Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Siapa yang tak kenal Tembok Berlin?
Dikutip dari laman listverse.com, Tembok Berlin adalah satu di antara berbagai simbol paling terkenal dari Perang Dingin.
Uni Soviet dan Jerman Timur menyebutnya Die anti-Faschistischer Schutzwall (Dinding Pelindung Anti-Fasis).
Menurut mereka, tembok itu diperlukan untuk menghentikan mata-mata Barat menyelinap ke Berlin Timur.
Pada saat yang sama, dinding ini juga akan menghentikan warga Berlin Barat masuk ke Berlin Timur untuk membeli barang-barang bersubsidi yang lebih murah yang ditujukan untuk Berlin Timur.
Di Jerman Barat, tembok ini digadang-gadangkan sebagai upaya Soviet untuk menghentikan penduduk Berlin Timur bermigrasi ke Berlin Barat.
Pada awalnya, AS berpikir tembok ini adalah langkah pertama Uni Soviet dalam memulai perang melawan Jerman Barat dan Presiden John F. Kennedy mengirim lebih banyak pasukan ke Berlin Barat.
Kennedy kemudian mendukung dibangunnya Tembok Berlin ketika dia menyadari bahwa tidak ada perang yang pecah.
Dia malah menyatakan tembok itu 'jauh lebih baik daripada perang.'
Namun, meski popularitasnya telah mendunia dan telah diruntuhkan pada 9 November 1989, Tembok Berlin masih memiliki sisi lain yang belum banyak diketahui lho.
Apa saja ya?
1. Sebenarnya, Tembok Berlin terdiri dari dua dinding.
Tidak seperti apa yang umum diketahui, Tembok Berlin bukanlah satu dinding melainkan dua dinding paralel berjarak 100 meter.
Namun, yang kita anggap sebagai Tembok Berlin paling dekat ke Berlin Timur.
Pekerjaan dimulai pada dinding pertama pada 13 Agustus 1961, sedangkan dinding kedua dibangun setahun kemudian.
Di antara kedua dinding itu ada tanah tak bertuan, yang disebut 'death strip' atau 'garis kematian'.
Tidak ada yang diizinkan masuk ke 'death strip', dan penyusup yang mencoba melarikan diri ke Berlin Barat akan ditembak.
Semua bangunan di sepanjang 'death strip' dihancurkan.
Seluruh area itu diratakan dan dipenuhi kerikil halus agar dapat memperlihatkan jejak kaki dari siapapun yang mencoba melarikan diri.
Area 'death strip' juga dipagari dengan lampu sorot untuk mencegah orang melarikan diri di malam hari.
2. Gereja berdiri di antara kedua dinding
Di dalam 'death strip', Jerman Timur dan pemerintah Soviet menghancurkan semua bangunan kecuali Gereja Rekonsiliasi.
Namun, jemaat tidak dapat beribadah di gedung itu karena berada di dalam area terlarang.
Kisah yang mengelilingi gereja ini terbilang menarik.
Setelah pemisahan Berlin, area di sekitar gereja jatuh tepat di perbatasan antara sektor Prancis dan Soviet.
Gereja itu sendiri berada di sektor Soviet sementara para jemaatnya tinggal di sektor Prancis.
Ketika Tembok Berlin dibangun, ini memisahkan gereja dari jemaatnya.
Pada saat tembok kedua ditambahkan, beberapa jemaat yang tinggal di sektor Soviet bahkan tidak bisa menggunakannya lagi.
Di Berlin Barat, gereja yang ditinggalkan ini dilambangkan sebagai simbol penindasan di Berlin Timur dan Jerman Timur oleh Uni Soviet.
Gereja itu sendiri segera menjadi masalah bagi penjaga Jerman Timur karena mereka perlu patroli berkeliling.
Pada saat yang sama, beberapa gereja di Jerman Timur menjadi tempat perlindungan bagi para penentang pemerintah, sehingga pemerintah perlu mengirim pesan kepada mereka.
Semua masalah ini memuncak dalam keputusan untuk menghancurkan gereja.
Penghancuran dimulai pada 22 Januari 1985.
Berlin Timur mengklaim perlu "meningkatkan keamanan, ketertiban, dan kebersihan."
Namun, penghancuran gereja ini menjadi masalah rumit yang malah membuat gereja lebih populer.
Ketika foto-fotonya beredar di seluruh dunia, itu menjadi simbol penindasan yang diderita oleh Jerman Timur.
3. Margaret Thatcher dan Francois Mitterand menginginkan Tembok Berlin tidak diruntuhkan.
Awalnya, Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher dan Presiden Prancis Francois Mitterrand tidak mendukung penghancuran Tembok Berlin dan reunifikasi Jerman.
Dari kedua tokoh itu, Margaret Thatcher adalah yang paling vokal.
Ketika diskusi tentang reunifikasi semakin ramai dia berkata, "Kami telah mengalahkan Jerman dua kali, dan sekarang mereka kembali."
Margaret Thatcher berusaha keras untuk menghentikan proses reunifikasi ini dan bahkan mencoba untuk membujuk pemerintah Inggris mendukungnya(Untungnya, pemerintah tidak setuju dengannya).
Ketika Margaret menyadari bahwa dia tidak bisa menghentikan proses ini, dia mengusulkan agar Jerman bersatu kembali setelah periode transisi lima tahun, bukan sekaligus.
Sementara, Francois Mitterrand merasa khawatir tentang adanya orang-orang yang disebutnya 'orang Jerman yang buruk.'
Dia juga khawatir, penyatuan Jerman akan sangat berpengaruh di Eropa, bahkan lebih dari Adolf Hitler.
Ketika Mitterrand menyadari bahwa penentangannya tidak akan menghentikan reunifikasi, dia mengubah pendirian dan mulai berbalik mendukungnya.
Namun, ia juga mendukung Thatcher dalam pertentangannya.
Mitterand berpendapat, Jerman hanya akan bisa dikendalikan jika bergabung dengan Uni Eropa.