun kemudian, dia memutuskan untuk bunuh diri di balkonnya karena tidak ingin mengacaukan apartemennya.
Christen McGinnes memilih menembak dirinya sendiri di kepala karena ia seorang pendonor organ dan ingin organ tubuhnya utuh setelah dia meninggal.
Christen mengarahkan revolver tepat di bawah dagunya dan menarik pelatuknya.
Tidak ada yang terjadi.
Rupanya, hanya empat dari lima isi revolver yang dimuat dan kebetulan pistol itu menembaki bagian yang kosong.
Dia mencoba lagi.
Kali ini, peluru masuk ke kepalanya, menghancurkan rahang, dan mata kanannya.
Dia kehilangan kesadaran, tetapi tidak mati.
Setelah serangkaian operasi, dokter mengganti rahangnya yang hancur dengan lempengan besi dan tulang iga.
Hari ini, Christen bekerja sebagai sukarelawan, membantu orang lain yang depresi.
2. George

Pada 1988, George menderita gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Kondisi ini sering membuatnya mengulangi kegiatan seperti mencuci tangan, mandi, dan menata ulang barang-barang.
Ia pun merasa hidupnya menjadi lebih sulit.
Dia memiliki masalah konsentrasi yang memaksanya meninggalkan sekolah dan pekerjaannya.
George pun depresi dan berpikir untuk bunuh diri.
George memberi tahu ibunya tentang rencana bunuh dirinya, dan sang ibu justru menyarankan untuk menembak dirinya sendiri.
Ia mengambil sebuah senapan kaliber 22 dari ruang bawah tanah dan menembak dirinya sendiri melalui mulut.
Peluru itu tidak membunuhnya meskipun memasuki kepalanya dan merusak lobus depan otaknya.
Menariknya, upaya bunuh diri justru menyembuhkan George dari OCD-nya.
IQ-nya kembali seperti sebelum terkena gangguan itu.
Dia kembali ke sekolah dan menjadi siswa dengan prestasi yang tinggi.
3. Victor Sibson

Sekitar 02.00 pada 19 April 2017, Victor Sibson yang sedang mabuk memutuskan untuk bunuh diri.
Dia meraih pistol, mengarahkannya ke pelipis kirinya, dan menarik pelatuknya.
Peluru melewati belakang mata kirinya sebelum keluar dari kepalanya dan mengenai sang teman, Brittany-Mae Haag di area dada.
Meskipun cedera, Haag pergi memanggil tetangga untuk minta bantuan.
Sayang, nyawanya tak berhasil diselamatkan.
Sementara Sibson justru berhasil selamat, dibawa ke rumah sakit, dan koma berminggu-minggu kemudian.
Kepalanya rusak parah dan dia harus memakai helm untuk menyembunyikan bekas lukanya.
Dia diadili untuk pembunuhan tingkat dua tetapi dibebaskan setelah jaksa memutuskan, peluru menghantam Haag ketika dia mencoba menghentikan Sibson dari bunuh diri.
Jika Sibson dinyatakan bersalah, dia bisa saja dijatuhi hukuman penjara selama 99 tahun.
4. Andy Sandness

Pada 23 Desember 2006, Andy Sandness yang berusia 21 tahun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Dia mengambil pistol dan menembak bagian bawah dagunya.
Peluru menghancurkan hidung, mulut, dan sebagian besar wajahnya.
Seluruh rahangnya hancur dan hanya dua gigi yang tersisa.
Sandness dengan cepat menyadari jika dia seharusnya tidak menembak dirinya sendiri.
Dia menyesal bahkan memohon seorang petugas penyelamat yang merespon untuk menyelamatkan hidupnya.
Dokter tidak dapat merekonstruksi wajah Sandness bahkan setelah serangkaian operasi.
Mulutnya hampir tidak ada.
Yang dia miliki hanyalah lubang 2,5 cm (1 inci) yang terlalu kecil untuk bisa dimasuki makanan.
Dia harus menghancurkan makanan hingga menjadi beberapa bagian sebelum menelannya.
Sandness menempelkan hidung palsu ke wajahnya.
Namun hidungnya sering jatuh dan ia pun menggunakan lem agar hidung palsunya dapat menempel.
Dia juga sering melukis hidungnya karena sering memudar.
Sepuluh tahun kemudian, keberuntungan datang pada Sandness ketika ia menemukan pendonor wajah Calen Ross, seorang anak berusia 21 tahun yang juga menembak kepalanya sendiri.
Ross tidak selamat dari penembakan itu.
Dalam operasi pencangkokan wajah 56 jam yang melelahkan, para dokter di Mayo Clinic memberikan wajah Ross kepada Sandness.
Di antaranya termasuk rahang dan gigi Ross.
Sandness mengakui, wajahnya terlihat lebih baik dari yang dia duga.
5. Melissa Smith

Pada 17 Oktober 2016, Melissa Smith, seorang ibu berusia 26 tahun, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah menderita depresi.
Setelah bekerja hari itu, ia mengirim pesan perpisahan ke keluarganya dan pesan Facebook ke tetangganya yang menyuruhnya menelepon 911.
Di dalam kamarnya di Maytown, Pennsylvania, ia mengarahkan pistol tepat di atas matanya dan menarik pelatuk.
Peluru pecah di dalam kepalanya, mengirim serpihan-serpihan yang terbang di sekitar tengkorak, otak, leher, sinus, dan kelenjar pituitari.
Tembakan itu juga menyebabkan mata kanannya menggantung keluar dari lubangnya.
Meski kondisinya parah, tapi dia tidak meninggal.
Dia dibawa ke Penn Presbyterian Medical Centre dan menjalani operasi delapan hari kemudian.
Meski merasa jauh lebih baik sekarang, dia kehilangan mata kanannya dan kemampuan untuk mencium atau merasakan apa pun.